Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Fedi Nuril, Kritik Lantang terhadap Pemerintah dan Pemilu 2024

Aktor Fedi Nuril kembali mencuri perhatian publik di media sosial dengan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah dan kemunduran demokrasi.

28 Februari 2025 | 19.00 WIB

Fedi Nuril, Kritik Lantang terhadap Pemerintah dan Pemilu 2024
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di media sosial, terutama X (Twitter), nama aktor Fedi Nuril kerap mencuri perhatian publik. Aktor yang tenar lewat film Ayat-ayat Cinta itu vokal memprotes kebijakan pemerintah. Di masa akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo pun ia kerap bersuara lantang mengkritik kemunduran demokrasi. Sambil menyuarakan protes, Fedi juga rutin meladeni para pendengung atau buzzer yang mencoba mematahkan kritiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada masa pemilihan presiden 2024, Fedi juga mengkritik Prabowo Subianto yang kembali maju dalam pemilu. Di sekitar hari pemilihan presiden, Fedi mengkritik Prabowo dengan menyatakan tak ingin pelaku penculikan aktivis 1998 menjadi presiden. “Tidak ada empati terhadap keluarga korban peristiwa 1998,” ujar aktor yang bernama lengkap Fedrian Nuril itu. Fedi merujuk pada fakta sejarah Reformasi 1998. Dewan Kehormatan Perwira memberhentikan Prabowo dari dinas militer karena menilainya bersalah dalam penculikan dan penghilangan paksa aktivis prodemokrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam wawancara bersama Tempo, Fedi mengaku marah melihat segala kekacauan dan ketimpangan yang terjadi. "Rasa amarah lebih besar daripada ketakutan itu," ujarnya ketika ditanya apakah ia tidak takut menghadapi risiko serangan balik dari orang-orang yang ia kritik. Sebagai seorang pekerja seni, Fedi merasa terpanggil untuk terus kritis. Menurut dia, siapa pun, tak hanya pekerja seni, harus menjadi oposisi pemerintah. Ia menyebut grup komedi Warkop DKI yang juga kerap bersuara kritis dan menjadi oposisi pemerintah, sebagai contoh ideal.

Bagi Fedi, pemerintah adalah orang-orang yang digaji oleh rakyat dan bekerja untuk rakyat. Karena itu pemerintah mesti diawasi agar tidak kebablasan. "Karena sejarah membuktikan bahwa power tends to corrupt." 

Bagaimana kisah Fedi Nuril dan suara kritisnya? Simak di artikel ini.

Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai Redaktur Pelaksana Desk Wawancara dan Investigasi. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus