SEKITAR selusin wanita itu bergerak, berjingkrak-jingkrak.
Pinggul mereka meliuk, berputar, sementara suara musik dengan
irama disko memenuhi ruangan. Tubuh-tubuh yang berpakaian senam
berbagai warna itu mulai bersimbah keringat, sekalipun pengatur
hawa di ruangan itu bekerja. Tubuh sebagian wanita itu cukup
"tebal", namun dengan bersemangat mereka mengikuti gerakan
pelatih mereka yang lincah.
Musik berhenti. Lagu Just on Illusion lari kelompok musik negro
Imagination bergema. Para wanita berbagai bangsa itu bergoyang
lagi. Kini gerakan bahu yang lebih menonjol. Keringat makin
mengucur, namun semangat mereka tetap tinggi. "Yang terakhir ini
senam jazz," ujar Ny. Sudjatmiko, yang melatih kelompok anggota
Women's International Club (WIC) Jakarta tersebut.
Pemandangan serupa itu belakangan makin sering dijumpai di
Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Senam disko dan senam
jazz tampaknya makin populer di antara para wanita. "Orang
sekarang tertarik pada senam disko karena disko mempunyai unsur
fun, yang menyenangkan,' kata Nani Lubis, guru sekolah Namarina
yang mengajarkan senam dan balet.
Bukan cuma di rumah saja latihan senam disko dan jaggy,
singkatan populer dari jazz gymnastics, dilakukan. Banyak hotel
dan kantor di Jakarta sekarang menyediakan salah satu ruangannya
untuk tempat latihan senam bagi karyawatinya atau peserta luar.
Bahkan pria pun kini tertarik. Waruwan dan sastrawan Mochtar
Lubis, misalnya, sering ikut berlatih di rumah tetangganya,
Aristides Katoppo, Wakil Direktur PT Sinar Kasih, yang
menerbitkan Sinar Harapan."Belajar senam disko membuat gerakan
kita bagus dan memiliki nilai aerobik yang tinggi," kata
Aristides yang kini tampak lebih langsing.
Tides bersama keluarganya berlatih sekali seminggu dengan
bimbingan Nani Lubis. Latihan pribadi itu makan ongkos Rp 75.000
sebulan. "Kalau mau murah sebetulnya bisa datang ke rumahnya dan
cukup membayar Rp 2.500 untuk satu program yang lamanya sekitar
satu setengah jam," kata Ny. Aristides. Namun Tides memilih
berdisko atau berjaga bersama keluarganya, sebab di samping
menyehatkan juga menyenangkan "karena bisa berkumpul bersama
keluarga".
KEBANYAKAN wanita yang berlatih senam disko merasa senam lantai
terlalu berat buat mereka, lebih lagi bagi mereka yang belum
pernah bersenam di waktu muda. "Mereka ingin berkeringat tanpa
usaha yang terlalu berat. Musiknya juga memberi semangat," ujar
Ny. Sudjatmiko.
Alasan ingin sehat dan langsing, terutama sekitar perut,
tampaknya merupakan pendorong utama para wanita untuk bersenam.
"Kalau saya sih supaya awet muda," kata Ny. Sudjono D.
Pusponegoro. "Coba tebak berapa umur saya," tanya wanita yang
tampak berusia sekitar 55 tahun itu pekan lalu. Ia tertawa
gembira tatkala ditebak salah. "Bulan Maret depan umur saya
tujuh puluh tahun," ujarnya bangga.
Tiap hari Ny. Sudjono berjogging setengah jam, berenang dua kali
seminggu, bersenam di UI tiga kali seminggu, latihan senam di
rumah dan tak ketinggalan pula ikut berlatih senam disko dan
jaggy di WIC. Hasilnya? Dulu berat badannya 64 kg dengan tekanan
darah 220/130. Kini ia umpak langsing dengan berat 50 kg dengan
tekanan darah. 150/80. Tapi ternyata ada juga alasan lain ia
banyak berolahraga. "Kalau begini kan boleh makan durian,
cokelat, es krim . . . ," katanya.
Senam memasuki gaya hidup masa kini agaknya karena kesadaran
pada perlunya kesehaun yang makin meningkat. "Dulu di tahun enam
puluhan orang ikut senam karena mode. Tapi sekarang sudah
terlihat bahwa keikutsertaan mereka karena merasa perlu untuk
kesehatan," kata Nani Lubis. Ia berpendapat kegunaan semua senam
itu sama, baik senam biasa, senam indah, senam disko, senam jazz
dan senam aerabik. Namun semua jenis senam itu membutuhkan dasar
teknik yang baik.
Para murid sekolah Namarina yang berjumlah sekitar 200 orang
membayar tarif yang berbeda, tergantung kemampuan mereka dan di
cabang mana mereka belajar. Yang belajar di sekolah pusat Jalan
Cimandiri, Jakarta, membayar Rp 6.000 sebulan untuk delapan kali
latihan. Sedang di cabang-cabang lain antara Rp 3.500 dan Rp
5.000. Separuh murid Namarina tergolong remaja (umur 13-25
tahun). Ada delapan pria yang ikut dalam kelompok remaja.
Bapak-bapak "Tidak ada yang ikut. Bapak-bapak itu pemalas,"
jawab Nani.
Menurut Nani, ,murid yang paling bersemangat adalah golongan
ibu-ibu muda. "Biasanya mereka bersenam atas desakan suami
mereka." Sebabnya antara lain mungkin supaya para istri itu
tidak banyak pergi arisan. Sedang kebanyakan remaja cepat bosan
dan lekas putus asa. "Mereka biasa datang karena disuruh orang
tua mereka," tutur Nani.
Ada juga wanita yang bersenam untuk mengisi kekosongan waktu.
"Saya tidak mempunyai banyak kegiatan. Paling-paling saya hanya
pergi arisan. Saya merasa tua sekali. Suami saya hampir buta
maunya. Anak saya sering menyarankan agar saya lebih
sering-sering pergi," kata Ny. Chandra, 54 tahun. Maka
bergabunglah ibu dari seorang anak ini pada suatu kelompok senam
di Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang diajar guru senam Iin
Sugiono. Hari-harinya kini terasa lebih terisi.
Teknik dasar senam disko dan senam jazz sebenarnya tidak banyak
berbeda. Disko merupakan cabang dari tarian jazz, yang seperti
rock 'n roll dan twist bersumber pada unsur urian Afrika. Sedang
tarian jazz sendiri menggabungkan juga unsur urian modern
Amerika dan balet klasik Eropa.
Dalam perkembangannya, disko cenderung menjadi semacam tari
pergaulan, dengan gerakan tcrpusat di suatu ruang, langkah dan
urutan yang pasti. Sedang tarian jazz cenderung lebih ekspresif.
Toh keduanya juga bertumpu pada improvisasi. Senam disko dan
senam jazz menggunakan gerakan dasar dari kedua jenis tarian
tersebut.
"Sebetulnya perbedaan senam disko dan senam jazz terletak pada
body center, pusat tubuhnya. Pada senam jazz misalnya, pinggul
bergerak bukan karena gerak pinggul itu sendiri, tapi karena
ikut gerakan bahu," ujar Ny. Sudjatmiko, 3 9 tahun. Bekas penari
balet dan tarian modern ini kini mengajar di 15 kelompok, yang
masing-masing terdiri dari minimal sepuluh orang. Ibu dari tiga
anak ini belajar urian jazz pada Luigi's Jazz Centre, Broadway,
New York, Amerika Serikat.
Yang melejit sekarang ini bukan cuma senam disko dan
jaggy--senam seks ternyata juga disenangi. Di Indonesia, salah
satu pelopornya ialah Tanneke Burki, yang pada 1972 sempat
mengundang protes tatkala mendemonstrasikan senam seks di Gedung
Wanita, Bandung. "Di tempat saya, minat mereka yang ingin
belajar senam seks ini melebihi yang ingin belajar senarn
disko," kata Tanneke pekan lalu.
Setiap minggu sekitar 100 wanita terbagi dalam enam kelompok,
kini berlatih senam seks di sekolah senam Tanneke Burki.
"Pengikutnya umumnya golongan menengah ke atas," ucap Tanneke,
44 tahun. Ienurut dia, pada senam seks latihan lebih
ditekankan pada otot sekitar paha dan perut bagian bawah. "Saya
mengajarkan senam ini untuk menjaga keharmonisan rumah tangga,
agar suami tidak menyeleweng," kata bekas istri novelis Iwan
Simatupang itu. Rupanya, ada juga ang tujuannya sebaliknya,
karena ternyata tercatat enam orang bapak yang berlatih senam
seks pada Tanneke.
Di Jakarta, senam serupa juga diajarkan Titi Qadarsih, aktris
dan peragawati beken itu. Hanya istilah yang dipakainya lain:
senam kebahagiaan. "Istilah senam kebahagiaan kedengarannya
lebih halus. Maksudnya kebahagiaan itu ya bahagia waktu senam,
ya bahagia di rumah, ya suaminya bahagia," kata Titi.
Senam kebahagiaan, kata Titi, melatih otot-otot perut, dada,
kaki dan otot dalam. Gerakannya dilakukan secara pelan dan lemah
lembut, diiringi musik baroque dan renaissance. Sebagian besar
dari sekitar 100 murid Titi berusia antara 15-35 tahun. Kurang
lebih separuh dari peserta kursus itu mendaftar Iarena ingin
menjadi model. Ada yang ingin menjadi model, namun karena masih
terlalu muda, mendaftar untuk senam supaya mempunyai hubungan
dengan Titi, sambil menunggu cukup umur.
Tidak semua murid Titi berlatih senam kebahagiaan. Ada juga yang
ikut karena didesak suami dan anak-anaknya yang ingin melihat
istri atau ibu mereka bertubuh seperti Titi Qadarsih. Biaya
kursus senam di sekolah Titi Rp 10.000 sebulan untuk latihan dua
kali seminggu.
Banyak pelatih senam yang menganggap senam seks itu tidak
istimewa. "Senam seks itu nonsens," kata Nani Lubis sambil
mengepulkan asap rokoknya. "Sex exercise itu kan latihan biasa
saja," sambungnya.
Sedang N. Sudjatmiko menganggap guru yang mengajarkan senam
dengan sebutan senam seks, itu "hanya ingin mencari perhatian."
"Semua jenis senam yang melatih otot-otot perut, paha dan badan
itu mengandung unsur senam seks," katanya.
Sandra Graves Smith, pimpinan Joanne Drew Fitness Centre di
Hotel Borobudur, Jakarta, juga tidak menyukai istilah senam
seks. "Yang mengira bahwa orang bisa hebat di ranjang karena
senam, itu tolol," katanya. "Itu kan memerlukan keahlian yang
lain," tambahnya. Diakuinya, ada juga wanita yang datang ke
tempatnya untuk minta dilatih senam seks. "Tetapi saya selalu
menasihati orang untuk melakukan senam bagi mereka sendiri:
supaya tubuh mereka lebih sehat, supaya mereka lebih senang
dengan diri mereka sendiri," katanya.
Makin berkembangnya bermacam jenis senam itu oleh Mien
Gondowidjojo, Sekjen Pengurus Pusat Perwosi, dianggap "baik,
asal diarahkan ke arah yang positif." Maksudnya, untuk kesehatan
jasmani wanita, dan juga misalnya kalau bisa membantu Persani
(Persatuan Senam Indonesia) dalam pertandingan.
Menurut Farida Bilal dari PIO (Pusat Ilmu Olahraga) ,KONI
Pusat, dalam lokakarya Perwosi pekan lalu di Jakarta ada usul
dari daerah agar istilah senam seks diubah "karena kedengarannya
kurang enak." Ini sedang dipertimbangkan Perwosi. "Istilah senam
seks memang tidak sesuai dengan estetika orang Timur. Kalau
untuk Jakarta mungkin tidak apaapa, tapi kita kan harus juga
memikirkan perasaan orang di daerah," kata Mien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini