Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Agar Langsing, Sehat Dan Tak Arisan

Senam disko, senam jazz dan senam seks, kini semakin populer, selain ibu-ibu dan remaja, bapak-bapak juga belajar senam seks. KONI pusat minta agar istilah senam seks diubah. (or)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR selusin wanita itu bergerak, berjingkrak-jingkrak. Pinggul mereka meliuk, berputar, sementara suara musik dengan irama disko memenuhi ruangan. Tubuh-tubuh yang berpakaian senam berbagai warna itu mulai bersimbah keringat, sekalipun pengatur hawa di ruangan itu bekerja. Tubuh sebagian wanita itu cukup "tebal", namun dengan bersemangat mereka mengikuti gerakan pelatih mereka yang lincah. Musik berhenti. Lagu Just on Illusion lari kelompok musik negro Imagination bergema. Para wanita berbagai bangsa itu bergoyang lagi. Kini gerakan bahu yang lebih menonjol. Keringat makin mengucur, namun semangat mereka tetap tinggi. "Yang terakhir ini senam jazz," ujar Ny. Sudjatmiko, yang melatih kelompok anggota Women's International Club (WIC) Jakarta tersebut. Pemandangan serupa itu belakangan makin sering dijumpai di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Senam disko dan senam jazz tampaknya makin populer di antara para wanita. "Orang sekarang tertarik pada senam disko karena disko mempunyai unsur fun, yang menyenangkan,' kata Nani Lubis, guru sekolah Namarina yang mengajarkan senam dan balet. Bukan cuma di rumah saja latihan senam disko dan jaggy, singkatan populer dari jazz gymnastics, dilakukan. Banyak hotel dan kantor di Jakarta sekarang menyediakan salah satu ruangannya untuk tempat latihan senam bagi karyawatinya atau peserta luar. Bahkan pria pun kini tertarik. Waruwan dan sastrawan Mochtar Lubis, misalnya, sering ikut berlatih di rumah tetangganya, Aristides Katoppo, Wakil Direktur PT Sinar Kasih, yang menerbitkan Sinar Harapan."Belajar senam disko membuat gerakan kita bagus dan memiliki nilai aerobik yang tinggi," kata Aristides yang kini tampak lebih langsing. Tides bersama keluarganya berlatih sekali seminggu dengan bimbingan Nani Lubis. Latihan pribadi itu makan ongkos Rp 75.000 sebulan. "Kalau mau murah sebetulnya bisa datang ke rumahnya dan cukup membayar Rp 2.500 untuk satu program yang lamanya sekitar satu setengah jam," kata Ny. Aristides. Namun Tides memilih berdisko atau berjaga bersama keluarganya, sebab di samping menyehatkan juga menyenangkan "karena bisa berkumpul bersama keluarga". KEBANYAKAN wanita yang berlatih senam disko merasa senam lantai terlalu berat buat mereka, lebih lagi bagi mereka yang belum pernah bersenam di waktu muda. "Mereka ingin berkeringat tanpa usaha yang terlalu berat. Musiknya juga memberi semangat," ujar Ny. Sudjatmiko. Alasan ingin sehat dan langsing, terutama sekitar perut, tampaknya merupakan pendorong utama para wanita untuk bersenam. "Kalau saya sih supaya awet muda," kata Ny. Sudjono D. Pusponegoro. "Coba tebak berapa umur saya," tanya wanita yang tampak berusia sekitar 55 tahun itu pekan lalu. Ia tertawa gembira tatkala ditebak salah. "Bulan Maret depan umur saya tujuh puluh tahun," ujarnya bangga. Tiap hari Ny. Sudjono berjogging setengah jam, berenang dua kali seminggu, bersenam di UI tiga kali seminggu, latihan senam di rumah dan tak ketinggalan pula ikut berlatih senam disko dan jaggy di WIC. Hasilnya? Dulu berat badannya 64 kg dengan tekanan darah 220/130. Kini ia umpak langsing dengan berat 50 kg dengan tekanan darah. 150/80. Tapi ternyata ada juga alasan lain ia banyak berolahraga. "Kalau begini kan boleh makan durian, cokelat, es krim . . . ," katanya. Senam memasuki gaya hidup masa kini agaknya karena kesadaran pada perlunya kesehaun yang makin meningkat. "Dulu di tahun enam puluhan orang ikut senam karena mode. Tapi sekarang sudah terlihat bahwa keikutsertaan mereka karena merasa perlu untuk kesehatan," kata Nani Lubis. Ia berpendapat kegunaan semua senam itu sama, baik senam biasa, senam indah, senam disko, senam jazz dan senam aerabik. Namun semua jenis senam itu membutuhkan dasar teknik yang baik. Para murid sekolah Namarina yang berjumlah sekitar 200 orang membayar tarif yang berbeda, tergantung kemampuan mereka dan di cabang mana mereka belajar. Yang belajar di sekolah pusat Jalan Cimandiri, Jakarta, membayar Rp 6.000 sebulan untuk delapan kali latihan. Sedang di cabang-cabang lain antara Rp 3.500 dan Rp 5.000. Separuh murid Namarina tergolong remaja (umur 13-25 tahun). Ada delapan pria yang ikut dalam kelompok remaja. Bapak-bapak "Tidak ada yang ikut. Bapak-bapak itu pemalas," jawab Nani. Menurut Nani, ,murid yang paling bersemangat adalah golongan ibu-ibu muda. "Biasanya mereka bersenam atas desakan suami mereka." Sebabnya antara lain mungkin supaya para istri itu tidak banyak pergi arisan. Sedang kebanyakan remaja cepat bosan dan lekas putus asa. "Mereka biasa datang karena disuruh orang tua mereka," tutur Nani. Ada juga wanita yang bersenam untuk mengisi kekosongan waktu. "Saya tidak mempunyai banyak kegiatan. Paling-paling saya hanya pergi arisan. Saya merasa tua sekali. Suami saya hampir buta maunya. Anak saya sering menyarankan agar saya lebih sering-sering pergi," kata Ny. Chandra, 54 tahun. Maka bergabunglah ibu dari seorang anak ini pada suatu kelompok senam di Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang diajar guru senam Iin Sugiono. Hari-harinya kini terasa lebih terisi. Teknik dasar senam disko dan senam jazz sebenarnya tidak banyak berbeda. Disko merupakan cabang dari tarian jazz, yang seperti rock 'n roll dan twist bersumber pada unsur urian Afrika. Sedang tarian jazz sendiri menggabungkan juga unsur urian modern Amerika dan balet klasik Eropa. Dalam perkembangannya, disko cenderung menjadi semacam tari pergaulan, dengan gerakan tcrpusat di suatu ruang, langkah dan urutan yang pasti. Sedang tarian jazz cenderung lebih ekspresif. Toh keduanya juga bertumpu pada improvisasi. Senam disko dan senam jazz menggunakan gerakan dasar dari kedua jenis tarian tersebut. "Sebetulnya perbedaan senam disko dan senam jazz terletak pada body center, pusat tubuhnya. Pada senam jazz misalnya, pinggul bergerak bukan karena gerak pinggul itu sendiri, tapi karena ikut gerakan bahu," ujar Ny. Sudjatmiko, 3 9 tahun. Bekas penari balet dan tarian modern ini kini mengajar di 15 kelompok, yang masing-masing terdiri dari minimal sepuluh orang. Ibu dari tiga anak ini belajar urian jazz pada Luigi's Jazz Centre, Broadway, New York, Amerika Serikat. Yang melejit sekarang ini bukan cuma senam disko dan jaggy--senam seks ternyata juga disenangi. Di Indonesia, salah satu pelopornya ialah Tanneke Burki, yang pada 1972 sempat mengundang protes tatkala mendemonstrasikan senam seks di Gedung Wanita, Bandung. "Di tempat saya, minat mereka yang ingin belajar senam seks ini melebihi yang ingin belajar senarn disko," kata Tanneke pekan lalu. Setiap minggu sekitar 100 wanita terbagi dalam enam kelompok, kini berlatih senam seks di sekolah senam Tanneke Burki. "Pengikutnya umumnya golongan menengah ke atas," ucap Tanneke, 44 tahun. Ienurut dia, pada senam seks latihan lebih ditekankan pada otot sekitar paha dan perut bagian bawah. "Saya mengajarkan senam ini untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, agar suami tidak menyeleweng," kata bekas istri novelis Iwan Simatupang itu. Rupanya, ada juga ang tujuannya sebaliknya, karena ternyata tercatat enam orang bapak yang berlatih senam seks pada Tanneke. Di Jakarta, senam serupa juga diajarkan Titi Qadarsih, aktris dan peragawati beken itu. Hanya istilah yang dipakainya lain: senam kebahagiaan. "Istilah senam kebahagiaan kedengarannya lebih halus. Maksudnya kebahagiaan itu ya bahagia waktu senam, ya bahagia di rumah, ya suaminya bahagia," kata Titi. Senam kebahagiaan, kata Titi, melatih otot-otot perut, dada, kaki dan otot dalam. Gerakannya dilakukan secara pelan dan lemah lembut, diiringi musik baroque dan renaissance. Sebagian besar dari sekitar 100 murid Titi berusia antara 15-35 tahun. Kurang lebih separuh dari peserta kursus itu mendaftar Iarena ingin menjadi model. Ada yang ingin menjadi model, namun karena masih terlalu muda, mendaftar untuk senam supaya mempunyai hubungan dengan Titi, sambil menunggu cukup umur. Tidak semua murid Titi berlatih senam kebahagiaan. Ada juga yang ikut karena didesak suami dan anak-anaknya yang ingin melihat istri atau ibu mereka bertubuh seperti Titi Qadarsih. Biaya kursus senam di sekolah Titi Rp 10.000 sebulan untuk latihan dua kali seminggu. Banyak pelatih senam yang menganggap senam seks itu tidak istimewa. "Senam seks itu nonsens," kata Nani Lubis sambil mengepulkan asap rokoknya. "Sex exercise itu kan latihan biasa saja," sambungnya. Sedang N. Sudjatmiko menganggap guru yang mengajarkan senam dengan sebutan senam seks, itu "hanya ingin mencari perhatian." "Semua jenis senam yang melatih otot-otot perut, paha dan badan itu mengandung unsur senam seks," katanya. Sandra Graves Smith, pimpinan Joanne Drew Fitness Centre di Hotel Borobudur, Jakarta, juga tidak menyukai istilah senam seks. "Yang mengira bahwa orang bisa hebat di ranjang karena senam, itu tolol," katanya. "Itu kan memerlukan keahlian yang lain," tambahnya. Diakuinya, ada juga wanita yang datang ke tempatnya untuk minta dilatih senam seks. "Tetapi saya selalu menasihati orang untuk melakukan senam bagi mereka sendiri: supaya tubuh mereka lebih sehat, supaya mereka lebih senang dengan diri mereka sendiri," katanya. Makin berkembangnya bermacam jenis senam itu oleh Mien Gondowidjojo, Sekjen Pengurus Pusat Perwosi, dianggap "baik, asal diarahkan ke arah yang positif." Maksudnya, untuk kesehatan jasmani wanita, dan juga misalnya kalau bisa membantu Persani (Persatuan Senam Indonesia) dalam pertandingan. Menurut Farida Bilal dari PIO (Pusat Ilmu Olahraga) ,KONI Pusat, dalam lokakarya Perwosi pekan lalu di Jakarta ada usul dari daerah agar istilah senam seks diubah "karena kedengarannya kurang enak." Ini sedang dipertimbangkan Perwosi. "Istilah senam seks memang tidak sesuai dengan estetika orang Timur. Kalau untuk Jakarta mungkin tidak apaapa, tapi kita kan harus juga memikirkan perasaan orang di daerah," kata Mien.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus