Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Kucing-kucing bule

Penterjemah: h. mahbub djunaidi bandung: iqra, 1982 resensi oleh: arwah setiawan. (bk)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CAKAR-CAKAR IRVING Penulis: Art Buchwald Penerjemah: H. Mahbub Djunaidi Penerbit: Iqra, Bandung, September 1982, 102 halaman DALAM Cakar-Cakar Irving, Irving tidak mencakar-cakar. Setidaknya, tidak secara langsung dan harfiah. Tapi dengan cakar-cakarnya sebagai biang kerok, Irving memang sempat mencabik-cabik. Yang dibikinnya compang-camping bukan bantalan kursi atau serat karpet seperti laiknya kucing-kucing normal. Melainkan tak lain dari masyarakat borjuasi pasca-industri negara yang power-nya super itu sendiri, ialah Amerika Serikat. Bayangkan, bangsa yang mengaku paling maju di dunia ini, sempat dibuat kalang kabut gara-gara cakar-cakar seekor kucing. Bukan karena Irving suka menggarut-garut, tetapi sebab cakar-cakarnya itu digunakannya untuk menyuap makanannya langsung ke mulut. "Tak secuil pun makanan yang runtuh ke ubin," tutur yang empunya cerita terkagum-kagum. Irving memang kucing ajaib, seajaib benak mencong sang penciptanya, Art Buchwald, jenakawan mahaproduktif ari Amerika. Pangkal riwayatnya ialah ketika Edgar Allen McGruder, 29 tahun, kepala bagian iklan perusahaan makanan kucing Pussyfoot mulai pasang adpertensi cari kucing yang aktingnya baik buat tampil di- siaran komersial tv. Respons terhadap iklan lowongan kerja itu tentu saja bak antrean pemuda Indonesia di halaman kantor penerimaan tenaga kerja. Pilihan akhirnya jatuh ke si Irving, kucing kesayangan Nona Nenek Lila Summersby yang datang membawa Irving ke sana hanya sebagai mampir-lewat, karena mengira ada semacam pameran kucing di situ. Irving langsung terpilih, ketika tampak ia menyendok dengan cakarnya makanan kucing dari kaleng dan langsung menyuapkannya ke mulut. Ini memang tak masuk akal, fantastis, dan ya Rabbi, seperti seru McGruder. Ringkas cerita, lewat penampilan tvnya yang direkam saban Rabu, dengan honorarium awal 50 dollar seminggu plus "semua makanan kaleng", Irving belhasil membuat dirinya hewan piaraan paling ngetop di seantero Amerika, seekor kucing di kucing di antara semua kucing. Dan berhasil perusahaan Pussyfoot melesat ke langit, dengan penjualan dua kali lipat perusahaan Brand X. Dah melipatnaikkan honor McGruder. Tapi suatu hari terjadilah bencana. justru pada saat akan diambil rekaman acara 'Mangkuk Besar' yang akan dipirsa oleh tak kurang dari 90 juta penonton tv. Irving hilang. Bersamaan dengan diangkutnya Nona Summersby ke rumah sakit akibat serangan jantung. Diasumsikan Irving diculik orang. Dunia gempar. Detektif termasyhur dari Prancis, Inspektur Alain Pierre Bernheim, disewa. Walter Croukite dan Eric Sevareid unjuk komentar. Russel Baker dari New York Tmes mengendus-endus berita sensasional ini. (Ini humor konyol dari Buchwald--Russel Baker adalah nama seorang kolumnis-humoris betulan yang dikenal sebagai saingan sekaligus sahabat Buchwald yang sama-sama tenarnya di sana). Uang tebusan dituntut. Pencarian diintensifkan. Siasat dipasang, siasat ditukar. Lika, lewat liku, kembali ke lika, dan ke liku lagi, Irving akhirnya ketemu. Beres? Belum. Ini baru Happy End, Part 1. Irving ternyata betina, dan sedang hamil pada waktu diketemukan. Dan celakanya, pas pada saat pengambilan acara mahapenting itu ada telepon dari dokter yang merawat Nona Summersby, bahwa nenek ini tidak punya kans menyambung nyawanya lebih panjang kalau ia tidak seketika itu juga bertemu Irving. McGruder ambil keputusan sangat tegas. Ia, bersama Maria Drake, sekretaris sambil kekasihnya, membopong Irving minggat dari situ, mendatangi Nona Summersby di rumah sakit untuk menyelamatkannya. Untuk itu McGruder dipecat, tapi lantas Happy End yang final. Nona Summersby sembuh, McGruder kawin dengan Maria Drake, mereka berbulan madu ke Hawaii. Dan Irving (beserta McGruder) yang kini sudah punya "lima anak lucu-lucu dan kesemuanya makan makanan kucing dengan cakar", dimohon kembali ke Pussyfoot dengan gaji 1.500 dollar seminggu. Buchwald memang sangat terkenal gemar membikin bulan-bulanan segala apa yang terjadi dalam masyarakat. Satirenya sangat kena namun entah bagaimana tidak terasa terlalu pedas atau sengit. Tidak pahit. Barangkali agak lain dengan Will Rogers, apalagi Lenny Bruce, keduanya juga kritisi sosial yang menggunakan humor sebagai wahananya. Agak lain dari tulisan Buchwald yang biasanya singkat-singkat, dan mengomenuri suatu peristiwa aktual di dunia, Irving merupakan tulisan panjang, dan lebih menyindir fenomena umum masyarakat komunikasi massal Barat ketimbang satu kejadian yang kongkrit. Tapi warna tulisannya masih tetap terasa sama--bahkan pun dalam teremahan . DAN perihal terjemahannya kebahasa Indonesia di sini perlu kiranya diberi juga komcntar, bahkan pujian. Tulisan bahasa Indonesia yang berasal dari Inggris di sini sama sckali tidak terasa kagok-kagoknya, seperti yang biasanya terjumpa pada terjemahan bukubuku serius lain. Padahal, orang yang sudah mengalaminya tentu tidak bisa menghindari pendapat bahwa menerjemahkan humor sering lebih alot dari menerjemahkan tulisan yang "lempeng". Hampir sama dengan terjemahan fiksi dan puisi yang membutuhkan poetic license, menerjemahkan humor juga membutuhkan semacam comedic license. Mahbub Djunaidi trampil sekali menggunakan itu. "Sampeyan", "gombal", "sontoloyo" dan semacamnya, merupakan bukti. Sayang saya tidak berkesempatan membaca buku aslinya, Irving's Delight (terjemahan judulnya saja sudah cukup kreatif dan luwes). Sebab saya sebenarnya ingin tahu bagaimana bahasa Inggrisnya ungkapan-ungkapan seperti "Sompret betul! Samber geledek ! Biar jongkok tak bangun-bangun lagi perusahaan itu!" Atau, "Tujuh turunan martabatnya merosot menjadi cacing. " Sesudah dengan beberapa nomor dini dari komik Tintin, jarang saya bisa menikmati terjemahan yang begitu kreatif dari kosa-kata umpatan asing. Arwab Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus