KARIER bola Diego Armando Maradona mungkin segera tamat. Takdir agaknya menggariskan, di Italia dia berjaya, di Italia pula dia runtuh. Jumat lalu, hasil tes dope pada seniman bola 30 tahun itu mengagetkan: Diego positif memakai kokain. Pemeriksaan urine Diego dilakukan 12 hari sebelumnya, beberapa saat setelah Napoli menaklukkan Bari dengan 1-0 di Stadion Napoli. Paling tidak, Maradona akan kena hukuman dua tahun tak boleh main, sementara kontraknya dengan Napoli berakhir 1993. Artinya, praktis karier Maradona stop sampai di sini. Maradona mengawali hari-harinya di kota pelabuhan Napoli pada 1984. Dengan uang transfer US$ 7,5 juta, atlet yang membawa Argentina merebut Piala Dunia 1986 -- antara lain lewat gol "tangan Tuhan"-nya ke gawang Inggris -- itu disambut meriah di Napoli dan menjadi pemain termahal saat itu. Apalagi setelah untuk pertama kalinya Napoli menjuarai kompetisi di tahun 1987, disusul pada tahun 1990. Jasa Diego jugalah yang membuat Napoli merebut Piala UEFA pada 1989. Namun, Diego nyaris tak pernah berhenti bertikai dengan pimpinan klubnya. Ia pernah protes tak mau ikut membela Napoli ketika melawan Spartak Moskow di ibu kota Soviet itu dalam Piala Champions tahun lalu. Ia juga pernah memboikot klubnya dalam perebutan Piala Italia ketika melawan Fiorentina. Walhasil, selama di Napoli, tak kurang dari US$ 50 ribu yang harus dibayar Diego untuk denda pelanggaran disiplin. Sejak Februari lalu, tanda-tanda robohnya karier Maradona mulai kelihatan. Pemain yang selalu berkostum nomor 10 ini diperiksa carabinieri -- badan penyelidik polisi -- lantaran tuduhan terlibat dalam mafia obat bius dan pelacuran. Maradona disebut-sebut sebagai teman akrab beberapa tokoh camorra (mafia Italia yang beroperasi di Napoli dan sekitarnya) yang ditangkap polisi. Camorra punya jaringan cukup luas, termasuk agen-agen di luar Italia. Tokoh-tokoh camorra yang ditangkap diidentifikasi berasal dari klan Lo Russo. Mereka adalah koordinator jaringan perdagangan kokain antara Marseille-Nice-Tolouse -- kota-kota di Prancis -- sampai ke Napoli. Selain kokain, kelompok ini juga menggerakkan bisnis pelacuran dengan mendatangkan wanita-wanita asal Amerika Selatan. Pada 12 Februari lalu, delapan tokoh camorra diringkus, banyak di antaranya teman Maradona. Bahkan, Diego sering dipotret dan terpampang di media massa bersama pentolan-pentolan camorra tadi dalam pesta-pesta jetset. Nama Diego juga kerap terdengar dalam pembicaraan telepon orang-orang camorra yang disadap polisi. Mulanya, nama Maradona cuma disebut-sebut. Baru 13 Februari, Kepala Polisi Italia Vittorio Sbordone mendapat titik terang keterlibatan Maradona. "Dari rekaman pembicaraan antartokoh perdagangan kokain dan pelacuran itu, kami temui bahwa Maradona sering minta kokain dan wanita untuk dirinya sendiri dan relasi-relasinya," ujar Sbordone di depan wartawan Italia. Keterlibatan Maradona juga dilacak lewat tokoh camorra bernama Carmela Lo Russo. Perempuan tua ini merupakan mucikari rumah pelacuran besar II Falco d'oro (burung elang emas), yang letaknya di bagian kuno Napoli yang disebut spagnol. Hampir semua pelacur di sana didatangkan dari Amerika Selatan dan Jerman. Rumah maksiat yang ditutup polisi setahun lalu itu belakangan ketahuan aktif lagi. Dan yang mendukung usaha Madame Carmela adalah Mario Lo Russo, tokoh penting perdagangan drugs. Kabarnya, Maradona sering menelepon Carmela, "memesan" cewek-cewek Amerika Selatan untuk dia sendiri atau temannya. Kadangkala, pesanan untuk diri Maradona istimewa: dua cewek sekaligus dan kalau bisa dari Amerika Selatan. Jatuh bangun Napoli memang bergantung pada Maradona. Ketika ulahnya mulai "aneh-aneh", prestasi Napoli pun terseok-seok. Kini, klub itu berada di peringkat kesepuluh kompetisi. Masih untung, dalam Piala Italia, Napoli masih bisa maju ke final. Tapi jangan harap Napoli bisa "bicara" lagi di tingkat Eropa. Tahun ini Napoli gagal total untuk ikut dalam kejuaraan tingkat klub Eropa. Karier Maradona memang penuh "warna". Ia dilahirkan di daerah "slum" Villa Fiorito di jantung Buenos Aires pada 30 Oktober 1960. Anak kelima dari pasangan keluarga buruh Diego "senior" dan Dalma Franco de Maradona ini ditemukan di jalan-jalan kota oleh Francisco Cornejo, pelatih klub ternama Argentinos Juniors. Dalam usia 16 tahun kurang 10 hari, anak ajaib yang tinggi badannya cuma 1,64 meter ini sudah memperkuat tim nasional yunior Argentina. Pada 1978 ketika gagal memperkuat tim nasional Argentina ke babak penyisihan Piala Dunia, Diego sukses memimpin tim yunior Argentina jadi juara dunia di Tokyo, Jepang. Antara lain yang digasak habis adalah tim Indonesia dengan 5-0. Ia kemudian membawa klubnya, Boca Juniors, menjuarai Liga Argentina pada 1981. Setahun kemudian, mulailah petualangannya di luar negeri. Ia dikontrak Barcelona Spanyol dengan nilai transfer US$ 3,5 juta. Tapi dua tahun di Spanyol adalah masa kelabu Diego. Ia menderita hepatitis, patah kaki, dan terlibat perkelahian dengan pemain klub Bilbao yang disaksikan Raja Juan Carlos. Bintangnya mulai terang ketika pindah ke Italia, bergabung dengan Napoli. Ia menikahi seorang fotomodel Italia, Claudia Villafane, dalam sebuah pesta besar di Buenos Aires. Kini, Diego punya dua anak perempuan. Orang hebat biasanya punya tabiat aneh, kata sejumlah orang. Diego Maradona mungkin termasuk contoh itu. Tapi, apa betul kariernya tamat karena kokain? Toriq Hadad (Jakarta) dan Lisa Sallusto (Napoli)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini