Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ambisi Juara Pemain-pemain Tua

Tim Piala Thomas Indonesia dibentuk. Terdiri dari pemain-pemain lama. Tahir Djide optimistis timnya akan menang, karena ditunjang oleh sistem latihan, modal fisik, dan program diskusi antar pemain. (or)

12 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA tim Piala Thomas Indonesia terpilih juga. Setelah dua setengah bulan 12 pemain digembleng, Selasa pekan ini diumumkan delapan orang saja yang menjadi anggota tim. Kecuali Eddy Kurniawan (24) yang baru pertama kali ini memperkuat regu Piala Thomas, selebihnya merupakan orang-orang lama yang usianya tak muda lagi. Mereka adalah Icuk Sugiarto (24), Liem Swie King (30), Lius Pongoh (26), Christian Hadinata (36), Bobby Ertanto (26), Hadibowo (28), Kartono (32). Dengan pemain yang separuhnya berusia di atas 30 itu, memang banyak orang pesimistis. Namun, bagi pengurus PBSI sendiri tampaknya tak banyak pilihan. Selain belum ada pemain muda yang muncul - sekalipun mereka banyak dikirim ke turnamen-turnamen internasional untuk cari pengalaman - para pemain yang terpilih untuk bertarung di perebutan Piala Thomas yang ke-14 kalinya itu (22 April-4 Mei) masih dianggap terbaik untuk sebuah tim. "Saya optimistis, kali ini Piala Thomas masih bisa dipertahankan," ucap Tahir Djide, pelatih kepala tim Piala Thomas. Maka, selain dukungan diberikan oleh beberapa tokoh seperti Wapres Umar Wirahadikusumah, Menpora Gafur, dan bekas Ketua KONI Sultan Hamengkubuwono IX yang berkunjung ke tempat latihan mereka, Tahir Djide juga menyiapkan latihan yang padat. Program inilah yang diandalkan Tahir Djide agar kondisi puncak para pemainnya terjadi saat-saat pertandingan berlangsung. Kali ini, menurut Tahir Djide, program latihan yang dimulai awal Februari lalu itu dititikberatkan pada latihan di lapangan bulu tangkis, dibandingkan dengan latihan fisik. Mulai dari perbandingan 60:40, kini bergeser menjadi 80:20. "Program ini sesuai dengan umur mereka yang rata-rata sudah 25 tahun," ucap Tahir. Faktor umur ini memang sangat menentukan porsi latihan. Karena itu, ujar Tahir lagi, jangan heran bila V02 max (kemampuan paru-paru mengisap 02) mereka tidak sebaik ketika penampilan mereka awal 1980-an. Perkembangan itu tak berarti latihan yang diberikan tidak membawa hasil. Misalnya tentang kekuatan otot (strength) rata-rata pemain meningkat rata-rata di atas standar. Icuk memiliki kekuatan otot kaki dan punggung 160 dan 150, di atas standar 130 dan 150. Bahkan Swie King otot kakinya mencapai 180. "Itu sebabnya kayak Icuk misalnya, fleksibelitasnya sangat bagus, padahal dulu tubuhnya kaku," ucap Tahir Djide. Begitu juga dengan kadar Hb (hemoglobin) hampir semua pemain rata-rata di atas 15. Modal fisik yang rata-rata bagus itu. menurut Tahir Djide, sangat menunjang latihan-latihan stamina, termasuk latihan pelemasan otot-otot. Barangkali itu sebabnya, misalnya, Christian Hadinata yang di antara pemain termasuk paling tua, dan karenanya paling rendah baik V02 max maupun Hbnya, masih mampu lari mengitari Stadion Utama dari biasanya 30 kali menjadi 40 sampai 50 kali. Mengatur prestasi puncak pada saat pertandingan, menurut Tahir, tidak mudah. Ia, katanya, pernah keliru melatih Rudy Hartono ketika perebutan All England tahun 1975. Karena tidak tahu Rudy akan bermain dulu di Kejuaraan Denmark sebelum pertandingan di London itu, prestasi puncaknya jatuh pada saat semifinal All England. "Di final Rudy dikalahkan Svend Pri," ucap Tahir. Namun, kini yang membuat Tahir lebih optimistis adalah adanya program diskusi antara pemain yang selama ini tak pernah dilakukan. Pemain secara bergiliran dua kali seminggu mendiskusikan hasil latihan mereka yang direkam dalam video. Dengan cara begitu, kata Tahir lagi, pemain akan mengetahui kekurangannya selama ini. Mereka, selain berani mengemukakan pendapat, diharapkan diskusi itu mampu membuka inisiatif sendiri dalam menghadapi situasi kritis di lapangan. Manfaat lain program ini adalah terlibatnya mereka secara aktif dalam latihan-latihan. Sehingga tanpa diawasi pelatih berbeda dengan sebelumnya - para pemain bangun pagi dan melakukan latihan fisik. "Saya gembira melihat ketekunan mereka dan itu menambah keyakinan saya," ucap Tahir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus