Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Ambisi Seharga Tiga Milyar

Indonesia bertekad untuk menjadi juara umum di Sea Games XIII di Bangkok. Pengiriman dilakukan secara selektif. Menurunnya prestasi dalam dua sea games terakhir sehingga banyak kalangan pesimistis. (or)

23 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEHORMATAN Indonesia di bidang olah raga kembali akan dipertaruhkan di SEA Games (Pekan Olah Raga Asia Tenggara) Desember mendatang. Sebagai negeri paling besar dengan penduduk paling banyak dibanding tujuh negara peserta lainnya, tekad untuk menjadi juara umum untuk kelima kalinya di pesta olah raga di Bangkok itu memang pantas. Ambisi agak muluk - di tengah menurunnya prestasi pelbagai cabang olah raga belakangan ini - dicanangkan Menteri Pemuda dan Olah Raga Abdul Gafur, Minggu pekan lalu. Memang, kalau tidak di tingkat Asia Tenggara, di tingkat mana lagi kita bisa unggul? "Sekarang saatnya kita harus kembali berbicara: merebut medali terbanyak, untuk mempertahankan kejayaan yang pernah kita capai di SEA Games 1977 di Kuala Lumpur," kata Gafur bersemangat, ketika meresmikan kontingen Indonesia yang akan diberangkatkan ke SEA Games, yang akan berlangsung 8-17 Desember mendatang. Akan ikut dalam 18 dari 19 cabang yang diperlombakan, kontingen Indonesia yang diresmikan itu seluruhnya berjumlah 390 orang. Mereka terdiri dari 305 atlet (214 putra dan 91 putri) serta 85 ofisial, yang secara bergelombang akan diterbangkan ke ibu kota Muangthai itu, pekan ini. Di bandingkan dengan dua tahun lalu (SEA Games XII) jumlah anggota kontingen kali ini lebih rendah. Waktu itu, jumlah atlet saja 468 orang, merupakan tim paling besar dalam sejarah pengiriman atlet ke luar negeri. Kendati tetap tampil sebagai pengumpul medali emas terbanyak, Indonesia hanya berhasil memperoleh 64 medali emas. Menurun dibandingkan SEA Games XI, 1981 di Manila, dengan 85 medali emas. Dan merosot tajam dibandingkan prestasi SEA Games sebelumnya di Jakarta, 1979, ketika secara gemilang Indonesia berhasil merampas 92 medali emas - yang terbesar dalam sejarah SEA Games. Indonesia ikut pekan olah raga yang dimulai dengan nama SEAP (South East Asia Peninsula) Games, pada 1959, mulai 1977. Langsung tampil sebagai pengumpul medali emas terbanyak, Indonesia ketika itu memperoleh 62 medali emas. Penurunan perolehan medali sejak SEA Games Manila itu membuat banyak peminat olah raga pesimistis, kontingen Indonesia akan bisa mempertahankan gelar sebagai pengumpul medali emas terbanyak di SEA Games tahun ini. Maklum, sudah terbukti di Pesta Sukan Brunei (dengan 11 cabang olah raga) yang diikuti enam negara ASEAN, Maret lalu, misalnya, Indonesia cuma menjadi juara kedua dalam pengumpulan medali, di bawah Filipina. Itulah mungkin pertimbangannya, sehingga Menpora, kini, berusaha membakar semangat para atlet dengan merebut jumlah medali emas lebih banyak dari yang dibuat di Singapura. Tak disebutkan Gafur berapa ancar-ancar emas yang harus direbut. Tapi, Gatot Suwagio, Ketua Kontingen Indonesia, menancapkan harapan, "Supaya aman, kita harus rebut sepertiga dari 250 medali yang diperebutkan." Ini berarti diam-diam ada rencana yang lebih ambisius untuk merebut 80 medali emas lebih. Bisakah? Gatot tampak yakin. "Sebab, persiapan kita dengan kerja keras semua induk olah raga cukup matang. Seleksi atlet dilaksanakan dengan ketat. Atlet yang kita perkirakan tak bisa merebut medali tak akan kita kirim," katanya. Contoh, disebutkannya, basket putri yang tak diikutkan ke Bangkok, karena dinilai tak berprestasi. KONI, yang menyediakan dana sekitar Rp 3 milyar untuk mempersiapkan kontingen kali ini, tampaknya tak mau mengulangi kesan jor-joran seperti dua tahun lalu. Itu terlihat dalam pengiriman atlet sekarang ini. Untuk itu, semua cabang, seperti diakui Sekjen PRSI, Buchari Nasution, diminta mengetatkan seleksi mereka dalam memilih atlet. Sehingga, minimal bisa masuk final dalam pertarungan melawan sekitar 2.500 atlet dari delapan negara di Bangkok nanti. "Di semua nomor renang, kami menetapkan patokan limit minimal yang harus dicapai para perenang. Misalnya, seorang perenang hanya blsa lolos kalau mencapai waktu minimal sama dengan waktu yang dicapai juara ketiga renang SEA Games yang lalu," kata Buchari. Dan dari seleksi ketat itu, akhirnya, PRSI, yang dua tahun lalu hanya beroleh dua emas, kini menargetkan akan bisa merebut empat medali emas, lewat 17 atlet yang mereka kirim. Di cabang lain, seleksi serupa juga dilaksanakan. Dan kemudian jadi seru karena ada yang berakhir dengan ricuh. Beberapa atlet senior, seperti petenis urakan Yustedjo Tarik dan Pemanah Donald Pandiangan, dicoret dari daftar karena, antara lain, dianggap secara tim tak cukup siap untuk merebut medali. Donald, 40, misalnya, bingung karena tak merasa dipanggil untuk ikut seleksi. Padahal, atlet yang pernah menyumbangkan 20 medali emas selama 4 kali SEA Games itu, terakhir, di PON XI masih tercatat sebagai satu dari dua pemanah terbaik di Indonesia. "Saya merebut dua medali emas di SEA Games Singapura," kata Donald, yang diskors KONI, sepulang dari Olimpiade Los Angeles tahun lalu karena dianggap tidak disiplin "Kini ia memang tak dikirim, karena kami mau coba regenerasi. Kami mau mencoba, merebut delapan medali emas dengan pemain-pemain muda," kata Bambang Widjanarko, Ketua I PB Perpani (Persatuan Olah Raga Panahan Seluruh Indonesia). Dari cabang mana saja sebenarnya kans medali emas diharapkan Indonesia di Bangkok? Gatot dan pimpinan KONI lainnya tak bersedia menjawab. "Untuk sementara, itu rahasia," kata Suprayogi, Ketua Harian KONI, sambil tertawa. "Sebab, lawan bisa memanfaatkannya nanti, jika kami bilang," tambah Gatot. KONI boleh saja berahasia. Tapi, sebenarnya, peta kekuatan atlet-atlet yang akan ikut kejuaraan tak begitu banyak berubah dari kejuaraan dua tahun lalu. Indonesia disegani, misalnya, dalam cabang: angkat besi, yudo, tinju, bulu tangkis, tenis, panahan, dan tenis meja. Di cabang-cabang itu, bisa disebut, Indonesia jarang meleset dalam meraih sebagian atau semua medali yang dipertandingkan. Angkat besi, misalnya, dua tahun lalu, bisa merebut 14 medali emas dari 28 medali yang disediakan. Target serupa tahun ini juga akan dikejar oleh 12 lifter yang dikirim PABSSI ke Bangkok. Tapi, itulah. Di cabang lain, yang juga banyak menyediakan medali, ketangguhan atlet Indonesia tak begitu meyakinkan. Umpamanya dalam atletik yang menyediakan 41 medali, renang 29 medali, dan menembak 28 medali. Atletik, misalnya, yang sudah mengikuti Kejuaraan Asia, dan beberapa atlet ada yang sudah dikirim berlatih ke luar negeri, tapi PASI, organisasi yang membawahkan cabang olah raga itu, cuma berani menargetkan lima medali emas lewat 54 atlet yang mereka kirim. Antara lain, emas itu diharapkan dari Purmo dan Emma Tahapary (lari), Frans Mahuse (lempar lembing), dan Yuliana Effendi (lempar cakram). "Soalnya. kekuatan sekarang berimbang di semua negara," dalih M. Sarengat, Ketua Pembinaan PASI. Bisa jadi, karena itu, tak semua pimpinan KONI berani memastikan, ambisi untuk merebut medali emas lebih banyak dari di Singapura bisa dicapai. "Bisa menyamai prestasi Singapura saja sudah bagus. Sebab, negara lain, seperti Filipina, Burma, dan tuan rumah Muangthai, sekarang cukup kuat," kata Suprayogi. MS Laporan Didi Prambadi & Rudy Novrianto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus