MUNGKIN bintang baru dari Indonesia lahir di Sampdoria. Dialah Kurniawan, 17 tahun, yang kini berlatih di Italia. Dalam pertandingan melawan Sestri Levante, Kamis dua pekan lalu, ia menjadi pemain tamu, sebagai penyerang, memperkuat tim elite Sampdoria. Walau hanya main pada 25 menit terakhir di babak kedua, penampilan Kurniawan ternyata menawan. Bak macan kumbang, anak Magelang ini menerobos pertahanan lawan. Pada menit kesepuluh setelah ia masuk lapangan, Jugovic memberinya umpan bola. Kurniawan, yang posisinya membelakangi gawang lawan, menerima bola dan langsung berputar. ''Saya lihat kipernya salah posisi. Saya tembak langsung ke gawangnya,'' katanya. Ternyata, dari jarak 25 meter, bola bersarang di jaring lawan. Gol. Penonton bersorak melihat gol indah itu. Kurniawan terpana. ''Saya tidak menyangka bisa membuat gol,'' ujarnya kepada TEMPO. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Sampdoria 5-0, dan gol Kurniawan menjadi gol penutup pertandingan. Besoknya, wajah dan nama Kurniawan terpampang di surat kabar dan majalah olah raga Italia. Ia juga diwawancarai televisi Belanda yang tadinya hendak mewawancarai Ruud Gullit. Semua media memuji penampilannya. ''Anak itu punya prospek cerah. Kecepatannya bagus sekali,'' kata Goran Eriksson, pelatih Sampdoria. Kurniawan tampil di tim senior Sampdoria berawal dari absennya penyerang Manchini, yang ditarik menjadi pemain nasional Italia untuk pra Piala Dunia. Ruud Gullit juga absen karena cedera, dan David Platt sedang pulang ke Inggris. Untuk mengisi posisi lowong itu, Eriksson lalu memilih Belluci, dari Sampdoria yunior, dan Kurniawan. Menurut Danurwindo, pelatih yang mendampingi tim PSSI di bawah usia 19 tahun yang berlatih di Italia ini, Sampdoria memilih Kurniawan karena melihat penampilannya ketika memperkuat tim PSSI di kompetisi Primavera. Kompetisi yang diikuti klub profesional Italia di bawah usia 20 tahun itu selalu diamati para pelatih dan manajer klub sepak bola utama Italia. Buat mereka, kompetisi Primavera merupakan ajang mencari pemain muda untuk memperkuat timnya. Karena itu mereka juga tahu kemampuan personel tim PSSI. Selain Kurniawan, menurut Eriksson, ada empat lagi yang bagus menampilannya, yaitu Kurnia Sandy (kiper), Eko Purjianto (libero), Bima Sakti (gelandang), dan Ferry Taufik (sayap). Kurniawan bak mendapat durian runtuh karena bisa bermain dengan pemain ternama. Misalnya Attilio Lombardo, Jugovic, Screcko Katanec, Michele Serena, dan Vierchowod, yang juga kelas dunia. Awalnya, bermain bersama pemain profesional seperti mereka tentu membuat Kurniawan gamang. ''Saya deg-degan,'' katanya. Tapi, begitu masuk ke lapangan, ia tidak canggung lagi, bahkan menampilkan kemampuannya. Ternyata Kurniawan merasa lebih enak bermain bersama pemain profesional. ''Mereka mengerti main bola. Jadi gampang membangun kerja sama tim,'' katanya. Di mata Rahim Sukasah, penanggung jawab proyek khusus tim PSSI ini, eloknya penampilan Kurniawan tidak mengejutkannya. ''Sejak dari Jakarta, anak ini sudah terlihat berbakat,'' katanya. Dan bakat itu makin bersinar setelah diasah di Italia. ''Di sini kami belajar organisasi menyerang dan bertahan,'' ujar Kurniawan. Sedangkan menurut Danurwindo, tak hanya Kurniawan yang pesat, tapi semua anak asuhnya yang berlatih di Italia. Mereka maju dalam perkembangan individu dan kerja sama tim.Bambang Sujatmoko
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini