Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Atlet panahan Indonesia Riau Ega Agata Salsabilla memiliki ambisi mengalahkan tim Korea Selatan di setiap kompetisi menyusul pertemuan mereka pada nomor recurve beregu putra Asian Games 2023 Hangzhou, Jumat, 6 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah Ega, Ahmad Khoirul Baasith, dan Arif Dwi Pangestu mengincar medali emas pesta olahraga terbesar di Asia itu terhenti pada babak semifinal setelah kalah tim Negeri Gingseng. Korea tampil begitu presisi meski arena Fuyang Yinghu Sport Centre diguyur gerimis pada Jumat sore.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lee Wooseok, Oh Jinhyek, dan Kim Je Deok mendemonstrasikan kualitas pemanah-pemanah Korsel setelah 18 anak panah yang mereka lesakkan membuahkan 11 poin tepat sasaran dan tujuh lainnya mendapat poin sembilan pada tiga set yang mereka mainkan.
Ega dan kawan-kawan harus menyerah dengan skor 0-6 (56-57, 53-58, 55-58) dari formasi gabungan atlet junior dan senior Korsel itu sebelum memenangi laga perebutan medali perunggu melawan Bangladesh.
"Bertemu Korea, harapan kami bisa menang melawan mereka. Tapi, ternyata mereka masih terlalu kuat. Mereka lebih stabil, bisa meminimalisir kesalahan. Kami berharap bisa seperti mereka, bahkan melampauinya," kata Ega setelah pertandingan.
Saat berpasangan dengan Diananda Choirunisa pada nomor beregu campuran, pada Rabu, 4 Oktober 2023, Ega dan atlet putri peraih tiket Olimpiade itu juga dijegal oleh tim Korea Selatan pada babak semifinal. Melawan juara dunia asal Korea Selatan Lim Sihyeon yang berpasangan dengan Lee Wooseok, duet tim Merah Putih tidak boleh melenceng terlalu jauh dari sasaran tengah.
Dari 16 anak panah yang dilesatkan Lim dan Lee, 12 anak panah di antaranya menghasilkan nilai sempurna, dan empat sisanya bernilai sembilan Indonesia mampu mengimbangi lawannya di set kedua dan ketiga, namun pada set penentuan Korea Selatan membuat empat nilai sempurna di saat bidikan Ega dan Diananda goyah dan hanya mengumpulkan 35 poin.
Pasangan Indonesia itu harus puas dengan medali perunggu menyusul kemenangan mereka atas wakil Iran. "Dari pertama berangkat, saya memang gemas ingin mengalahkan mereka. Karena saya berpikir kalau saya tidak bisa mengalahkan Korea maka saya akan susah dapat emas," kata Ega yg lagi-lagi mendapatkan perunggu di level Asian Games menambah koleksi satu keping yang ia dapatkan pada edisi 2018.
Atlet berusia 31 tahun itu berharap untuk ke depannya Indonesia bisa menciptakan ekosistem kompetisi seperti di Korsel yang menjadi kiblat panahan dunia. "Di sana sistemnya sudah terbentuk dengan baik. Banyak kompetisi. Tahun ini kita juga mulai bertambah, Ketum PB Perpani yang baru juga sudah mulai mengikuti langkah Korea. Kalau ingin mengalahkan Korea, ke mana mereka tanding, kami harus datangi karena yang menjadi tolok ukur panahan itu adalah Korea," ujar Ega.
Atlet-atlet panahan Korea sangat memahami bagaimana menggunakan busur dan anak panah. Sejak Olimpiade 1984, tim Korea Selatan telah mengumpulkan 27 medali emas, lebih banyak dari negara mana pun yang berpartisipasi di pesta multicabang sedunia itu.