Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dari Konsultan sampai Dokter Gigi

Wasit Piala Eropa memiliki beragam profesi dan kebiasaan di luar lapangan.

21 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARTAI pembuka Piala Eropa 2004, 12 Juni lalu, amat menyakitkan rakyat Portugal. Hari itu tim mereka digebuk tim kecil Yunani 1-2. Tapi, bagi Pierluigi Collina, 44 tahun, hasil itu tak penting. Yang utama, ia bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Keputusan untuk memilih Collina sebagai wasit pertandingan pembuka baru dipatok oleh badan tertinggi sepak bola Eropa (UEFA) dua hari sebelumnya. Lelaki asal Italia ini amat bungah."Ini pertama kali saya ditunjuk menjadi wasit dalam partai pertama sebuah kejuaraan," katanya.

Penggemar bola mana yang tak kenal Collina. Sejak 1983, ia telah malang-melintang memimpin partai-partai Liga Italia. Ketegasannya diacungi jempol oleh banyak pengamat. Namun ada juga yang membenci dan menjulukinya "si Alien" karena kepalanya yang plontos. Yang pasti, tak banyak yang tahu, di luar sepak bola, ia punya pekerjaan sebagai konsultan keuangan di Viareggio, Italia.

Semua wasit yang terlibat dalam Piala Eropa 2004 juga punya pekerjaan tetap. Sebut saja Michael Riley dari Inggris, seorang direktur keuangan, atau Markus Merk (Jerman), yang menjadi dokter gigi (lihat Wasit dan Profesinya).

UEFA telah menunjuk 12 orang wasit dari berbagai negara. Lembaga ini menyeleksi nama-nama dengan melihat kinerja mereka pada event nasional dan internasional.

Sejak akhir Mei lalu, mereka telah berkumpul di Sao Felix de Marinha, sebuah wilayah di dekat Porto. Berbagai pelatihan tertulis dan pelatihan lapangan dipersiapkan khusus untuk menyongsong perhelatan akbar itu. Salah satunya, mereka harus mampu berlari dalam tempo 12 menit untuk jarak 2.700 meter, juga melakukan dua kali sprint berjarak 50 meter dan dua kali 200 meter. Fisik nomor satu karena cuaca Portugal tengah panas-panasnya, berkisar 35-40 derajat Celsius.

Wasit yang dipilih jelas bukan sembarangan. Collina, misalnya, pernah memimpin partai final Piala Dunia 2002 dan final Liga Champions 1998/1999 antara Manchester United dan Bayern Muenchen. Oleh International Federation of Football History, ia dinobatkan sebagai wasit terbaik selama lima tahun berturut-turut.

Tubuh jangkung, kepala gundul, mata melotot, dan bibir kerap cemberut. Selintas, sosok Collina aneh. "Tapi, bila Anda berbicara dengan saya, Anda pasti melihat bahwa saya manusia normal," katanya.

Ia hidup bersama istrinya, Gianna, dan kedua putri mereka. Keluarga ini tinggal di sebuah vila yang berada di jalan yang tak jauh dari pusat kota Viareggio.Pada waktu senggangnya, Collina suka membaca apa saja, juga berselancar di Internet. Sebuah buku panduan untuk wasit berjudul Rules of the Game telah lahir dari tangannya. Dia bisa berbahasa Italia, Inggris, Spanyol, dan Prancis.

Dalam ingatannya, 20 tahun yang lalu ia terserang demam berkepanjangan selama 15 hari. Alhasil, rambutnya rontok dan tak tumbuh lagi. "Saya tak tahu apa yang terjadi ketika itu. Orang tua saya pun tidak ingat," ujarnya.

Collina lahir di Bologna. Bermain sepak bola sejak kecil, pada usia 17 tahun ia mulai tertarik ikut kursus perwasitan. Pada tahun itu juga kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Bologna kelar. Pada 1991, ia pindah ke Viareggio dan bekerja di sebuah bank.

Sepak bola masa kini tak cuma menghasilkan pemain bintang, tapi juga wasit tenar. Collina termasuk yang namanya bisa dijual. Palang Merah Internasional (ICRC) telah menunjuknya menjadi salah satu duta untuk program perlindungan anak korban perang.

ICRC juga menggandeng tiga wasit tenar lainnya: Markus Merk, Andres Frisk (Swedia), dan Lubos Michel (Slovakia). Mereka bepergian ke berbagai penjuru dunia untuk berkampanye sekaligus mengumpulkan dana bagi program kemanusiaan.

Seperti Collina, kehebatan Merk, 42 tahun, telah teruji. Dia telah memimpin berbagai pertandingan Liga Jerman sejak 1988. Mulai 1992, FIFA selalu memasukkan namanya ke daftar partai internasional. Dua musim lalu, ia memimpin partai final Liga Champions.

Dalam satu pertandingan Liga Champions, Merk bisa mendapat bayaran US$ 6.000 atau sekitar Rp 54 juta. Untuk ukuran Indonesia, bayarannya mewah. Angkanya jadi terlihat kecil bila dibandingkan dengan rata-rata gaji pemain Eropa yang main di Liga Champions?paling sedikit Rp 202,5 juta per pekan. Di Liga Jerman, pendapatan Merk per pertandingan sekitar US$ 3.000 (Rp 27 juta). Tapi, sebelumnya, gaji dia amat kecil. "Saat mulai memimpin Liga Jerman pada 1988, saya hanya dibayar 72 mark Jerman (sekitar Rp 315 ribu)," katanya.

Dari hasil perkawinannya dengan Birgit, dia dikaruniai putra yang kini berusia empat tahun. Sejak 1991, ia membuka praktek dokter gigi. Kota Kaiserslautern hanya berpopulasi 100 ribu penduduk. Di kota kecil itu, Merk dikenal luas bak selebriti?mirip dengan ketenaran ayahnya, Rudi, yang menjadi wasit pada periode sebelum Merk.

Jadwal Liga Jerman tak menyulitkannya karena sudah lama dirancang. Yang memusingkan Merk adalah bila ada perintah mendadak dari UEFA untuk memimpin partai Liga Champions. "Saya hanya akan menerima tugas sepanjang saya ingin," tuturnya. Untungnya, pasiennya punya toleransi tinggi terhadap profesi lain si dokter. "Malah mereka senang jika jadwal pertemuan saya tunda. Maklum, sebagian besar dari mereka ingin cepat-cepat meninggalkan meja praktek saya," kata Merk seraya tertawa.

Mike Riley dari Inggris tidak sesibuk Merk. Profesinya direktur keuangan sebuah lembaga pendidikan di Leeds. Pekerjaan itu hanya dilakoninya sepekan sekali, tiap Senin pagi. "Seperti melepas lelah setelah memimpin pertandingan pada akhir pekan," katanya. Ini semacam ritual baginya. Di sela-sela memeriksa kertas kerja, Riley selalu mencari koran yang memuat komentar orang terhadap kepemimpinannya di lapangan.

Beda lagi dengan ritual khususnya saat akan memimpin pertandingan. Philip Sharp dan Glen Turner, dua hakim garis yang mendampingi Riley pada Piala Eropa 2004, tahu benar kebiasaan rekannya itu. "Mike suka mendengarkan musik dengan earphone di ruang ganti," ka-ta Turner, "tapi ia tetap menyimak pembicaraan di antara kami."

Manuel Mejuto Gonzalez dari Spanyol lain lagi. Ia lebih suka menikmati musik yang mengalun dari nyanyian suporter atau musik yang diputar sebelum pertandingan. "Makanya saya tak pernah takut dengan musik yang berdentam di stadion Portugal sepanjang pertandingan," kata pria berusia 39 tahun ini.

Karena usianya yang masih muda, Gonzalez masih cukup lama lagi menekuni profesinya sebagai wasit. Lain halnya Collina. Sebentar lagi ia akan pensiun karena, di Italia, wasit tak boleh berumur lebih dari 45 tahun.

Itu bukan berarti Anda tidak bisa menonton aksinya lagi. Pengurus Liga Inggris tengah mendekati si kepala gundul untuk memimpin partai-partai Liga Premier. Soalnya, di negeri itu, usia wasit bisa sampai 48 tahun. Maka tunggu saja aksi Collina di Liga Inggris.

Andy Marhaendra (dari berbagai sumber)


Wasit dan Profesinya

Lucilio Batista (Portugal)
Usia: 39 tahun
Profesi: Pegawai Bank
Bahasa: Portugis, Inggris, Prancis, Spanyol

Andres Frisk (Swedia)
Usia: 41 tahun
Profesi: Agen Asuransi
Bahasa: Swedia, Inggris, Jerman

Terje Hauge (Norwegia)
Usia: 39 tahun
Profesi: Pegawai Kesehatan
Bahasa: Norwegia, Inggris

Valentin Ivanov (Rusia)
Usia: 41 tahun
Profesi: Guru Olahraga
Bahasa: Rusia, Inggris

Manuel Mejuto Gonzalez (Spanyol)
Usia: 39 tahun
Profesi: Manajer Akuntansi
Bahasa: Spanyol, Inggris

Lubos Michel (Slovakia)
Usia: 36 tahun
Profesi: Guru
Bahasa: Slovakia, Inggris, Rusia

Michael Riley (Inggris)
Usia: 40 tahun
Profesi: Direktur Keuangan
Bahasa: Inggris

Gilles Veissiere (Prancis)
Usia: 45 tahun
Profesi: Manajer Perusahaan
Bahasa: Inggris, Prancis, Italia

Pierluigi Collina (Italia)
Usia: 44 tahun
Profesi: Penasihat Keuangan
Bahasa: Italia, Inggris, Spanyol, Prancis

Markus Merk (Jerman)
Usia: 42 tahun
Profesi: Dokter Gigi
Bahasa: Jerman, Prancis, Inggris, Italia

Urs Meier (Swiss)
Usia: 45 tahun
Profesi: Grosser
Bahasa: Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol

Kim Milton Nielsen (Denmark)
Usia: 44 tahun
Profesi: Manajer Perusahaan Teknologi Informasi
Bahasa: Denmark, Inggris, Jerman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus