Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Satu Otto, Sejumlah Kejutan

Rehhagel mengubah Yunani dengan disiplin Jerman. Kejutan bakal berlanjut?

21 Juni 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAH satu gol di babak pertama dari Spanyol, apa yang dilakukan Otto Rehhagel terhadap pemain Yunani? Pelatih Yunani itu, di kamar ganti Stadion de Bessa Seculo XXI di Kota Porto, Rabu pekan lalu, menatap tajam satu per satu pemainnya. Tatapan yang "merobek" jantung anak buahnya.

Ruang ganti itu senyap. Lalu mendadak terdengar dentum suara Rehhagel, "Kalian masih punya kesempatan untuk mengubah hasil akhir."

Pendek, singkat, tapi membangkitkan harapan. Kapten Yunani, Theodoros Zagorakis, menceritakan peristiwa itu dengan bersemangat. Yunani pun "mengamuk" di babak kedua. Striker Angelos Charisteas akhirnya berhasil menyamakan kedudukan jadi 1-1.

Dari sedikit kejutan pada pekan pertama Euro 2004, Yunani termasuk yang sedikit itu. Sebelum melawan Spanyol, tim Negeri Dewa ini menenggelamkan tuan rumah Portugal dengan 2-1 pada partai pembuka Grup A?sekaligus partai perdana Euro 2004.

Untuk sementara, Yunani memimpin Grup A dengan nilai empat, hasil sekali menang dan sekali seri. Spanyol di urutan kedua grup ini. Untuk lolos ke babak perempat final?yang dimainkan Senin dini hari waktu Indonesia Barat?Yunani hanya butuh seri lawan Rusia. Pertarungan hidup-mati di grup ini akan terjadi antara Spanyol dan Portugal. Spanyol hanya perlu seri untuk lolos, sedangkan Portugal harus menang bila tak ingin terdepak. Rusia praktis sulit bicara.

Yunani hanya bisa terdepak apabila kalah besar dari Rusia. Itu pun masih ada "syarat" lain, Spanyol dan Portugal bermain seri. Namun, tanpa harus menunggu hasil akhir pun sudah bisa dibilang bahwa prestasi Yunani patut diacungi jempol.

Bayangkan. Sebelum ini Yunani hanya dua kali mengikuti putaran final kejuaraan besar, yaitu Piala Eropa 1980 dan Piala Dunia 1994. Di dua ajang itu mereka mentok di penyisihan grup. Lebih parah lagi, Yunani selalu kalah dalam setiap pertandingan. Tak satu pun poin dibawa pulang ke Athena.

Kesedihan itu berakhir dengan datangnya "King Otto", julukan untuk Rehhagel yang asal Jerman itu. Dia sudah banyak menyumbangkan gelar untuk klub Jer-man seperti Werder Bremen dan Kaiserlautern. Maka, sejak 2001, Otto pun menangani tim Negeri Dewa.

Awalnya pahit. Debut pertama Rehhagel berakhir dengan kekalahan besar 1-5 melawan Finlandia. Pada September 2001 itu koran-koran Yunani menghujat Rehhagel. Masyarakat mencaci. "Pulanglah pelatih hebat!" begitu ejekan banyak media.

Musuh Rehhagel tak hanya media, tapi juga para pemainnya sendiri. Kelakuan para pemain Yunani sungguh "minus". "Saya punya banyak pemain hebat, tapi di sini ada masalah perilaku yang serius," katanya. Pemain Yunani terkenal temperamental dan tak disiplin, baik di dalam maupun luar lapangan.

Dan konsep otoriter diterapkan Rehhagel. Disiplin dibangun, yang tak mau ikut, ya, dibuang. Yang tua, banyak lagak, banyak tingkah tapi prestasinya pas-pasan, segera disikatnya. Direkrutnya para pemain muda yang penuh harapan. Sejak Rehhagel menangani Yunani, hanya dua pemain yang selalu ada dalam timnya. Yang lain keluar dan masuk.

Setelah urusan disiplin beres, barulah konsep bermain dirombak. Rehhagel lebih suka dengan pertahanan rapat. Ia kerap "menggantung" seorang striker di depan dengan menerapkan pola 5-4-1 atau 4-5-1. Angelos Charisteas, yang kini bermain untuk Werder Bremen Jerman, menjadi pilihan utama. Bila diperlukan, barulah pola permainan diubah menjadi 4-4-2. Sebelum berangkat ke Portugal, Yunani tak pernah kalah dalam 15 pertandingan terakhir di bawah asuhan Rehhagel.

Gelandang Stylianos Giannokopoulos punya penggambaran sendiri tentang prestasi hebat timnya. Ia menunjuk pelatihnya. "Dia adalah A sampai Z-nya tim ini," katanya. Diakuinya kultur orang Yunani yang tak disiplin. Dan Otto Rehhagel mengubahnya dengan menerapkan kedisiplinan khas Jerman ke dalam karakter Yunani. Hasilnya sebuah perpaduan sempurna.

Namun sebaiknya jangan terburu nafsu menjagokan Yunani. Bandar judi William Hill masih memandang Yunani sebelah mata. Yunani masih ditempatkan di posisi 10 sebagai tim yang dianggap berpotensi juara. Posisi taruhan untuk Yunani adalah 16 banding 1. Artinya, Anda akan mendapatkan 16 kali lipat dari jumlah yang Anda pertaruhkan.

Posisi pertama tim favorit juara masih dipegang Prancis (13 banding 5), Inggris (11:2), Italia (6:1), Spanyol (7:1), Belanda (10:1), dan Jerman (12:1).

Tapi siapa tahu Rehhagel akan mengubah sejarah. Piala Eropa 1992 pernah melahirkan Denmark sebagai juara, padahal tim Dinamit itu sama sekali tidak dijagokan sebelumnya. Nah, kita tunggu saja seberapa mujarab terapi tatapan mata Otto Rehhagel di Euro 2004 ini.

Andy Marhaendra (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus