TIM nasional Swedia bukanlah Arsenal. Fredrik Ljungberg terbiasa dengan hotel mewah dan penerbangan kelas satu bila bermain tandang untuk klubnya, Arsenal. Namun, bersama Swedia, ia harus rela dengan penerbangan kelas ekonomi. Dari Arsenal ia mendapat bayaran sekitar Rp 470 juta per pekan, sementara Swedia cuma mampu memberinya Rp 84 juta. Itu pun masih dikurangi biaya penginapan, makan, dan keperluan sehari-hari.
Lantas, dari mana semangat yang mampu menggerakkan Ljungberg dan kawan-kawan menggulung Bulgaria 5-0 pada penyisihan grup C, Selasa pekan lalu? "Demokrasi, mereka bebas melakukan apa saja, kendati keputusan akhir tetap ada pada kami," kata pelatih Tommy Soderberg. "Karena kami memang tak sekaya Inggris," ujar pasangan pelatihnya, Lars Lagerback.
Bila dibandingkan, uang saku Inggris dan Swedia bak bumi dan langit. Setiap pemain Inggris mendapat Rp 202,5 juta per pekan selama berlangsungnya Piala Eropa. Itu bersih, tidak seperti Swedia. Bahkan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) telah menjanjikan bonus Rp 3,3375 miliar per pemain bila timnya menang di final.
Swedia? "Kami telah menerima gaji sehingga tak ada bonus," kata Lagerback. Setidaknya sejauh ini memang belum ada janji bonus juara dari pemerintahnya. "Kalaupun ada, hanya pemain yang tahu. Saya tak tahu pasti jumlahnya."
Sebagian besar tim merahasiakan sistem pemberian bonusnya. Terutama untuk bonus per pertandingan, menang atau seri. Sejauh yang didapat dari sumber-sumber tak resmi, Denmark, Inggris, dan Prancis menempati peringkat teratas soal janji bonus ini.
Begitu Denmark memastikan lolos ke putaran final, asosiasi sepak bola negara itu langsung menghadiahi pemainnya masing-masing 442 ribu krona (crown) atau sekitar Rp 595 juta. Pada penyisihan grup, setiap pemain mendapat 49 ribu krona bila bermain seri dan 98 ribu krona jika menang. Kalau juara, mereka akan mendapat Rp 3,357 miliar per pemain.
Prancis sedikit berhemat. Negara ini hanya memberikan 230 ribu euro atau sekitar Rp 2,3 miliar kepada setiap pemainnya bila juara. Hanya, jika "Les Bleus" tidak lolos dari babak penyisihan grup?seperti pada Piala Dunia 2002?mereka tak akan mendapat satu sen pun uang di luar gaji. Ini sama dengan sistem bonus yang diberlakukan Spanyol dan Jerman.
Di antara negara besar, nasib pemain Jerman paling runyam. Hanya tersedia 100 ribu euro atau sekitar Rp 1 miliar per orang bila mereka memegang piala di final. Jumlahnya malah masih kalah dibandingkan dengan bonus untuk pemain Bulgaria, 102.300 euro, yang lucunya diberikan bila mereka mencapai perempat final, bukan juara.
Pemerintah Swiss juga tak menjanjikan bonus juara untuk timnya. Hanya, bila berhasil lolos dari pe-nyisihan grup, setiap pemain Swiss berhak atas duit sekitar Rp 599 juta.
Pemain Portugal lebih beruntung. Bila tak lolos dari grup, setiap pemain masih mendapat tambahan 35 ribu euro atau sekitar Rp 350 juta di luar gaji. Janjinya, jika mereka menang di final, telah menunggu duit sebesar 200 ribu euro atau sekitar Rp 2 miliar.
Duit memang bukan segalanya. Nyatanya, tim Swedia sejauh ini amat bersemangat kendati tak disuntik bonus besar. Satu hal yang memacu semangat mereka: keleluasaan di dalam dan di luar lapangan.
Berbeda dengan pemain negara lain seperti Prancis, Inggris, Italia, dan Portugal, pemain Swedia amat leluasa menikmati hari-hari di Portugal bersama istri atau pacar. Di penginapan mereka di Estoril, ada 23 perempuan, istri atau pacar pemain. "Kami mengizinkan apa pun yang mereka mau. Mereka profesional. Kami percaya kepada pemain," kata Lagerback santai.
Andy Marhaendra (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini