Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Piala Dunia Wanita 2019 adalah panggung besar untuk Megan Rapinoe, 34 tahun. Dengan potongan rambut pendek berwarna jambon-ungu terang, gelandang serang tim nasional putri Amerika Serikat itu tampil mencolok di lapangan. Tak cuma cakap bergaya, Rapinoe juga pemain berbahaya. Dalam 428 menit penampilannya, ia menjaringkan enam gol dan mencetak tiga assist, yang membuatnya meraih gelar pemain terbaik.
Rapinoe memimpin kesebelasan Amerika mengalahkan juara Eropa 2017, Belanda, dengan skor 2-0 pada babak final di -Stade de Lyon, Prancis, Ahad, 7 Juli lalu. Bermain di hadapan 57.900 penonton, sang kapten mencetak gol pertama Amerika lewat titik penalti pada menit ke-61. Delapan menit kemudian, Rose Lavelle mengamankan kemenangan timnya. Para pendukung Amerika pun berpesta.
Dalam parade kemenangan di New York, Rapinoe cs disambut ribuan orang bak pahlawan. “Tak ada yang bisa mengalahkan kita,” kata Rapinoe seperti dilaporkan USA Today, Rabu, 10 Juli lalu. “Sebuah kehormatan besar bisa memimpin tim ini.”
Amerika berhasil mempertahankan gelar juara yang mereka raih empat tahun lalu di Kanada. Kala itu, Rapinoe ikut mengangkat trofi dengan membukukan dua gol dan satu assist. Amerika menyamai rekor Jerman, yang memenangi Piala Dunia dua kali beruntun pada 2003 dan 2007. Ini juga merupakan gelar keempat bagi Amerika. Sebelumnya, mereka menjuarai Piala Dunia Wanita 1991 di Cina dan 1999 di kandang sendiri. Tiga bintang biru yang berjejer di atas logo tim di seragam mereka diganti dengan satu bintang berwarna emas. “Bisa menyaksikan empat tahun lalu dua bintang berubah menjadi tiga, dan sekarang empat, benar-benar mimpi yang menjadi kenyataan,” tutur penyerang Alex Morgan.
Di luar aksi brilian di lapangan, Rapinoe menjadi pusat perhatian karena sikapnya yang blakblakan. Ia tak segan membahas topik yang bersinggungan dengan politik. Sudah lama ia mendeklarasikan diri sebagai pendukung utama isu kesetaraan gender dan antirasisme. Ia salah satu atlet kulit putih pertama yang mendukung protes atlet American football, Colin Kaepernick, menentang kebrutalan polisi Amerika terhadap warga kulit hitam.
Rapinoe terang-terangan mengkritik Presiden Donald Trump, menyebutnya seksis dan rasialis. Gaya selebrasinya setelah mencetak gol selama Piala Dunia dengan merentangkan tangan lebar-lebar pun dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap Trump, yang pernah menyindirnya lewat Twitter. Namun Rapinoe tak pernah sendirian karena rekan setim dan pelatih Jill Ellis berada di sisinya. “Kami saling mendukung,” ucap Ellis, yang menjadi perempuan pelatih pertama yang sukses meraih dua gelar Piala Dunia. Ellis pula yang mengantar Amerika menjuarai Piala Dunia 2015.
Di tengah euforia kemenangan, para pemain putri Amerika sedang melawan diskriminasi yang mereka alami. Pada 8 Maret lalu, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, 28 anggota tim nasional menggugat Federasi Sepak Bola Amerika Serikat karena merasa diperlakukan tak setara dan dibayar lebih rendah daripada pemain pria.
Mereka menyatakan prestasi tim perempuan dan hitung-hitungan bisnisnya lebih baik ketimbang kompetisi sepak bola pria. Tiga tahun lalu, Rapinoe bersama Alex Morgan, Carli Lloyd, Becky Sauerbrunn, dan Hope Solo pernah mengajukan komplain mengenai diskriminasi upah. Rich -Nichols, bekas direktur Asosiasi Pemain Nasional Perempuan, mengatakan tindakan itu membutuhkan nyali dan keberanian besar. “Karena sangat berisiko terhadap karier mereka,” tuturnya.
Para pemain putri Amerika tak sendirian. Atlet perempuan di berbagai negara lain juga lantang bersuara. Anggota tim nasional putri Nigeria pernah menolak meninggalkan hotel di Prancis ketika mereka tereliminasi dari Piala Dunia dan menuntut bonus mereka dibayarkan. Pemain Irlandia dan Australia juga pernah mengajukan protes agar mendapat perlakuan dan bayaran lebih baik.
Pemain Norwegia, Ada Hegerberg, salah satu yang paling lantang menuntut kesetaraan untuk tim perempuan. Peraih trofi Ballon d’Or 2018 itu menolak bermain untuk tim nasional sampai tuntutannya dipenuhi. Para pemain nasional putra pun mendukungnya. Norwegia menjadi negara pertama yang memberlakukan kesepakatan kesetaraan gaji untuk pemain nasional putra-putri sejak 2017.
Para atlet perempuan itu membuat standar baru apresiasi di bidang olahraga yang tak seharusnya dibatasi karena perbedaan gender. “Mereka menarik perhatian, dukungan, dan kebanggaan untuk dunia olahraga perempuan,” ucap petenis legendaris Billy Jean King seperti dilaporkan CNN. “Sudah waktunya memberikan apa yang layak mereka dapatkan.”
Tim nasional putri Amerika Serikat masih menjadi yang terbaik di dunia. Posisi terjelek mereka di Piala Dunia adalah peringkat ketiga. Mereka tak pernah absen dalam delapan pergelaran Piala Dunia, meraih empat medali emas Olimpiade, serta mendominasi turnamen Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF) dengan sembilan kali menjadi juara dalam sepuluh partisipasi. Prestasi tersebut jauh meninggalkan capaian tim putra. Dalam sepuluh penampilan di Piala Dunia, prestasi terbaik tim putra adalah menempati peringkat ketiga pada Piala Dunia 1930. Mereka bahkan tak lolos ke putaran final Piala Dunia tahun lalu di Rusia.
Juru bicara para penggugat, Molly Levinson, menyebutkan sepak bola perempuan menghasilkan lebih banyak uang dan -rating tinggi di televisi. Tapi pemain putri paling top cuma mendapat gaji 38 persen lebih rendah atau ada kesenjangan hingga US$ 164 ribu per tahun dibanding pemain putra. “Mereka dibayar lebih rendah hanya karena mereka perempuan,” ujar Levinson seperti dilaporkan situs Vox, Rabu, 10 Juli lalu.
Sebagai pemenang Piala Dunia, tim putri Amerika mendapat hadiah US$ 4 juta atau sekitar Rp 56,3 miliar. Jumlah ini sepuluh kali lebih kecil hadiah yang diterima tim putra Prancis saat menjuarai Piala Dunia tahun lalu.
Megan Rapinoe menyinggung ketidaksetaraan lain yang dialami pemain perempuan di Piala Dunia, yang merupakan turnamen tertinggi dalam kalender Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Seharusnya, kata dia, turnamen itu digelar sebagai pusat perhatian bagi penggemar bola, seperti yang dilakukan FIFA pada Piala Dunia 2018.
Ternyata para pemain perempuan harus “berbagi panggung” dengan kolega mereka, para pemain laki-laki, yang berkompetisi di Piala Emas CONCACAF dan Copa America. “Jika benar-benar peduli, apakah Anda akan membiarkan kesenjangan itu membesar? Apakah Anda akan menggelar tiga final pada hari yang sama? Tentu saja tidak,” tutur Rapinoe seperti dilaporkan Washington Post.
Megan Anna Rapinoe
Tempat dan tanggal lahir: California, Amerika Serikat, 5 Juli 1985
Tinggi: 168 sentimeter
Posisi: Gelandang serang, sayap
Kekayaan: US$ 3 juta
Gaji: US$ 170 ribu per tahun
PRESTASI
» Juara Divisi 1 Prancis dan Piala Prancis bersama Olympique Lyonnais (2012/2013)
» Juara Piala Dunia (2015, 2019)
» Juara Olimpiade (2012)
» Juara CONCACAF (2014, 2018)
» Pemain Terbaik Piala Dunia 2019
» Pencetak Gol Terbanyak Piala Dunia 2019
» Pemain Terbaik di Final Piala Dunia 2019
Amerika Serikat di Piala Dunia Wanita
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (ESPN, CNN, SB NATION, CNBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo