Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Di Pelatnas, Makan Sedap

Olahragawan kita umumnya kurang gizi. Gizi atlit di Pelatnas lebih terkontrol, porsi lebih besar. Patokannya adalah 4 sehat 5 sempurna. Faktor kebiasaan juga menentukan. (or)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Di Pelatnas, Makan Sedap
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SRIWIYANTI, sebelum menjadi Ny. Poilot, pernah mengeluh di pelatnas mengenai makanan. Prestasinya merosot sebagai pemain bulutangkis nasional hanya karena menu yang dihidangkan tak cocok dengan lidahnya. Tapi bila di daerah asalnya, Jawa Timur, ia bermain jauh lebih baik. Tidak heran bila di pelatnas waktu itu beredar guyon "Berilah Sri tiwul, ia akan jadi juara." Tiwul adalah makanan yang dibuat dari singkong. Sedikit saja seperti Sri, jika masih ada, atlit kita yang bisa berprestasi tanpa makan di pelatnas. Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin, baru-baru ini melaporkan pada Komisi IX DPR bahwa olahragawan kita umumnya kekurangan gizi. Terutama para pemain PSSI, katanya, "berasal dari golongan yang kurang mampu .... Separoh dari waktu di pelatnas dihabiskan untuk memperbaiki kondisi fisik pemain saja." Pelatih atletik klub Jayakarta, Nicky Pattiasina membenarkan sinyalemen tersebut. "Jika atlit tidak dipelatnaskan, saya hanya berani menyuruh mereka lari 4 kali putaran," katanya. "Kalau dipelatnaskan, bisa disuruh 8 kali." Di pelatnas, gizi makanan atlit lebih terkontrol. "Gizi memang penting untuk meningkatkan stamina, tapi bukan hal mutlak dalam meningkatkan prestasi," kata pelari nasional, Haryanto. Faktor kebiasaan -- seperti Sri tadi -- juga jelas ikut menentukan kemampuan olahragawan. Tapi "yang penting mereka harus berpatokan pada 4 sehat dan 5 sempurna," kata dr. Abubakar Saleh, penanggungjawab Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kesehatan Olahraga KONI. Menu 4 sehat itu terdiri dari sepiring nasi (jagung dan ubi) dengan sayur-mayur, sepotong daging (ikan, tahu atau tempe), plus buah-buahan. Untuk kesempurnaannya, harus ditambah segelas susu. Patokannya ? Para atlit datang dari berbagai daerah dan latar belakang kehidupan. Maka selera mereka pun berbeda. Ini pernah merepotkan Deetje, yang membantu Ny. Merry Lubis, pemborong makanan di pelatnas Senayan. "Kalau mengikuti kemauan 1 atau 2 orang saja, ya susah." katanya. Makanan yang dihidangkannya terdiri dari 6 jenis, termasuk buah-buahan. Selain itu, ada lagi makanan kecil. Acara makan 3 kali sehari. Petunjuk ahli gizi, menurut si pemborong, selalu dipakai dalam menyusun menu. Pelari Carolina Riewpassa mengatakan: "Makanan di pelatnas memang lebih baik gizinya dibanding dengan di rumah sendiri." Di pelatnas itu lidah Carolina, menurut pengakuannya, "lebih cocok." Tentang kondisi makanannya di rumah, katanya, "kita makan apa saja yang sesuai dengan kemampuan kantong. Porsi makanan di pelatnas juga agak besar. Menurut si pemborong, seekor ayam disediakan untuk 4 orang. Jika masakan daging, takarannya satu ons per atlit. Itu masih ditambah dengan sup, sayur, atau lalap. Sedap, bergizi dan boleh sekenyangnya, di situ. Tapi adakalanya soal gizi ini bukan karena kantong kurang mampu. Ada juga orang kaya yang kekurangan gizi. Banyak orang kita, demikian dr. Saleh dari KONI, "cukup makan tapi salah gizi-tidak tahu pengaturan dan perimbangannya. Pedoman makanan yang cukup itu adalah 4 sehat dan 5 sempurna."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus