MEREKA adalah atlit yang dikecewakan, tapi masih diandalkan.
Kini mereka tampaknya dibujuk lagi, antara lain dengan rencana
bertanding di Tokyo. Tanpa mereka harapan Indonesia untuk
mengumpulkan medali emas lomba atletik SEA Games X di Jakarta,
September depan, kelihatan tipis.
Jeffry Mathelehamual, M. Haryanto, Jacob Mursidi, Leo Kapisa,
Melly Moffu, Joseph Miagan, Mujiono, Carolina Riewpassa, dan
Emma Tahapari -- semua itu telah kecewa karena gagal
diberangkatkan ke Asian Games VIII di Bangkok. KONI kelihatan
tak ingin kehilangan atlit terbaik itu. Kebetulan ada undangan
ke Tokyo, Mei depan, mengikuti seleksi regu Asia yang akan
diterjunkan dalam Kejuaraan Atletik Dunia (1979). Maka
kesempatan pertama lalu diberikan pada mereka. Tapi, "bukan
berarti mereka tidak harus diuji terlebih dahulu," kata Sekjen
PASI, Soejono.
Sebenarnya sedikit kemungkinan bagi mereka akan terpilih dalam
tim Asia Menurut perhitungan di kertas, mungkin hanya Carolina
yang punya peluang.
Carolina, 30 tahun, adalah pemegang rekor nasional lari 100 m
(11,7 detik) dan 200 m (23,4 detik). Prestasi ini memang
dicatatnya di Ludenseheid, Jerman Barat, 6 tahun lalu. Tapi
dalam pelatnas AG VIII, angka itu sudah kembali didekatinya.
Rekornya tak lebih buruk dibandingkan kemampuan pemegang medali
emas lari 200 m AG VIII, Usanee Laopinkarn, dari Muangthai, yang
mencatat tempo 24,81 detik. Namun, ia punya keputusan lain.
"Saya tidak akan ikut ke Tokyo," katanya.
Mengapa? Carolina, sehari-hari karyawan Dinas Olahraga DKI
Jakarta, mengulangi pernyataan pengunduran dirinya Pebruari
lalu. "Keputusan yang tak dapat ditawar lagi," katanya.
Harapan yang tersisa bagi PASI adalah pada diri Jeffry, pelari
jarak pendek terbaik yang dipunyai Indonesia saat ini. Untuk
nomor 100 m, rekornya tercatat 10,5 detik -- masih di bawah
rekor Suchart Jaesuraparp, dari Muangthai, pemegang medali emas
lari 100 m (10,41 detik) AG VIII. Belum lagi saingan dari
Jepang.
Adem-adem
Kerepotan Indonesia agaknya bukan hanya terletak pada kemajuan
yang dicatat lawan. Kekecewaan waktu AG VIII membuat ke-9 atlit
ini tidak bergairah untuk berlatih. Pelari Jacob Mursidi,
misalnya, sejak dinyatakan tak dikirim baru berlatih lagi mulai
pertengahan Januari kemarin. Padahal "satu bulan saja tidak
latihan, kondisi kembali jadi nol," kata Carolina. "Kalau sudah
demikian, sedikitnya dibutuhkan waktu 5 bulan untuk
memulihkannya."
Tapi M. Haryanto, 20 tahun, adik Mohamad Sarengat, bekas pelari
AG IV (1962), setelah dirundung kecewa bertekad untuk
memperlihatkan kemampuan di Tokyo nanti. "Inilah waktu yang
tepat untuk memperlihatkan prestasi," katanya. Ia, seperti juga
Mursidi, diasuh oleh pelatih Woerjanto.
Pelatih AG Vlll, Awang Papilaya mengatakan bahwa bukan suatu hal
yang mustahil, apa yang dicapai dalam pelatnas lalu bisa
didekati kembali. Asalkan "mereka berlatih keras," kata Awang.
Tapi, sampai pekan lalu, persiapan untuk ke Toky tampak masih
adem-adem saja. Soal latihan masih dilakukan oleh atlit
sendiri-sendiri.
Soejono mengatakan pergi ke Tokyo ini sebenarnya untuk menguji
kemampuan sebelum SEA Games X. "Syukur, kalau terpilih
memperkuat tim Asia."
Tadinya PASI kuatir menurunkan mereka di AG Vlll, mengingat
Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF) mengancam akan
menskors mereka yang bertanding di sana. Perhitungan itu
ternyata meleset. IAAF cuma menjatuhkan hukuman selama 3 bulan
-- Maret ini sudah berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini