Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari Musibah Di Tengger

Pesawat f-28 Garuda "Sambas" jatuh dipegunungan Tengger, 4 awak tewas. Rute baru tidak bisa dipakai alasan untuk menolak terbang. Disekitar bukit angin melingkar-lingkar. (nas)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Dari Musibah Di Tengger
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Bilakah kedamaian datang padaku mengusir duka dalam hati Bisakah kemelut berganti diri atau menyamar jadi simfoni . . . . . . . . . dengarlah nyanyianku ini supaya Engkau tahu betapa rindunya aku akan ketenangan ..... SEMINGGU setelah menulis sajak itu di hotei Flobamoz Kupang, Siti Nasiroh meninggal dunia. Pramugari Garuda ini jatuh berkeping-keping bursama pesawat terbang Fokker-28 "Sambas" di Pusung (Gunung) Lingker, sebuah bukit memanjang di pegunungan Tengger Selasa petang 6 Maret. Tiga awak lainnya -- pilot Suyitno, co pilot Erwin pramugara Bambang Sriwijaya -- juga bernasib sama. Lokasi jatuhnya pesawat itu jaraknya tinggal 90 km dari lapangan Juanda Surabaya -- tempat pendaratan yang direncanakan. Dalam jarak dekat itu, pilot Suyitno harus sudah menurunkan pesawatnya menjadi 4.000 kaki (1.220 m). Tentu saja pesawat membentur lereng gunung lantaran daerah itu tingginya sudah 2.000 meter. Adakah Suyitno salah jalan? Menurut peta yang dilihat TEMPO di lapangan terbang Juanda pesawat itu seharusnya lewat di atas Kraksaan, suatu daerah di dekat pantai. Suyitno sendiri, menurut sumber TEMPO memang baru kali ini terbang dari Denpasar ke Surabaya. Tapi menurut R.A.J. Lumenta, Sekretaris Perusahaan Garuda, rute itu sebenarnya bukan asing bagi Suyitno. Sebab latihan sebagai co pilot maupun pilot F-28 dilakukan di Denpasar. Dan bila kekurangan bahan bakar, mereka sering mengambilnya ke Surabaya. Lagipula rute baru di kalangan penerbangan tidak bisa dipakai alasan bagi seorang pilot untuk menolak terbang. "Asal saja pilotnya harus dapat brifing dulu," kata Lumenta. Juga kenapa Suyitno tidak lewat di atas Kraksaan, karena jalur Denpasar-Surabaya memang punya beberapa pilihan. Tidak jelas mana yang benar. Yang jelas, dari surat Suyitno yang dikirimkan kepada orang tuanya di Bondowoso menyebutkan bahwa jabatan pilot itu baru diperolehnya sekitar 2,5 bulan yang lalu. Sebelumnya, Suyitno menjadi co pilot DC-9 selama 1 tahun. "Yang dimaksud sudah sering terbang Denpasar -- Surabaya barangkali sebagai co pilot," ujar sumber TEMPO menjelaskan. Tower di Juanda sebenarnya sudah bisa berhubungan dengan Suyitno. Maka itu ketika hubungan itu tiba-tiba putus, para petugas di tower - terutama petugas puteri -- menjerit." Kami sangat panik dan lantas menangis. Soalnya kami mengira pesawat itu penuh penumpang," ujar seorang petugas. Di samping sudah bisa bicara dengan tower, Suyitno, menurut sumber TEMPO sempat melakukan percakapan dengan pesawat F-28 yang dikemudikan pilot Sutrio. Pesawat Sutrio ini memang hanya 10 menit di depan Suyitno -- sama-sama dari Denpasar menuju Juanda. Pesawat Sutrio inilah yang mengangkut 37 penumpang asal Banjarmasin yang bertujuan ke Surabaya tapi terpaksa diturunkan di Denpasar lantaran keadaan cuaca yang tidak mengijinkan Suyitno mendarat di Juanda. Kebetulan pesawat Sutrio yang membawa penumpang dari Kupang ke Juanda ini hanyaada 15 penumpang. Tapi ketika penumpang 'Sambas' pindah ke pesawat Sutrio, tiba-tiba Suyitno dapat perintah agar saat itu juga kembali ke Surabaya karena besok paginya harus terbang dari Surabaya ke Semarang. "Penumpang yang baru saja pindah, kalau mesti dipindahkan lagi, ya, repot. Mereka bisa protes," kata Lumenta. Dan perintah terbang itu yang dilakukan Jakarta atas sepengetahuan chief pilot F-28, memang agar jalur penerbangan Garuda tidak terganggu. "Sebab rencana penerbangan Garuda bisa kacau," kata Lumenta lagi. Dari keadaan sekitar lereng Pusung Lingker, tidak terdapat tanda menabrak gunung. Tidak ada lereng yang luka berat. Kalau keadaan lereng ini bisa dipercaya, kemungkinan pesawat itu terhempas keras lebih meyakinkan. Dan lagi saat itu, angin bertiup sangat kencang dengan membawa kabut berkadar air yang tebal. Di bukit itu sendiri, angin melingkar-lingkar tidak tentu arah. Malam itu juga beberapa rumah penduduk yang lebih rendah merasakan kencangnya angin itu. Rumah Marpuk misalnya, atapnya tersingkap. Panut, tetangga Marpuk sampai-sampai tak berani di dalam rumah. Menggelegar Isteri Panut bersama lima orang anaknya tidak berani ke luar rumah lantaran dinginnya. Keenam manusia ini duduk berjongkok melingkari tungku sambil si kecil menyusu ibunya. Saat itulah, sekitar jam 7 malam terdengar suara kapal terbang. Panut yang berada di luar segera menengadah dan dilihatnya api di sebelah kiri pesawat. Sesaat kemudian, terdengarlah suara menggelegar diiringi kobaran api yang membuat rumah dan sekitarnya terang benderang selama sekitar seperempat jam. Rumah Panut, termasuk deretan yang terdekat dengan bukit meskipun kalau berjalan kaki masih 1 jam. Dari depan rumahnya ini, kalau siang, bisa dilihat puing-puing pesawat yang berserakan ibarat sobekan-sobekan kertas yang dihamburkan. Dan Siti Nasiroh, 25 tahun, anak ke 7 dari 8 bersaudara berdarah suku Banjar kelahiran Surabaya yang tamat SKKA 4 tahun lalu dan masuk Garuda itu, seperti telah betul-betul tahu akan pergi ke "ketenangan". Satu hari sebelum meninggalnya, berhasil menjahit 3 potong baju. Padahal, "biasanya tiga minggu pun satu baju pun belum karuan selesai," ujar H. Atimah, ibunya. Nasiroh memang selalu menjahit pakaiannya sendiri dan juga menjahitkan pakaian saudara-saudaranya. Dan ia, di hari-hari terakhirnya, rajin sekali sembahyang dan mengaji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus