MASATOSHI Nakayama, gurubesar karate dari Universitas Kanazawa,
datang lagi untuk ketiga kalinya. Sekali ini, bersama instruktor
Takeshi Oishi dari JKA (Japan Karate Do Association) ia menguji
orang Inkai untuk tingkat Dan.
Inkai, singkatan dari Institut Karate-Do Indonesia, sungguh
mendapat kehormatan dengan kehadiran dua tokoh dari Jepang itu,
bertepatan dengan peringatan sewindu berdirinya perguruan
karate itu yang mengaku mempunyai 300.000 anggota di Indonesia.
Untuk HUT ini, Inkai mengerahkan sekitar 10.000 anggotanya,
termasuk dari beberapa kota di luar Jakarta, mengadakan latihan
massal di stadion utama Senayan hari Minggu lalu. Melihat
peristiwa itu, Nakayama mengatakan pada TEMPO: "Karateka
Indonesia sudah jauh lebih maju."
Tapi ternyata kemajuan itu tidak dibarengi kerukunan. Dalam
tubuh Federasi olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) sedang
timbul masalah, perbedaan aliran. Persoalan ialah apakah FORKI
bijaksana untuk mengikut sertakan lembaga perguruan ke arena
pertandingan. Partisipasi perguruan itu dimulai lagi dalam
turnamen se-Indonesia di Jakarta September 1978. Inkai telah
tidak menyetujui cara demikian, dan tidak mengambil bagian dalam
turnamen tersebut. Namun Inkai mengikuti pertandingan yang
membawa panji daerah, seperti dalam PON '77. Tujuhbelas dari 20
karateka terbaik PON berasal dari Inkai.
Dari rentetan peristiwa itu, Ketua Dewan Guru Inkai Sabeth
Muchsin, mengusulkan supaya diadakan kongres untuk merobah
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga FORKI. Dan namanya pun
demikian usul itu yang beredar mulai Pebruari supaya diganti
menjadi Persatuan Karate Seluruh Indonesia (PKSI) yang bertugas
"menumbuhkan persamaan . . . Sistim peraturan pertandingan
karate mana pun tidak membedakan aliran apa pun." Dianjurkannya
pula supaya dipakai prinsip yang dianut oleh International
Olympic Committee (IOC) dan KONI, bahwa "tidak boleh ada"
perbedaan atas dasar agama, kepercayaan, sukubangsa dan aliran.
Dunia karate di mana-mana ricuh. Terdapat dua versi -- WUKO
(World Union Karate do Organization) dan IAKF (International
Amateur Karate do Federation).
Baik Inkai maupun JKA berafiliasi pada IAKF. Dalam kaitan itulah
Nakayama dan Oishi datang.
Muridnya
Nakayama dan Oishi juga dipandang berasal dari Shotokan yang
juga mempunyai murid bukan hanya di Inkai, melainkan juga di
Lemkari dan Inkado "Sampai kapan pun saya tetap hormat pada
mereka," kata Anton Lesiangi, Ketua Dewan Guru Lemkari.
Dua tokoh Jepang itu, demikian pula Baud Adikusumo, Ketua Dewan
Guru Inkado, "guru saya hingga saya mencapai Dan III." Tapi baik
Anton maupun Baud menyatakan tidak akan mungkin bisa menjumpai
kedua guru besar itu jika tidak diundang Inkai. Sedang Nakayama
mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan mereka tapi sekali ini
"tidak mungkin, karena datang dinas sebagai JKA."
Sesama Shotokan tidak bisa bersatu? "Saya sebenarnya ingin
mereka bersatu," jawab Nakayama, "tapi kan susah hubungan antar
manusia."
"Shotokan sendiri tidak pecah," kata Baud pula. "Kita hanya
berbeda dalam versi . . . Saya sendiri tidak ingin ribut. Tapi
di Tokyo sana bapaknya ribut, mempengaruhi anaknya, seperti
dengan versi IAKF dan versi WUKO."
Dalam menghadapi FORKI, Baud dengan Inkado-nya dan Sabeth dengan
Inkai-nya tampak sepaham, sama-sama mengeritik pimpinan Sumadi.
"Sudah terlalu banyak uneg-uneg terhadap dia (Ketua Umum FORKI
Sumadi - red)," kata tokoh Inkado itu.
Dengan kericuhan ini, karate di Indonesia rupanya masih bisa
maju?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini