Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Forki jadi pksi ?

Nakayama, guru besar karate & oishi datang lagi ke indonesia untuk menguji orang inkai. dalam forki timbul perbedaan aliran. ketua inkai mengusulkan diadakan kongres. sesama shotokanpun tidak bisa bersatu.(or)

17 Maret 1979 | 00.00 WIB

Forki jadi pksi ?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MASATOSHI Nakayama, gurubesar karate dari Universitas Kanazawa, datang lagi untuk ketiga kalinya. Sekali ini, bersama instruktor Takeshi Oishi dari JKA (Japan Karate Do Association) ia menguji orang Inkai untuk tingkat Dan. Inkai, singkatan dari Institut Karate-Do Indonesia, sungguh mendapat kehormatan dengan kehadiran dua tokoh dari Jepang itu, bertepatan dengan peringatan sewindu berdirinya perguruan karate itu yang mengaku mempunyai 300.000 anggota di Indonesia. Untuk HUT ini, Inkai mengerahkan sekitar 10.000 anggotanya, termasuk dari beberapa kota di luar Jakarta, mengadakan latihan massal di stadion utama Senayan hari Minggu lalu. Melihat peristiwa itu, Nakayama mengatakan pada TEMPO: "Karateka Indonesia sudah jauh lebih maju." Tapi ternyata kemajuan itu tidak dibarengi kerukunan. Dalam tubuh Federasi olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) sedang timbul masalah, perbedaan aliran. Persoalan ialah apakah FORKI bijaksana untuk mengikut sertakan lembaga perguruan ke arena pertandingan. Partisipasi perguruan itu dimulai lagi dalam turnamen se-Indonesia di Jakarta September 1978. Inkai telah tidak menyetujui cara demikian, dan tidak mengambil bagian dalam turnamen tersebut. Namun Inkai mengikuti pertandingan yang membawa panji daerah, seperti dalam PON '77. Tujuhbelas dari 20 karateka terbaik PON berasal dari Inkai. Dari rentetan peristiwa itu, Ketua Dewan Guru Inkai Sabeth Muchsin, mengusulkan supaya diadakan kongres untuk merobah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga FORKI. Dan namanya pun demikian usul itu yang beredar mulai Pebruari supaya diganti menjadi Persatuan Karate Seluruh Indonesia (PKSI) yang bertugas "menumbuhkan persamaan . . . Sistim peraturan pertandingan karate mana pun tidak membedakan aliran apa pun." Dianjurkannya pula supaya dipakai prinsip yang dianut oleh International Olympic Committee (IOC) dan KONI, bahwa "tidak boleh ada" perbedaan atas dasar agama, kepercayaan, sukubangsa dan aliran. Dunia karate di mana-mana ricuh. Terdapat dua versi -- WUKO (World Union Karate do Organization) dan IAKF (International Amateur Karate do Federation). Baik Inkai maupun JKA berafiliasi pada IAKF. Dalam kaitan itulah Nakayama dan Oishi datang. Muridnya Nakayama dan Oishi juga dipandang berasal dari Shotokan yang juga mempunyai murid bukan hanya di Inkai, melainkan juga di Lemkari dan Inkado "Sampai kapan pun saya tetap hormat pada mereka," kata Anton Lesiangi, Ketua Dewan Guru Lemkari. Dua tokoh Jepang itu, demikian pula Baud Adikusumo, Ketua Dewan Guru Inkado, "guru saya hingga saya mencapai Dan III." Tapi baik Anton maupun Baud menyatakan tidak akan mungkin bisa menjumpai kedua guru besar itu jika tidak diundang Inkai. Sedang Nakayama mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan mereka tapi sekali ini "tidak mungkin, karena datang dinas sebagai JKA." Sesama Shotokan tidak bisa bersatu? "Saya sebenarnya ingin mereka bersatu," jawab Nakayama, "tapi kan susah hubungan antar manusia." "Shotokan sendiri tidak pecah," kata Baud pula. "Kita hanya berbeda dalam versi . . . Saya sendiri tidak ingin ribut. Tapi di Tokyo sana bapaknya ribut, mempengaruhi anaknya, seperti dengan versi IAKF dan versi WUKO." Dalam menghadapi FORKI, Baud dengan Inkado-nya dan Sabeth dengan Inkai-nya tampak sepaham, sama-sama mengeritik pimpinan Sumadi. "Sudah terlalu banyak uneg-uneg terhadap dia (Ketua Umum FORKI Sumadi - red)," kata tokoh Inkado itu. Dengan kericuhan ini, karate di Indonesia rupanya masih bisa maju?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus