DAHULU para pembalap mobil dan motor harus ketar-ketir menghadapi setan Ancol. Nanti yang bakal mereka jumpai kemungkinan adalah hantu tol. Maklum, sebuah arena balap yang baru kini disiapkan untuk menggantikan sirkuit Ancol yang sudah tak memadai lagi. Sirkuit baru itu akan dibangun di kawasan Citeureup, Bogor, sekitar 37 km arah selatan Jakarta, persis di tepi jalan tol Jagorawi. "Semua kegiatan olahraga otomotif di Indonesia nantinya akan terpusat di sirkuit Citeureup," tutur Tinton Suprapto, Direktur Utama PT Sarana Sirkuitindo Utama (SSU) yang menjadi pengelola sirkuit baru itu. Di sanalah akan dibangun sebuah arena balap mobil dan motor dengan standar yang bakal diakui Federasi Olahraga Automobil Internasional (FIA). "Target kami memang mengmgmkan agar sirkuit Citeureup masuk dalam kalender internasional balap mobil Formula I," tambah Tinton. Untuk itu dalam desain dan rencana pembangunan sirkuit dilibatkan pula sejumlah konsultan yang sudah mendapat pengakuan dari FIA yang bermarkas besar di Paris. Pejabat FIA direncanakan meninjau Citeureup pada bulan Desember mendatang, sekaligus memberikan approval. Bisa jadi sirkuit inilah satu-satunya di Asia yang layak untuk tempat balapan mobil Formula I yang diakui FIA (Sirkuit Suzuka di Jepang desainnya kurang memenuhi persyaratan dan dianggap dapat membahayakan keselamatan pembalap untuk jenis Formula I). Luas kawasan sirkuit Citeureup itu seluruhnya 65 hektar. Panjang lintasannya 3,9 km dengan lebar jalan 16 m -- lebih pendek dari sirkuit Ancol yang panjangnya 4,7 km, tapi memiliki lebar jalan cuma 12 m. Selain arena balap motor dan mobil, di tempat itu akan dibangun juga sirkuit khusus untuk kegiatan motorcross -- balap motor di medan yang berlumpur, tanjakan dan turunan terjal, serta berbagai tikungan tajam. Penonton yang bisa ditampung di dalam tribun, jumlahnya 20.000 orang. Ada lahan terbuka untuk penonton yang ingin menyaksikan balapan sambil berkemah di atas perbukitan. Di sekitar situ dibangun juga sebuah rumah sakit untuk pertolongan darurat bagi pembalap yang mengalami kecelakaan -- termasuk penyediaan heli-pad, tempat helikopter mendarat/tinggal landas, jika ada pembalap yang mengalami kecelakaan dan membutuhkan perawatan lebih lanjut. Pokoknya, inilah kawasan sirkuit balap motor dan mobil yang lengkap dengan berbagai infrastruktur lainnya, seperti tempat parkir, penginapan, restoran, pompa bensin dan lingkungan yang hijau dan asri sebagai tempat peristirahatan. "Yah, semacam rest area," tambah Tinton. Biaya untuk membangun sirkuit baru itu diperkirakan Rp 31 milyar. Dari mana uangnya? "Ya, dari para sponsor yang nantinya membangun fasilitas untuk kepentingan komersial mereka. Kami ini hanya sebagai pengelola," tutur Tinton yang juga menjabat Ketua Korps Olahragawan Indonesia. Gagasan membuat sirkuit baru sebenarnya sudah terpikirkan sejak dua tahun yang silam. Idenya datang dari Hutomo Mandala Putra, yang biasa dipanggil Tommy, yang sejak tahun 1986 menjabat Ketua Umum IMI-DKI Jaya. Ia prihatin melihat sirkuit Ancol yang tak lagi ideal sebagai tempat balapan. "Dari segi safety-nya, Ancol sudah tidak memenuhi standar FIA," ujar putra kelima Presiden Soeharto itu. Soal keselamatan pembalap dan penonton di sirkuit Ancol memang pernah dibicarakan secara hebat di akhir tahun 1985. Ketika itu tujuh penonton tewas sekaligus karena tersambar mobil yang nyelonong ke luar lintasan. Tommy kemudian membicarakan ide pembangunan sirkuit baru itu dengan Tinton. Bak gayung bersambut, mereka kemudian sepakat membentuk PT SSU setelah memperoleh hibah tanah seluas 65 hektar dari Menpora dan Menteri PU -- yang diperuntukkan bagi kegiatan pemuda dan olahraga. "Saya melihat olahraga mobil dan motor merupakan kegiatan yang memiliki peminat yang begitu besar di kalangan generasi muda kita," ujar Menpora Akbar Tandjung. Lagi pula, tutur Menpora, Indonesia sudah cukup punya nama di dunia balap internasional. "Bahkan sudah banyak putra Indonesia yang menjadi korban dalam mengembangkan olahraga ini," ujar Akbar lagi. Ia kemudian menyebut nama Henky Iriawan pembalap go-kart dan Formula II, yang tewas di Ipoh, Malaysia, 1972. Serta Saksono SA, pembalap motor yang gugur ketika berlomba di Praha, Cekoslovakia, 1972. Olahraga otomotif di Indonesia memang pernah mengalami masa kejayaannya pada tahun 1970-an. Pembalap Tinton Suprapto, Benny Hidayat, Sarsito, Beng Siswanto malang melintang di beberapa kejuaraan internasional tingkat Asia. Sirkuit Ancol, yang didirikan pada tahun 1971, juga menjadi tempat penyelenggaraan Indonesian Grand Prix yang berlangsung hampir setiap tahun, yang diikuti banyak pembalap luar negeri. Malah pada tahun 1976 pernah pula diselenggarakan balap mobil Formula yang pertama di Ancol walaupun terbatas pada Formula II yang menggunakan mobil bermesin 1.600 cc. Kini kejayaan itu tampaknya akan dicoba direguk kembali lewat sirkuit baru ini. Untuk merayakan hajat dimulainya pembangunan sirkuit di Citeureup itu, maka Minggu pekan ini diadakan sebuah lomba motorcross yang diikuti oleh sekitar 100 pembalap -- di antaranya 15 pembalap dari Filipina, Malaysia, Australia, Jepang, Brunei, dan Singapura. Di samping sebagai tempat berlomba, sirkuit baru ini juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan lain. "Bisa untuk pengujian kendaraan, ujian mengambil SIM, dan sebagai tempat wisata," kata Tommy. "Kami tidak mengharuskan industri otomotif untuk memakai sarana itu. Apalagi saya dengar Departemen Perindustrian sudah punya rencana sendiri di Bekasi," tambahnya. Tentu saja sirkuit baru itu memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga Bogor dan sekitarnya. "Sebelumnya mana ada orang tahu bahwa ada tempat yang namanya Citeureup?" komentar Letkol. Irhamsyah Wakapolwil Bogor, dengan rasa bangga. Tri Budianto Soekarno dan Ahmed Kurnia Soeriawidjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini