Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PAUL Barber bukanlah seorang wasit. Tapi, dalam menggelar pertandingan final Piala FA, Ahad pekan ini, Direktur Pemasaran Persatuan Sepak Bola Inggris itu terpaksa melempar koin undian. Ini kejadian langka, tapi mau tak mau harus dilakukan. Soalnya, pihak Chelsea, salah satu finalis, kurang puas dengan hasil keputusan yang membuat mereka ketempatan ruang ganti baju di bagian selatan Stadion Millennium di Cardiff, Wales. La, kok aneh?
Sejak penyelenggaraan pertandingan final Piala FA dipindah dari Stadion Wembley, London, ke Stadion Millennium, soal ruang ganti pemain ternyata menjadi masalah serius. Mau tahu penyebabnya? Nah, ini yang menarik. Rupanya, selama ini beredar rumor bahwa tim mana pun yang kebagian ruang ganti baju bagian selatan stadion itu bakal kena kutukanalias tak pernah menang. Buktinya, tahun lalu, Arsenal dan Birmingham City keok dalam Piala FA dan Piala Liga. Bulan silam, di final Piala Liga, nasib sial menimpa Tottenham Hotspur, yang kalah dari Blackburn Rovers.
Kecuali luasnya yang lebih lapang, ruang ganti itu sebetulnya tidak menyimpan hal istimewa. Namun, mau bilang apa, pengelola stadion ikut-ikutan terpengaruh. Mereka merasa perlu memanggil ahli feng shui dari Cina untuk menghilangkan energi negatif di ruang ganti yang dianggap membawa sial itu. Sayang, belum lagi hasilnya ketahuan, pertandingan Piala FA sudah harus segera digelar. Dan Chelsea pun melayangkan protes.
Koin pun dilempar. Pemenang undian memiliki dua pilihan: ruang ganti utara atau tampil dengan kostum resmi mereka. Arsenal beruntung. Tapi mereka juga termakan mitos: memilih ruang ganti di bagian utara. Konsekuensinya: kostum resmi mereka menjadi tak komplet. Dalam pertandingan nanti, "The Gunners" harus memakai kaus kaki berwarna merahbukan yang putih, seperti yang selalu mereka kenakan.
Atas hasil undian itu, Chelsea tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tapi Colin Hutchinson, yang mewakili Chelsea dalam acara undian tersebut, berlagak tegar. Katanya, kalaupun memenangi undian, mereka akan tetap memilih mengenakan kostum resmi mereka. "Soal ruang ganti, itu cuma takhayul. Buat kami, hal ini bukan lagi soal besar," ucapnya.
Tentu saja kejadian tersebut menjadi menarik sekaligus menggelikan. Ironis betul bila takhayul bisa memengaruhi kelancaran sebuah kompetisi sepak bola yang paling ketat di dunia. Namun, bukan lantas ikut-ikutan nglenik bila banyak pengamat meramal Arsenal akan memenangi pertandingan tersebut.
Pertimbangannya rasional: tak lain karena tim ini tengah berada dalam kondisi puncak. Terhitung sejak Desember tahun lalu, klub dari London Utara itu merupakan satu-satunya klub Inggris yang tidak pernah kalah. Meski kehilangan pemain pilar Robert Pires, yang cedera, dalam persaingan di liga, mereka kini tengah berada di puncak. Terlebih lagi, kemenangan mereka atas tim sekota, West Ham, pekan lalu, membuat jurang dengan Liverpool dan juara bertahan Manchester United kian tajam. Selangkah lagi, pasukan Arsene Wenger ini bisa menjadi juara Liga Primer. Syaratnya, mereka menang dalam dua pertandingan berikutnya. Nah, pertandingan di Cardiff itu akan mengawali sukses Arsenal tahun ini.
Ambisi yang tidak berlebihan. Pasalnya, belakangan Arsenal tampil menjadi klub yang paling enak ditonton. Permainan menyerang yang didukung bakat alam yang dimiliki pemain seperti Kanu, Edu, dan Ray Parlour menjadi daya tarik tersendiri. Arsene Wenger, sang manajer, tak kalah kagum dengan perkembangan anak buahnya. Dia mengibaratkan timnya bak mesin diesel yang kian hari makin panas. "Ingat, saat ini kami berada di jalur akhir untuk merebut gelar juara," katanya.
Sebaliknya, lawannya, Chelsea, sedang meriang. Dalam kompetisi Liga Primer, jangankan merebut gelar juara, untuk bercokol di posisi empat besar saja "The Blues" sudah kehilangan peluang. Ini gara-gara mereka dibantai Manchester United 0-3, di Stamford Bridge, dua pekan silam. Hingga pekan lalu, mereka cuma bertahan di peringkat kelimapersis di bawah New Castle United.
Satu-satunya peluang yang bisa menyelamatkan gengsi Chelsea hanya di ajang Piala FA itu, yang terakhir direbutnya dua tahun lalu. "Inilah kesempatan kami untuk menutup musim ini dengan piala perak," ujar striker Eidur Gudjohnsen. Peluang itulah yang akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh laskar biru ini. Manajer Chelsea, Claudio Ranieri, yang baru saja diperpanjang kontraknya dua pekan silam, melihat timnya sudah sangat padu dan siap merangsek Arsenal. "Tampaknya, Arsenal bisa keluar sebagai juara liga, tapi tidak untuk Piala FA," katanya.
Pertarungan mereka memang layak ditunggu. Bukan semata lantaran kedua klub ditaburi bintang, tapi juga karena tanda tanya ini: apakah sepak bola Inggris nan begitu maju benar-benar bisa dipengaruhi klenik?
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo