Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INGAR-bingar teriakan dan nyanyian suporter Manchester United lambat-laun terdengar makin sayup bagi Garry Neville saat tandu menggotongnya memasuki lorong Stadion Old Trafford, Manchester. Apalagi ketika ia dibawa ke salah satu ruang stadion. Ia menatap kosong. Dan dinding-dinding ruang bawah stadion di kota pelabuhan di barat laut Inggris itu seperti hendak mengimpitnya. Saat pintu kamar ter-tutup, hidupnya langsung redup.
Siapa nyana tempat yang membesarkan namanya itu tiba-tiba langsung meruntuhkan masa depannya. Musibah yang menimpa Neville dalam pertandingan semifinal pertama Liga Champions melawan Bayer Leverkusen, Rabu pekan silam, benar-benar menenggelamkannya dalam kedukaan. Tulang kaki (metatarsal)-nya patah, persis seperti yang dialami David Beckham. Nevilleagar dapat kembali ke kondisi normalsetidaknya membutuhkan waktu penyembuhan enam minggu.
Betapa Neville tak nelangsa. Mengingat waktu yang kian mepet, proses penyembuhan satu setengah bulan dapat mengancam keikutsertaannya dalam Piala Dunia. Bukan itu saja. Cederanya kali ini juga bisa meniadakan kesempatannya menangguk bonus yang diiming-imingi Football Association (FA). Tak tanggung-tanggung, bila timnya berhasil menjadi juara dunia, PSSI-nya Inggris itu menjanjikan bonus 5 juta poundsterling atau sekitar Rp 68,7 miliarsebuah angka yang menonjok langit. Apalagi bila angka ini dibandingkan dengan jumlah yang diterima pemain Inggris saat menjadi juara dunia pada 1966. Saat itu, Bobby Charlton "cuma" kebagian 1.000 poundsterling.
Janji atau kesepakatan itu diperoleh setelah FA bertemu dengan wakil pemain, yang terdiri atas David Beckham, Michael Owen, David Seaman, dan Sol Campbell, dua pekan silam. Perinciannya, tiap pemain mendapat bonus 50 ribu poundsterling atau sekitar Rp 687 juta pada penampilan pertamadan jumlah ini akan bertambah bila mereka berhasil lolos ke babak berikutnya. Ujung-ujungnya, kalau mereka menjadi juara dunia, masing-masing bakal mengantongi 200 ribu poundsterling atau sekitar Rp 2,7 miliar!
"FA membuat tawaran yang bisa kami terima. Jelas ini membuat kami senang," ujar Beckham. Hal ini berbeda keadaannya dengan empat tahun silam, saat Piala Dunia digelar di Prancis. Sebelum berangkat, mereka masih belum sepaham dengan FA.
Inggris merupakan negara yang paling jorjoran dalam pemberian bonus. Jumlah di atas baru dari FA. Janji bonus juga diberikan sponsor yang mengontrak pemain. Produsen peralatan olahraga Umbro, misalnya, menjanjikan duit US$ 140 ribu atau sekitar Rp 1,3 miliar bila Michael Owen menjadi top scorer dalam turnamen ini. Jumlah itu dua kali lipat dari yang diterimanya saat ia terpilih men-jadi pemain terbaik Inggris: US$ 70 ribu atau sekitar Rp 661 juta.
Dalam beberapa tahun belakangan, Piala Dunia memang telah berubah. Ajang ini tidak saja menjadi tempat pemain membela negerinya, tapi juga menjadi lahan untuk meraup uang besar. Kalaupun tidak mendapat bonus, pemain yang tampil istimewa akan menjadi rebutan klub-klub kaya. Alhasil, tumpukan fulus segera menjejali rekening bank mereka.
Nah, kalau Inggris begitu royal memberi janji, itu tentu bisa dipahami. Selain kompetisi di negerinya sudah mendatangkan keuntungan yang besar, dalam Piala Dunia kali ini, tim "Tiga Singa" ini dikepung lawan-lawan tangguh. Logikanya: (janji) bonus besar, semangat pun melar.
Tapi jangan salah. Langkah Inggris juga sudah diantisipasi musuh mereka, Swedia. Negeri dari Semenanjung Balkan ini juga membanjiri pemainnya dengan bonus melimpah. Jika menjadi juara, setiap pemain sekurang-kurangnya akan mendapat 700 ribu krona atau Rp 646 juta. Kalaupun gagal, menurut surat kabar Aftonbladet, paling minim setiap pemain diberi bonus 120 ribu krona atau kurang-lebih Rp 110 juta. Saat Piala Eropa dua tahun lalu, setiap pemain dijanjikan duit 500 ribu krona alias Rp 461 juta. Sayang, mereka tumpas di babak pertama.
Tuan rumah sendiri tak mau ketinggalan. Federasi Sepak Bola Jepang menjanjikan bonus bagi tiap pemain sebesar 5 juta yen atau sekitar Rp 367 juta. Ini jika mereka bisa melaju ke babak kedua. Kalau juara? Meskipun berat, jumlah bonus akan berlipat enam kali menjadi 30 juta yen atau kurang-lebih Rp 2,2 miliar. Jumlah ini lima kali lebih besar dari yang mereka peroleh dalam Piala Dunia 1998 di Prancis. Sedangkan tuan rumah Korea Selatan menyediakan US$ 77 ribu atau sekitar Rp 720 juta plus satu sedan mewah untuk setiap pemain bila timnya lolos (untuk pertama kali) ke putaran kedua Piala Dunia.
Tim lainnya pun gemuk bonus. Anggota-anggota tim pupuk bawang dari Amerika Serikat dijanjikan 695 ribu dolar Kanada atau Rp 4,2 miliar, para pemain Italia diimingi 350 ribu Kanada (Rp 2,1 miliar), sedangkan Belgia menjanjikan 245 ribu dolar Kanada (Rp 1,4 miliar) kepada anggota tim Piala Dunianya. Syaratnya, mereka harus merebut gelar juara.
Sementara itu, tim "Panser" Jerman mengisyaratkan akan menghibahkan duit kepada setiap pemain sebesar 92 ribu euro atau sekitar Rp 780 juta jika mereka berhasil menjadi kampiun. Perinciannya, jika sampai ke final, mereka akan menerima 71.600 euro (Rp 600 juta). Kalaupun tim ini tertahan di babak kedua, imbalannya masih lumayan. Mereka bakal mendapat 25.560 euro (Rp 216 juta).
Kesepakatan itu dilakukan oleh Presiden Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) Gerhard Mayer-Vorfelder dengan dua wakil pemain, Oliver Bierhoff dan Oliver Kahn. Pada saat menjadi juara Piala Dunia 1990, mereka menerima bonus 125 ribu mark atau sekitar Rp 615 juta. Sedangkan pada saat menjuarai Piala Eropa 1996, setiap pemain mengantongi 100 ribu mark (Rp 492 juta). Sebaliknya, bila gagal, mereka pasti manyunkarena tak sepeser uang pun menggelontor ke kocek mereka. Toh, jumlah yang telah disepakati itu lebih besar ketimbang yang mereka terima sebelumnya.
Lalu apa kabar dengan sang juara bertahan? Federasi Sepak Bola Prancis juga tak sunyi dari janji bonus. Kabarnya, para pemain negeri parfum ini akan meraup jumlah yang lebih besar ketimbang yang mereka terima pada Piala Dunia terdahulu. "Bonus utama akan lebih besar dari tahun 1998. Kami senang, deh," kata Desailly, anggota tim Prancis. Sayang, ia tidak mengungkap jumlah yang sesungguhnya. Namun, sebagai gambaran, mereka mengajukan jumlah 300 ribu euro atau sekitar Rp 2,5 miliar. Di-acc? Ternyata, Federasi Sepak Bola Prancis cuma menganggarkan 268.310 euro atau sekitar Rp 2,2 miliar. Saat menjadi juara dunia lalu, setiap pemain meraih hadiah 244.275 euro atau setara dengan Rp 2 miliar.
Jumlah bonus itu keruan bikin kita geleng-geleng kepala. Sebenarnya dari mana sih negara-negara itu bisa memperoleh duit sebegitu besar? Tapi camkan, Piala Dunia kan tambang emas. Secara kumulatif, hajat besar ini akan dipelototi oleh 42 miliar pasang mata. Menurut panitia Korea Selatan, pertandingan pertama Prancis dan Senegal akan disaksikan oleh sekitar 2 miliar penontonatau kira-kira sepertiga penduduk dunia. Estimasi itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan Piala Dunia 1998, yang "cuma" disimak 33,4 miliar penduduk. Artinya, pemasukan duit buat FIFA lebih melimpah dari air bah yang dulu membanjiri Jakarta.
Ketahuilah, Federasi Sepak Bola Dunia ini telah menjual hak siar televisi ke seluruh penjuru dunia sebesar 1,5 miliar frank Swiss atau sekitar Rp 87 triliun. Nah, dari situ bisa ketahuan berapa banyak uang yang bisa diterima setiap peserta.
Mari kita rinci. Berdasarkan peraturan FIFA, setiap tim yang bertanding mendapatkan US$ 960 ribu atau sekitar Rp 9 miliar. Jika mencapai perempat final, mereka kejatahan US$ 1 juta (Rp 9,2 miliar). Di babak semifinal, setidaknya mereka mengantongi US$ 3,2 juta (Rp 30 miliar). Dua tim yang gagal di babak ini masih diganjar fulus US$ 4,5 juta, yang setara dengan Rp 42,5 miliar. Runner-up mendapat US$ 4,6 alias Rp 43 miliar. Juaranya? Hampir US$ 5 juta atau Rp 47,2 miliar.
Nah, itulah sebabnya negara seperti Swedia berani menjanjikan bonus besar bagi pemainnya. Kalaupun hitungan itu meleset, tenang saja, masih ada duit dari sumber lain: sponsor.
Ironisnya, lautan bonus itu sama sekali tidak sampai ke Argentina. Keadaan ekonomi negeri yang sedang diterpa badai krisis itu membuat ada yang khawatir Ranah Tango itu tak akan mampu memberikan bonus. Jangankan bonus, gaji pelatih tim favorit ini saja sudah beberapa bulan belakangan tidak dibayarkan. Sampai bulan ini, Federasi Sepak Bola Argentina (AFA) berutang kepada Bielsa ratusan ribu dolar. Angka itu termasuk bonus yang pernah dijanjikan jikalau Argentina lolos ke Jepang. Gara-gara itu, Bielsa dirumorkan akan pensiun menjadi pelatih.
Tapi hal itu dibantah Ketua AFA, Julio Grondona. "Direktur olahraga kami, Nestor Pekerman, bilang kepadaku, Bielsa tidak per nah berniat mengundurkan diri," katanya seperti dikutip Onefootball.com.
Tentu saja hal ini patut diwaspadai Argentina. Sebab, kalau tidak, ulah yang dulu pernah dilakukan pemain Senegal bisa berulang. Gara-gara bonusyang dijanjikan jika mereka lolos ke Piala Duniabelum juga dibagikan, beberapa pemain negeri ini sempat mengancam mogok bermain pada Piala Afrika. Baru setelah belakangan bonus dibagikan, mereka mau turun bertanding.
Irfan Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo