Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hanya terasa merangkak?

Balap go kart di ancol yang sepi, sejak 1978. peminat semakin berkurang dan suku cadang pun sulit. (or)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Hanya terasa merangkak?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
ANCOL berasap lagi, setelah sejak 1978 balapan go kart di sirkuit itu terus merosot. Dari selalu tak kurang 70 pembalap ambil bagian tiap tahun pada tahun 1974-1977, pada 1982 hanya ada 10 peserta berpacu. Tapi Sabtu dan Minggu pekan lalu, sekitar 40 pembalap - di antaranya pembalap kaliber internasional dari Belanda, Denmark, dan Jepang - menguji kebolehan mengemudikan go kart di sirkuit yang terletak di Selatan Pantai Binaria itu. Toh, penonton tak berjubel: Pada hari Minggu kurang dari seribu penonton. Di hari pertama, bahkan, hanya sekitar 400 penonton menyaksikan go kart meluncur di sirkuit selebar empat meter dengan panjang sekitar 860 meter, dengan sekitar 10 tikungan itu. Mungkin, sedikitnya penonton karena ini bulan puasa. Tapi inilah usaha pertama, setelah tahun 1977, untuk kembali menarik juara-juara dunia terjun di Ancol. Jika dilihat dari peminat, usaha ini masih kurang berhasil. Jago balap go kart taraf internasional yang hadir tak banyak. Hanya ada Harm Schuurman dari Belanda, yang pernah jadi juara dunia balap go kart 1981. Dan, Rene Bollingtoft, 20, orang Denmark, yang kini termasuk 10 pembalap go kart terbaik dunia. Hasilnya, Bollingtoft menang, Schuurman juara ketiga. Tempat kedua direbut Nobuyoshi dari Jepang. Menurut Adiguna Sutowo, ketua panitia Indonesia Kart Prix '84 ini, sayang kalau sirkuit Ancol dibiarkan sepi. Sebab, sirkuit ini bertaraf internasional. Ukuran internasional menetapkan panjang sirkuit antara 600 dan 1.200 meter, lebar 4 meter. Maka, alangkah baiknya bila acara di sirkuit ini pun masuk kalender balap go kart dunia. Bagi Adiguna, yang sudah akrab dengan go kart sejak 1974, balapan jenis ini merupakan awal balap mobil. "Hampir semua jago balap mobil mengawali kariernya dengan balap go kart," katanya. Tapi, go kart yang tak semahal mobil ("Maksimal cuma membutuhkan Rp 4 juta untuk memiliki sebuah go kart," kata Adiguna) di sini punya persoalan sendiri. Go kartnya sendiri, apalagi suku cadangnya, sulit didapatkan di penjuru Indonesia. Tapi ada komentar lain, sehubungan makin sepinya peminat go kart. Yakni, di zaman mobil bisa ngebut 150 km per jam, go kart maksimum - dan ini pun termasuk jarang - hanya punya kecepatan 100 km per jam. Memang terasa merangkak. Dengan kata lain, balap go kart kurang seru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus