Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Resep bekas ratu rrc

Bekas pemain bulu tangkis putri kelas i rrc sedang berlibur ke indonesia, direncanakan menjadi pelatih tim bulu tangkis putri indonesia wawancara dengan tempo. (or)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Resep bekas ratu rrc
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MASIH kenal Liang Chiuxia? Bekas pemain bulu tangkis putri kelas satu dari RRC itu banyak disebut-sebut setelah tim Piala Uber kita kandas di Kuala Lumpur. Pasalnya, setelah tim putri Indonesia itu gagal masuk final, orang lantas menengok pada sistem pembinaannya. Pelatih Tahir Djide dan Menpora Abdul Gafur, misalnya, berpendapat bahwa metode pembinaan perbulutangkisan putri kita mesti dirombak. Salah satu caranya yakni mencari pelatih yang benar-benar andalan. Tapi mengapa Chiu-xia disebut sebut? "Baik pandangan maupun idenya merupakan angin segar bagi dunia perbulutangkisan Indonesia," kata Gafur kepada TEMPO pekan lalu. Itu kesimpulan Menpora sesudah bertemu dengan Chiuxia, 33, di Hong Kong tahun lalu. Sejak itu Gafur berupaya mendatangkan ratu bulu tangkis Cina periode 1974-1979 kelahiran Cirebon itu ke Indonesia. Liang Chiu-xia memang pemain legendaris. Dalam pertandingan pertandingan internasional ia hampir tak terkalahkan. Hiroe Yuki pemain andalan Jepang dan juara All England empat kali, tak berkutik di tangan Chiu-xia. Lene Koppen dan Gilian Gilks dari Inggris pun lewat. Hanya Verawaty Fajrin, pada 1976 di Bangkok, yang hampir menumbangkan sang ratu. Vera memenangkan satu set dar tiga pertandingan melawan Chiu xia. Yang benar-benar pernah mencundangi Chiu-xia hanyalah teman senegaranya, Cheng Yu-niang, di final Asian Games ke-7 di Teheran, 1974. Sesudah itu, semua yang mencoba melawan kecepatan raketnya harus tunduk dan dengan angka di bawah 8. Dan, kakak bekas pemain ganda putra, Tjuntjun, yang masih fasih berbahasa Jawa Cirebonan Ini, punya kemampuan menganalisa permainan orang lain. Dengan kata lain, Chiu-xia, yang kini di Hong Kong sejak 1980, juga berbakat menjadi pelatih. Berikut ini wawancara TEMPO dengan si gesit berwajah oval itu, yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia. Anda disebut-sebut pantas menjadi pelatih tim bulu tangkis putri Indonesia. Apa komentar Anda tentang kekalahan tim Piala Uber Indonesia? Saya tak tahu persis pcnyebab kekalahan itu. Tapi yang saya lihat, mereka kurang keras berlatih. Di Cina, hampir tiada hari tanpa latihan. Ketika saya menjadi pemain nasional di sana, hidup saya semata-mata untuk bulu tangkis. Seminggu enam hari latihan. Seandainya Anda melatih mereka, akankah sistem yang keras itu Anda terapkan? Soal disiplin bagi saya nomor satu. Satu paket yang sudah disusun, maka harus diselesaikan dalam waktu yang sudah ditetapkan. Tapi saya belum.tahu persis bagaimana sistem latihan di Indonesia. Dari segi teknis, menurut saya, pemain putri Indonesia sudah bagus. Bisa diberikan contoh? Ivanna, misalnya, variasi pukulannya sudah komplet. Pengalamannya pun, saya lihat, sudah matang. Yang perlu ditambahkan pada pemain ini adalah meningkatkan kekuatan dan kecepatan geraknya. Dia harus lebih cepat menyerang. Cuma soal kecepatan itukah masalah bagi pemain putri Indonesia? Benar. Jelasnya, gerakan kaki harus ditingkatkan lebih cepat dan lebih lincah. Tentu saja, tidak asal cepat. Perlu didukung gerakan yang mapan dengan dukungan kekuatan yang cukup. Ini bisa dilatih dengan misalnya, bergerak cepat sambil memukul bola, atau tanpa bola, di depan jaring. Dan terutama bagi pemain muda, latihan ini sangat penting untuk melipatgandakan kecepatannya sejak dini. Kemudian, latihan kekuatan dan ketahanan fisik pun harus digandakan. Latihan seperti itukah yang membuat tim bulu tangkis RRC jadi tangguh?. Ya. Di samping itu juga ada faktor lain. Rata-rata pemain RRC tergugah untuk selalu menjadi juara. Sebab, sebagai pemain mereka tidak memikirkan yang lain-lain. Semua dijamin oleh negara. Pokoknya, tinggal latihan. Dan bila RRC mengirimkan tim ke luar RRC, pasti ada seleksi sangat ketat. Hanya yang benar-benar tangguh yang dikirimkan. Kini ada sekitar 10 pemain putri RRC yang sangat diandalkan. Dalam satu latihan, perlukah memisahkan antara yang muda dan yang sudah berpengalaman? Di RRC memang dipisahkan. Hanya sekali-sekali kedua regu, yang muda dan Yang andalan, dipertemukan. Untuk mengetahui kemajuan yang muda-muda sampai di mana. Berapa tahun dibutuhkan untuk membentuk tim yang ideal? Untuk pemain wanita yang sudah cukup pengalaman, paling sedikit dibutuhkan waktu tiga tahun guna membentuk dirinya jadi pemain andalan. Menurut Anda, bagaimana kesempatan Indonesia dalam perebutan Piala Uber dua tahun mendatang? Ini sulit dijawab dari sudut pelatihnya. Sehebat-hebat pelatih, bila pemain sendiri ogah-ogahan, ya, rasanya akan sia-sia. Tapi melihat potensi Indonesia, saya optimistis, pemain Indonesia bisa lebih baik daripada di Kuala Lumpur lalu. Ini bila saya lihat dari segi materi pemain yang ada di Indonesia sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus