Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perkawinan arwah

Perkawinan arwah, suwito dan sulastri atas saran mi'an yang punya ilmu luwih, sebagai syarat untuk menyembuhkan yatiyem.(ina)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Perkawinan arwah
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PESTA perkawinan itu sangat meriah. Penduduk Desa Panggungrejo, Blitar Selatan, bergembira ria semalam suntuk dihibur ludruk dan tayuban. Pasangan pengantin, Suwito dan Sulastri, tampak pula berbahagia. Suwito, yang mengenakan baju putih dan berkopiah, tersenyum lebar. Di sampingnya, Sulastri mengenakan pakaian pengantin, lengkap dengan kalung kembang melati. Pada malam yang berbahagia itu, anehnya, kedua mempelai duduk membisu. Juga para tamu tak ada yang memberi ucapan selamat. Jangan kaget. Suwito-Sulastri memang bukan manusia, melainkan sepasang patung kayu randu setinggi sekitar 0,5 meter. Dan pesta yang menghabiskan biaya Rp 600 ribu itu tak lain memang untuk memeriahkan "perkawinan antararwah". Asal muasalnya ketika Yatiyem, 45, sakit sampai beberapa bulan. Dokter dan dukun tak bisa menyembuhkan, sampai-sampai, "Badannya tinggal tulang," tutur Samirin, suami (kedua) Yatiyem. Mi'an, pensiunan polisi yang dikenal punya ilmu luwih, turun tangan. Penyebab penyakit Yatiyem, begitu kesimpulan Mi'an, tak lain darah dagingnya sendiri. Sekitar 30 tahun lalu, dengan suami pertama, Yatiyem pernah keguguran. Bakal anak itu diberi nama Sulastri. Arwah Sulastri itu setelah diwawancarai Mi'an minta dikawin-kan dengan Suwito. Yang disebut terakhir ini anak Pa'i, seorang pamong desa, yang lahir belum cukup bulan - dan meninggal 33 tahun lalu. Atas saran dukun, Yatiyem segera melamar Suwito. Pa'i menyambut gembira, karena ia pernah bermimpi bahwa anaknya itu memang harus dijodohkan dengan Sulastri. Setelah perkawinan terlaksana, Yatiyem benar-benar sembuh. Pasangan pengantin yang terbuat dari kayu randu - itu kini ditaruh di sebuah kamar di rumahnya. "Agar mereka tenang berbulan madu," kata Yatiyem. Tapi Yatiyem terkadang kesal karena anaknya, Sri Utami, 7, sering masuk kamar itu dan menjadikan kedua boneka kayu itu sebagai mainan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus