Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Harapan tim Uber, sebelum RRC

Tim indonesia untuk piala uber di tokyo, merasa optimis dan lega dibanding ke auckland dulu. tapi tim inggris maupun jepang masih disegani. (or)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA di ruang tamu pelatnas bulutangkis di Senayan, Jakarta, Minggu petang terasa agak lain dari biasanya. Para pembina dan pemain tampak menundukkan kepala. Mereka kelihatan berdoa, sesuai dengan kepercayaan masing-masing, agar berhasil memboyong Piala Uber, lambang supremasi bulutangkis wanita itu lagi. "Kali ini tim (Indonesia) berangkat (ke Tokyo) dengan perasaan lebih lega dibanding ke Auckland (1978) dulu," kata pelatih, merangkap kapten tak bermain, Christian Hadinata. Waktu di Auckland tim Indonesia-terdiri dari Verawaty, Imelda, Ivanna Tjan So Gwan (sekarang Maria Fransiska), Widyastuti, Regina Masli dan Ruth Damayanti -- dalam final dikalahkan Jepang 2-5. "Ketika itu kita cuma mengandalkan Verawaty di partai tunggal maupun ganda," lanjut Christian. "Sekarang kita punya banyak pilihan dan variasi pasangan." Indonesia adalah pemegang Piala Uber 1975. Dari tim Indonesia ke Piala Uber 1978 hanya Maria dan Regina yang tersisih. Keduanya digantikan oleh Taty Sumirah, bekas anggota regu Piala Uber 1975, dan Novianty Mawardi. Menurut Christian, kini tim ini mengandalkan dua pemain tunggal (Ivanna dan Verawaty) dan dua pasangan ganda (Verawaty/lmelda dan Widyastuti/Ruth Damayanti)."Pasangan ganda ini dapat kita utak-atik sesuai dengan kebutuhan," ujar anggota tim pembina Stanley Gouw. Menghadapi tim Malaysia di Tokyo, 22 dan 23 Mei, tim Indonesia mungkin menurunkan pasangan asli, dan diduga unggul. Tapi melawan Inggris dalam pertandingan lanjutan, pasangan Widyastuti/lmelda dan Verawaty/Ruth Damayanti mungkin diuji. Ketika diuji melawan tim putra Jakarta di Istora Senayan pekan lalu, kedua pasangan tadi, terutama Verawaty/Ruth Damayanti, memberikan gambaran cerah. "Tak ada yang mengkhawatirkan kita lagi," lanjut Gouw. la bahkan optimistis Indonesia akan mengungguli Inggris maupun Jepang. Pasangan Vsrawaty/Ruth Damayanti memang menampilkan kecepatan di pelatnas. Hampir tak ada pengembalian lawan yang tidak dicocor mereka dengan tajam. Dua pertandingan selama dua malam -- melawan Herry/Henry dan Imam Effendi/Masril Tanjung dari PBSI Jakarta --dimenangkan oleh Verawaty/Ruth Damayanti. Skor: 15-11 dan 15-9 serta 15-12 dan 18-17. Sedang Widyastuti/lmelda, bekas pasangan Piala Uber 1975, yang hanya bermain satu kali, dikalahkan oleh juara nasional Pertamina Imam Effendi/Masril Tanjung. Kedua pasangan "gadogado" ini baru saja dicoba, seminggu menjelang pelatnas berakhir. Eiingga banyak yang meragukan kekompakan mereka di Tokyo nanti. Namun Christian dan Gouw optimistis. Komentar pemain? "Bagi saya berpasangan dengan siapa saja tidak ada persoalan," kata Widyastuti. Juga Verawaty, Ruth Damayanti maupun Imelda berkata begitu. Penggabungan itu, kata Gouw, malah membuat kedua pasangan "baru bermain lebih bebas dan santai. Menurut pembina teknis Hendra Kartanegara, tak ada lagi kesulitan dalam menurunkan tunggal pertama dan kedua. "Ivanna atau Verawaty bagi kita sama saja," katanya. Sedang untuk tunggal ketiga ia cenderung memasang Taty Sumirah ketimbang Novianty. "Taty sudah berpengalaman," lanjutnya. Tak hanya teknis, tapi juga disiplin meningkat dari tim putri ini selama enam minggu diasuh oleh kelompok pembina yang diketuai Ferry Sonneville. Angka rata-rata kehadiran pemain dalam latihan di atas 80%. Pada pelatnas sebelumnya sering kurang dari ini. Latihan yang diberikan kali ini lebih berat dari yang sudah-sudah. Namun seluruh pemain beranggapan waktu yang tersedia (enam minggu) tidak cukup untuk mempersiapkan diri secara matang. Lima pemain menyukai tiga bulan, sedang dua lainnya malah meminta enam bulan. Kalau tersedia tiga bulan, menurut Gouw, pelatnas selain bisa mematangkan segi teknis, juga dapat memperkecil kelemahan pemain di segi kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaannya, Pusat Kedokteran Olahraga (PKO) menyatakan hampir semua pemain punya haemoglobine rendah. Kekurangan ini berpengaruh pada daya tahan mereka. "Yang menguntungkan ialah sesama pemain di pelatnas kali ini kompak sekali," kata anggota pembina Eddy Yusuf. Mengikuti turnamen Piala Uber sejak tahun 1962, Indonesia selalu kesandung di tangan Inggris atau Jepang. Baru tahun 1975 Indonesia berhasil merebut supremasi itu -- mengalahkan Jepang (5-2) dalam final di Istora Senayan. Kini di Tokyo kembali lawan yang sama akan dihadapi. Tentu saja setelah lolos dari Malaysia. Lebih menguntungkan bagi Indonesia menghadapi Inggris atau Jepang? "Kedua tim itu punya kelebihan sendiri," kata Christian. "Inggris bagus dalam penempatan bola. Sedang Jepang dikenal ulet." Pokoknya, demikian ramalannya, kesempatan Indonesia jadi juara lebih terbuka kali ini. "Kalau tidak menjadi juara sekarang peluang buat kita nanti makin berat," sambung Gouw. Ia benar. Sebab sejak 26 Mei RRC resmi bergabung ke dalam Federasi Bulutangkis Internasional (IBF). RRC sebelumnya adalah anggota Federasi Bulutangkis Dunia (WBF). Dan RRC punya pemain putri yang tangguh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus