Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Seperti diserbu ratusan tank

Ratusan orang tewas disapu banjir lumpur yang melanda 15 desa di 4 kecamatan candipuro, pasirian, tempeh & sendugo, kab. lumajang. banyak kerugian besar yang lain. (nas)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMIS sore 14 Mei sekitar pukul 16.00 itu telepon di kantor Dansek Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur, berdering. Peneleponnya Pos Sentral Pengawas Banjir Semeru di Gunung Sawur. "Mereka memberitahu air Kali Besuksat naik setinggi 2 meter," Dansek Lettu A. Bastari mengisahkan. Dua jam kemudian datang berita lanjutan: hujan tetap deras dan air Kali Besuksat telah naik setinggi 4,5 meter. "Saya curiga. Masak belum sampai 2 jam air naik sampai 2,5 meter," tutur Bastari. Segera dihubunginya Mansjur, Camat Candipuro. Keduanya kemudian berkeliling mengamati kemungkinan bahaya banjir. Tatkala pada sekitar pukul 19.00 mereka sampai Dukuh Sumbersari yang terletak di baratlaut Candipuro, tampak banyak penduduk berlarian. Camat Mansjur yang belum mengerti situasi menghentikan mereka dan menasihati supaya tenang. "Tenang bagaimana Pak, lha suara di atas bergemuruh begitu," sebagian penduduk membantah dengan sengit. "Ya, suaranya seperti ratusan tank datang menyerbu," ujar Bastari. Suara itulah yang rupanya menyadarkan penduduk akan bahaya. Dan daltm suasanapanik pengungsian pun terjadi. Misdi, 50 tahun, penduduk Dukuh Sumbersari termasuk yang pertama mengungsi. Mula-mula digendongnya anaknya Sutiman, 10 tahun, kemudian diajaknya istrinya serta beberapa tetangga menyeberang Kali Gelapan ke daerah yang lebih tinggi di sebelah selatan Sumbersari. Dua kali ia kembali lagi untuk mengajak tetangga yang lain mengungsi. Ia nyaris terhanyut oleh lumpur yang membanjir datang tatkala kembali untuk ketiga kalinya guna menyelamatkan sapinya yang seekor. Beruntung ia berhasil memanjat pohon nyiur. Ceritanya: "Hujan masih deras dan angin bertiup kencang. Ketika banjir lumpur datang tubuh saya berguncang-guncang keras karena nyiurnya bergoyang-goyang." Misdi melihat bagaimana banjir lumpur itu dalam tiga kali gelombang menyerbu dan mengubur desanya. Sekitar pukul 01.00 tatkala keadaan dirasanya sudah aman, barulah Misdi turun dan melintasi lumpur setinggi lehernya untuk tiba di daerah yang aman. Akibat bencana itu dahsyat: sampai Senin siang lalu 192 orang dinyatakan tewas, 186 hilang, 39 luka berat, 370 rumah hancur, sekitar 2.500 penduduk diungsikan. Ada 15 desa di 4 Kecamatan Candipuro, Pasirian, Tempeh dan Sendugo yang tersapu bah. Yang terparah Dukuh Sumbersari, Desa Penggal, Kecamatan Candipuro. Tanggul Leces dan Kertosari yang melindungi Kota Lumajang jebol dan sekitar 8,5 km saluran tersier di daerah Kertosari teruruk lumpur. Ratusan hektar sawah, kebun kopi kelapa dan cengkih amblas. Lapuk Banjir lumpur yang melanda lereng timur Gunung Semeru itu memang tak diduga sebab biasanya yang terserang adalah lereng tenggara. Namun ini bukan bencana yang pertama. Banjir pernah pula melanda lereng timur ini. Pada 1909 banjir bandang melanda Kali Besuksat dan mengakibatkan 208 orang tewas dan 1.449 dinyatakan hilang. Hujan lebat dituding sebagai penyebab bencana pekan lalu. "Curah hujan lokal di lereng timur Semeru yang mencapai 300 mm lebih setiap empat jam Kamis sore lalu itu merupakan penyebab banjir," tutur Soeparman, pimpinan Proyek Semeru. Biasanya air hujan yang menggenang di sisi atas Bukit Leker, anak Gunung Semeru, di ketinggian 2.500 meter merembes dan mengalir ke Kali Besuksat di bawahnya. Namun akibat konsentrasi hujan yang tinggi Kamis sore lalu, kedudukan Bukit Leker menjadi labil, daya rembes lebih kecil dibanding aliran hujan dari atas. Lantas longsorlah bukit yang luasnya sekitar 150 hektar itu. Untung 3,3 juta meter kubik endapan lahar di hulu penyalur lahar paling timur Gunung Semeru -- yang pernah dikhawatirkan longsor -- tidak terjadi. Menurut Dirjen ' Pertambangan Umum Prof. Dr. J.A. Katili bencana yang terjadi pekan lalu itu merupakan gejala alamiah yang tidak bisa dihindari. "Di Bukit Leker itu ada pohon-pohonan yang lapuk akar-akarnya dalam periode 50 sampai 70 tahunan dan bisa mengakibatkan longsor," ujarnya Senin lalu. Bencana terakhir terjadi pada 1909 dan rupanya setelah sekitar 70 tahun akar pohon-pohon di Bukit Leker lapuk, lebih lagi karena hujan deras yang pekan lalu melanda. Sejak Sabtu siang lalu lokasi bencana itu ramai dikunjungi ribuan orang. Gubernur Jawa Timur Soenandar Sabtu sore lalu mendampingi Menteri Pekerjaan Umum Purnomosidi, yang sedang di Ja-Tim meninjau daerah bencana. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi bencana dan menghindari bencana mendatang. Antara lain pengosongan wilayah yang dianggap bahaya. Untuk itu Suwandi, Bupati Lumajang, telah minta pada Perhutani agar bersedia tukar menukar tanah dengan tanah pemukiman penduduk yang terancam. "Pada prinsipnya pihak Perhutani sudah setuju," kata Suwandi. Akan hal biayanya, seperti kata Menteri Purnomosidi "tak usah dipersoalkan sebab yang harus diutamakan penyelamatan manusia. Jangan sampai pekerjaan gagal karena alasan tak ada uang." Menteri minta agar sebelum 20 Mei rencana rehabilitasi jalan, irigasi dan pemukiman sudah sampai di tangannya. Bantuan uang dan beras terus mengalir dari berbagai pihak. Menteri Sosial Sapardjo Senin sore lalu meninjau daerah bencana juga menjanjikan akan membangun 500 "rumah tumbuh", berukuran 3 x 7 meter masing-masing dengan biaya Rp 250.000 buat mereka yang kena musibah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus