JAB-JABNYA melayang deras. Pukulannya mengurung lawan habis-habisan. CJ Di ronde 9, lawan dibikinnya terjengkang. Penonton bertepuk sorak histeris. Di Gelanggang Olah Raga Haji Agus Salim, Padang, Sabtu malam lalu, Hengky Gun, 25 tahun, pun meraih impiannya: mengalahkan juara dunia tinju versi WBC Junior, Chor Haphalang, 32 tahun, dari Thailand. Hengky Gun kini juara dunia tinju kelas superbulu pada WBC International Fight. "Saya sudah membuktikan," ucap Hengky Gun dengan mata berkaca-kaca. Perlalanan kariernya memang tidak semulus Elly Pical. Ia lahir di Desa Namlea, Ambon, anak bungsu keluarga keturunan Cina. Ia lalu pindah ke Malang. Gun ternyata suka tinju, dan bergabunglah ia di Sasana Sawunggaling, Surabaya. Sasana yang pernah melahirkan juara tingkat Asia Pasifik (OPBF) Wongso Suseno. Di arena profesional, nama Gun mulai berarti pada pertandingan ketiga: memukul KO Yohanes Matahelemual pada ronde ke-3, Agustus 1983. Sejak itu, prestasi Hengky Gun berkembang. Kepalannya terus makan korban. Lebih dari 50 persen pertarungannya (19 dari 34 kali) dimenangkannya dengan KO. Padahal, tubuhnya yang lurus serasa tak berotot. Sejumlah petinju asing pun dibabatnya. Badan tinju dunia paling bergengsi, WBC, memasukkan Hengky Gun ke peringkat ke-29 dunia, di kelas superbulu. Mengapa prestasinya tidak ditingkatkan lagi, begitu pikir Tinton Suprapto, yang kini aktif mempromotori tinju. Kesempatan memungkinkan. WBC memberi peluang petinjunya yang masuk peringkat 12 hingga 30 dunia untuk merebut juara vers~i WBC Junior. Hengky Gun pun digodok. Ia berlatih keras. Sebanyak 90 ronde latihan dijalaninya. Termasuk latih tanding dengan Pulu. Pelatihnya, Didik Mulyadi, meyakinkan Hengky bahwa Chor Haphalang -- bakal lawannya yang ada di peringkat ke-25 WBC -- tidak istimewa. Biarpun begitu, para pengamat tinju tetap menyangsikan Hengky Gun bisa menang. Ketua Harian KTI Mohamad Anwar pun menunjukkan rasa pesimisnya. "Saya cemas," ujarnya, "Hengky tak bakal kuat sampai ronde 12." Alasannya, kemampuan darah membawa oksigen (ditunjukkan dengan angka HB) dan kapasitas paru-paru menyerap oksigen (VO2Max) Hengky Gun rendah. Di bawah angka HB 16 dan VO2Max 70, yang ditentukan sebagai angka ideal. Menjelang saat tanding, status pertandingan dimasalahkan pula. Tinton memastikan partai ini adalah kejuaraan dunia WBC Junior. Wasit yang memimpinnya Takashima Kawa dari Jepang. Tapi tiba-tiba Candru G. Lalwani bersuara. Kuasa WBC Junior di Indonesia ini menyebut ada teleks dari markas besar WBC: wasit yang memimpin pertandingan harus Alan Moore dari Australia. Tanpa itu pertarungan tidak sah. Padahal, Alan Moore tidak datang. Pengawas WBC, H.M.S. Baig dari Pakistan, ternyata menyatakan kejuaraan ini resmi. Mohamad Anwar juga menyebut begitu. Menurut Anwar, istilah WBC Junior memang sudah diganti dengan sebutan WBC International Fight yang memakai ketentuan WBC Junior dulu. Begitu hasil pertemuan WBC di London, Desember lalu. Juara versi ini berhak menantang juara versi WBC. Hengky tampil antusias. Ia memang kerepotan pada ronde ke-3, 4, dan 5. Tapi ia membalas pada ronde berikutnya. Hanya keberuntungan yang tak menjadikan Chor KO. Kini beranikah ia menantang juara WBC dari Meksiko, Julio Cesar Chavez? Nanti dulu, Hengky Gun belum sehebat itu. Di Surabaya, tahun lalu, ia menjadi bulan-bulanan juara nasional Thailand. Di Indonesia ia masih berutang kalah dengan ~AIexander Wassa (KO) dan Rudy Haryan~o (KO dan angka), yang belum ditebusnya. Pulu Sugarray juga mengancam gelarnya. Lebih dari itu, ia juga masih harus bertarung dengan birokrasi: agar diterima jadi warga negara Indonesia. Zaim Uchrowi (Jakarta), Fachrul Rasyid, Teguh Sulistia (Padang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini