MENDETEKSI rudal lawan merupakan hal yang sulit. Kini terbukti bahwa memusnahkan rudal milik sendiri juga bukan hal yang ringan. Ini terungkap setelah tercapainya kesepakan Reagan-Gorbachev bulan lalu untuk memusnahkan 2.611 pucuk rudal jarak sedang dan pendek milik kedua belah pihak, yang disembunyikan di berbagai tempat di Eropa. Menuru~t perjanjian itu, Amerika wajib memusnahkan 857 pucuk rudal Pershing II-nya. Sedang Uni Soviet menyatakan kesanggupannya untuk mem-"puso"-kan 1.757 pucuk rudal SS-20-nya. Disepakati, kedua pihak masing-masing akan menyisakan 15 rudal untuk keperluan pameran. Itu pun rudal yang telah jinak: kepala nuklirnya telah dihilangkan. Jadi, yang tinggal kendaraan pengangkutnya, tabung peluncur, serta badan rudal yang berisi bahan bakar serta elemen pengendali. Proyek pemusnahan rudal itu bukan pekerjaan yang sederhana. Selain kedua belah pihak harus yakin bahwa peluru kendali itu benar-benar dinonaktifkan, juga harus ada jaminan bahwa operasinya berjalan aman. Sebab, salah langkah bisa berarti bencana. Ada dua cara untuk mengenyahkan alat pembunuh yang jangkauannya 500 hingga 5.500 km itu: dengan menghancurkannya di darat, atau diluncurkan ke antariksa dan diledakkan di sana. Ada jaminan teknis bahwa puing-puing yang jatuh kembali ke bumi tidak akan membahayakan. Kedua cara ini punya syarat mutlak: kepala nuklir pada rudal itu harus dilepas lebih dahulu. Menghancurkan rudal di darat memang termasuk jenis pekerjaan yang repot. Pada Pershing II, agak lumayan, badan rudal bisa langsung dihancurkan dengan meledakkan atau meremukkannya secara mekanis. Namun, pada SS-20 agak sulit, sebab perut rudal itu harus dirobek dengan alat peledak pada saat kepala nuklir masih ada di dalamnya. Peledakan pertama, menurut naskah akbar itu, perlu diikuti dengan penghancuran tahap dua. Pada tahap ini, bahan bahar padat, motor, ruang motor, atau moncong roket yang belum lumat harus diremukkan dan digepengkan dengan alat-alat mekanis. Tahap berikutnya adalah penghancuran alat peluncur. Pada SS-20 alat peluncur berupa tabung yang arah susutnya bisa disetel, sedangkan pada Pershing II berupa dua batang penegak, yang sudutnya bisa diatur. Sebelum dihancurkan, kedua alat peluncur itu dipisahkan dari chassls peluncur, yakni dudukan peluncur yang biasanya digandengkan dengan kendaraan pengangkut. Alat peluncur harus dipotong menjadi dua bagian yang kurang lebih sarna besar. Pemotongan tidak boleh dilakukan pada bekas sambungan. Chassis peluncur juga diperlakukan sama: dipotong dua bukan pada tempat sambungan. Sarana pembantu berupa bangunan tempat rudal itu disimpan dan dilindungi, juga harus dibongkar sampai ke fondasinya. Bongkaran itu tak boleh direnovasi selama enam bulan, menunggu dilakukannya inspeksi oleh "pihak la~wan".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini