Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Inkai Masuk Keraton Yogya

Inkai mengadakan turnamen intern di yogya memperebuntukan piala hamengkubuwono ix. di sana akan ditrapkan peraturan pertandingan internasional baru.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTITUT Karate-do Indonesia saat ini menanjak namanya. Kampiun di tingkat regional ASEAN, Advent Bangun berasal dari sana. Di tingkat nasional, perguruan itu sudah menyelenggarakan kejuaraan memperebutkan Piala Mantik -- nama ini diambil dari pimpinannya, Letjen G.H. Mantik, sekarang Gubernur Sulawesi Utara. Di Yogyakarta, pekan lalu INKAI mengadakan pula turnamen intern. Turut di situ karateka Australia dan Selandia Baru. Ada 298 karateka INKAI dari 15 daerah bertanding. Prof. Masatoshi Nakayama, hadir pula di Yogyakarta itu. Instruktur Kepala Japan Karate-do Association itu hampir setiap tahun datang ke Indonesia membantu perkembangan teknik karateka INKAI. Kali ini ia melihat peningkatan dalam bidang perwasitan. Turnamen itu -- merayakan 40 tahun Hamengkubuwono IX naik tahta -- menampilkan tim Jawa Timur sebagai juara umum. GBPH Kasworo Hadisuryo, putra Hamengkubuwono IX, aktif menyelenggarakan kejuaraan ini. Ia, direktur PT Yogyatex, memang pencinta karate, dan menjadi Ketua INKAI untuk daerah Yogyakarta. Brigjen Subhan Djajaatmadja, Ketul Umum Federasi Olahraga Karate-do Indonesia merestui kejuaraan yang memperebutkan Piala Hamengkubuwono IX itu. Dan INKAI ingin melembagakannya. Tidak ada fanatisme bangkit karenanya, demikian Sabeth Muchsin, Ketua Dewan Guru INKAI. Pada kejuaraan tingkat nasional yang diselenggarakan ORKI, karena melibatkan aliran, selalu timbul masalah fanatisme perguruan. Sistem yang dianut dalam turnamen ini adalah pukulan terkendali, tanpa kontak. Yang tak mengontrol diri dinyatakan kalah. Masih ada yang terkena pukulan 'tak sengaja' seperti Frederick Abels. Atlet INKAI ini bahkan sampai digotong keluar lapangan akibat pukulan giakuchuki seorang karateka Australia. Melihat penampilan nomor kumite perorangan maupun beregu di Yogya itu, Nakayama mengatakan bahwa untuk tingkat Asia-Pasifik atlet Indonesia tak bisa dianggap enteng. Kalau tingkat dunia, dianggapnya karateka Eropa bagus sekali. Kebetulan INKAI dalam bulan Agustus akan mengikuti turnamen International Association of Karate-do Federation (IAKF) di Hamburg, Jerman Barat. Dan di Yogyakarta diterapkannya peraturan pertandingan internasional baru. Sekarang ini, menurut Nakayama, atlet yang ke luar garis dianggap melakukan pelanggaran. Juga mereka yang mendorong lawan sampai ke luar batas. Tiga kali mendorong lawan ke luar, atletnya akan kena hukuman diskualifikasi. Lainnya? "Umumnya karateka Indonesia punya kebiasaan jelek. Habis memukul lalu balik belakang, " kata Sabeth. "Dengan peraturan pertandingan yang baru, ia dalam posisi bisa dipukul lawan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus