INSTITUT Karate-do Indonesia saat ini menanjak namanya. Kampiun
di tingkat regional ASEAN, Advent Bangun berasal dari sana. Di
tingkat nasional, perguruan itu sudah menyelenggarakan kejuaraan
memperebutkan Piala Mantik -- nama ini diambil dari pimpinannya,
Letjen G.H. Mantik, sekarang Gubernur Sulawesi Utara.
Di Yogyakarta, pekan lalu INKAI mengadakan pula turnamen intern.
Turut di situ karateka Australia dan Selandia Baru. Ada 298
karateka INKAI dari 15 daerah bertanding.
Prof. Masatoshi Nakayama, hadir pula di Yogyakarta itu.
Instruktur Kepala Japan Karate-do Association itu hampir setiap
tahun datang ke Indonesia membantu perkembangan teknik karateka
INKAI. Kali ini ia melihat peningkatan dalam bidang perwasitan.
Turnamen itu -- merayakan 40 tahun Hamengkubuwono IX naik tahta
-- menampilkan tim Jawa Timur sebagai juara umum.
GBPH Kasworo Hadisuryo, putra Hamengkubuwono IX, aktif
menyelenggarakan kejuaraan ini. Ia, direktur PT Yogyatex, memang
pencinta karate, dan menjadi Ketua INKAI untuk daerah
Yogyakarta.
Brigjen Subhan Djajaatmadja, Ketul Umum Federasi Olahraga
Karate-do Indonesia merestui kejuaraan yang memperebutkan Piala
Hamengkubuwono IX itu. Dan INKAI ingin melembagakannya. Tidak
ada fanatisme bangkit karenanya, demikian Sabeth Muchsin, Ketua
Dewan Guru INKAI. Pada kejuaraan tingkat nasional yang
diselenggarakan ORKI, karena melibatkan aliran, selalu timbul
masalah fanatisme perguruan.
Sistem yang dianut dalam turnamen ini adalah pukulan terkendali,
tanpa kontak. Yang tak mengontrol diri dinyatakan kalah. Masih
ada yang terkena pukulan 'tak sengaja' seperti Frederick Abels.
Atlet INKAI ini bahkan sampai digotong keluar lapangan akibat
pukulan giakuchuki seorang karateka Australia.
Melihat penampilan nomor kumite perorangan maupun beregu di
Yogya itu, Nakayama mengatakan bahwa untuk tingkat Asia-Pasifik
atlet Indonesia tak bisa dianggap enteng. Kalau tingkat dunia,
dianggapnya karateka Eropa bagus sekali. Kebetulan INKAI dalam
bulan Agustus akan mengikuti turnamen International Association
of Karate-do Federation (IAKF) di Hamburg, Jerman Barat. Dan di
Yogyakarta diterapkannya peraturan pertandingan internasional
baru.
Sekarang ini, menurut Nakayama, atlet yang ke luar garis
dianggap melakukan pelanggaran. Juga mereka yang mendorong lawan
sampai ke luar batas. Tiga kali mendorong lawan ke luar,
atletnya akan kena hukuman diskualifikasi.
Lainnya? "Umumnya karateka Indonesia punya kebiasaan jelek.
Habis memukul lalu balik belakang, " kata Sabeth. "Dengan
peraturan pertandingan yang baru, ia dalam posisi bisa dipukul
lawan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini