DI cabang atletik, hampir tak ada olahragawan dari Sumatera
Barat yang menonjol. Dalam periode 20 tahun terakhir hanya dua
atlet di sana yang muncul ke tingkat nasional. Yaitu Soeharto,
kini guru SMA di Bukittinggi dan Yusri Nurdin, kini Sekretaris
PASI Sumatera Barat.
Tapi Gubernur Azwar Anas rupanya mulai memperhatikan. Dia konon
ingin provinsinya maju dalam atletik. "Potensinya lumayan,"
katanya.
Yusri, atlet nasional dasalomba, mengungkapkan Bukittinggi,
Payakumbuh dan Kabupaten Sawah Lunto-Sijunjung jelas punya
potensi. Ketiga daerah itu masing-masing disebutnya sebagai
gudang pelari jarak pendek, menengah dan jauh. Tapi? "Selama ini
kami dibiarkan jalan sendiri tanpa fasilitas," kata guru
olahraga STN Payakumbuh, Musnal Zein.
PASI Sum-Bar membenarkan bahwa fasilitas yang ada di sana bagi
cabang atletik memang menyedihkan. Bahkan lapangan pun sudah
dipergunakan pula untuk kegiatan macam-macam, dan tak terurus.
Di Padang, misalnya, stadion Imam Bonjol dulu memiliki lintasan
lari, bak untuk lompat jauh, dan fasilitas lain untuk latihan
atletik. Stadion itu kini tak dapat menampung kegiatan atletik.
Semuanya sudah rusak. Stadion itu bahkan pernah dipergunakan
untuk tempat pasar malam. Di kota lain, keadaannya lebih parah.
Mungkin semua itu akan berubah. Sebab Gubernur Azwar Anas
sendiri dua pekan lalu mengkampanyekan agar masyarakat mau
beratletik. Ia bahkan menyediakan Piala Gubernur untuk lomba
lari antar pelajar. Tentang fasilitas lapangan, konon pemda
akan menggarapnya secara berangsur.
Dalam kampanye itu, diadakan pula penataran pelatih bagi 87 guru
olahraga SLTP/SLA seluruh provinsi itu. Tenaga penatar didrop
oleh PASI. Termasuk Guus Tirayoh untuk nomor tolak dan lempar,
Bram Soselisa buat nomor loncat dan lompat, dan Bambang Wahyudi
untuk nomor lari. Para guru itu ditatar selama dua minggu.
Setelah itu? "Tiap guru olahraga dalam tiap tahun ajaran harus
menyumbangkan minimal dua atlet berprestasi," kata Yusri.
Demam kampanye atletik juga melanda daerah lain, di dalam maupun
luar Jawa. Gubernur Riau, Subrantas, pun mendorong promosi
atletik di provinsinya. Di Jawa Tengah, PASI setempat bahkan
telah digalakkan Gubernur Supardjo Rustam.
Jawa Tengah, seperti juga Riau dan Sumatera Barat, lama disebut
melempem dalam beratletik. Tapi setelah terkena kampanye, di
Semarang tiga klub atletik tumbuh.
Bahwa ketiadaan fasilitas suatu penghalang, Sekjen KONI Pusat,
M.F. Siregar pernah membantahnya. "Tak punya track (lintasan
lari), ya tak usah ambil nomor itu. Ambil yang lain, misalnya,
marathon atau cross country," katanya.
Suatu catatan untuk pembina atletik di daerah: Pelari nasional,
Carolina Riewpassa dan kawan-kawan di Jakarta, mendirikan
sekolah atletik bagi anak-anak dan remaja. Sekolahnya, MTR 72,
sederhana sekali. Boleh ditiru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini