Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kampanye Gubernur

Gubernur sum-bar dan riau ingin maju dalam atletik. di jakarta ada mtr 72, sekolah atletik pimpinan caroline riewpassa.

22 Maret 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI cabang atletik, hampir tak ada olahragawan dari Sumatera Barat yang menonjol. Dalam periode 20 tahun terakhir hanya dua atlet di sana yang muncul ke tingkat nasional. Yaitu Soeharto, kini guru SMA di Bukittinggi dan Yusri Nurdin, kini Sekretaris PASI Sumatera Barat. Tapi Gubernur Azwar Anas rupanya mulai memperhatikan. Dia konon ingin provinsinya maju dalam atletik. "Potensinya lumayan," katanya. Yusri, atlet nasional dasalomba, mengungkapkan Bukittinggi, Payakumbuh dan Kabupaten Sawah Lunto-Sijunjung jelas punya potensi. Ketiga daerah itu masing-masing disebutnya sebagai gudang pelari jarak pendek, menengah dan jauh. Tapi? "Selama ini kami dibiarkan jalan sendiri tanpa fasilitas," kata guru olahraga STN Payakumbuh, Musnal Zein. PASI Sum-Bar membenarkan bahwa fasilitas yang ada di sana bagi cabang atletik memang menyedihkan. Bahkan lapangan pun sudah dipergunakan pula untuk kegiatan macam-macam, dan tak terurus. Di Padang, misalnya, stadion Imam Bonjol dulu memiliki lintasan lari, bak untuk lompat jauh, dan fasilitas lain untuk latihan atletik. Stadion itu kini tak dapat menampung kegiatan atletik. Semuanya sudah rusak. Stadion itu bahkan pernah dipergunakan untuk tempat pasar malam. Di kota lain, keadaannya lebih parah. Mungkin semua itu akan berubah. Sebab Gubernur Azwar Anas sendiri dua pekan lalu mengkampanyekan agar masyarakat mau beratletik. Ia bahkan menyediakan Piala Gubernur untuk lomba lari antar pelajar. Tentang fasilitas lapangan, konon pemda akan menggarapnya secara berangsur. Dalam kampanye itu, diadakan pula penataran pelatih bagi 87 guru olahraga SLTP/SLA seluruh provinsi itu. Tenaga penatar didrop oleh PASI. Termasuk Guus Tirayoh untuk nomor tolak dan lempar, Bram Soselisa buat nomor loncat dan lompat, dan Bambang Wahyudi untuk nomor lari. Para guru itu ditatar selama dua minggu. Setelah itu? "Tiap guru olahraga dalam tiap tahun ajaran harus menyumbangkan minimal dua atlet berprestasi," kata Yusri. Demam kampanye atletik juga melanda daerah lain, di dalam maupun luar Jawa. Gubernur Riau, Subrantas, pun mendorong promosi atletik di provinsinya. Di Jawa Tengah, PASI setempat bahkan telah digalakkan Gubernur Supardjo Rustam. Jawa Tengah, seperti juga Riau dan Sumatera Barat, lama disebut melempem dalam beratletik. Tapi setelah terkena kampanye, di Semarang tiga klub atletik tumbuh. Bahwa ketiadaan fasilitas suatu penghalang, Sekjen KONI Pusat, M.F. Siregar pernah membantahnya. "Tak punya track (lintasan lari), ya tak usah ambil nomor itu. Ambil yang lain, misalnya, marathon atau cross country," katanya. Suatu catatan untuk pembina atletik di daerah: Pelari nasional, Carolina Riewpassa dan kawan-kawan di Jakarta, mendirikan sekolah atletik bagi anak-anak dan remaja. Sekolahnya, MTR 72, sederhana sekali. Boleh ditiru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus