Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Jagoan Gaek Kelas Berat

Para petinju mendesak kemampuan tubuhnya yang menua untuk terus berlatih dan bertanding. Popularitas dan hadiah uang masih menjadi dorongan besar kembali ke ring.

23 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Luis Ortiz (kanan) saat bertanding melawan Deontay Wilder, 3 Maret 2018./Amanda Westcott/Showtime

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menua tak menyurutkan ambisi petinju kelas berat asal Kuba, Luis Ortiz, terus bertarung di atas ring. Umurnya 40 tahun 7 bulan 26 hari kala naik ring di MGM Grand, Las Vegas, Amerika Serikat, pada 24 Novem-ber 2019. Lawannya petinju tuan rumah, Deontay Wilder, yang usianya 6 tahun 8 bulan lebih muda. “Usia hanyalah angka,” kata Ortiz.

Laga di MGM Grand itu pertemuan kedua mereka setelah perebutan gelar juara dunia kelas berat versi Dewan Tinju Dunia (WBC) pada Maret tahun lalu. Menghadapi petinju yang lebih muda, tinggi, dan cepat, Ortiz malah aktif menyerang dengan melayangkan 363 pukulan, 87 di antaranya mendarat telak di tubuh lawan. Sedangkan Wilder melayangkan 346 pukulan, 98 di antaranya bisa menghantam Ortiz.

Pertandingan perdana Ortiz versus Wilder itu dinilai sebagai salah satu laga terbaik di kelas berat. Wilder memukul jatuh Ortiz pada ronde kelima. Pada ronde ketujuh, giliran Ortiz memukuli Wilder hingga sempoyongan. Daya tahan Wilder yang waktu itu menyelamatkannya dari gempuran Ortiz, hingga akhirnya Wilder meng-hentikan Ortiz pada ronde ke-10 dan memeluk sabuk juaranya. Wilder membawa hadiah US$ 2,1 juta atau sekitar Rp 30 miliar. Adapun Ortiz, yang bonyok, masih bisa mengantongi Rp 7 miliar.

Toh, kalah oleh Wilder tak membikin Ortiz kapok. Bersama pelatih Larry Wade, Ortiz mengolah badannya yang gempal menjadi lebih liat. Otot-otot di bahu, lengan, dan dadanya membesar. Perut petinju setinggi 1,93 meter itu mengeras. Dia serius menjalani diet untuk menghilangkan lemak dan menguatkan otot-ototnya. “Ini perubahan yang bagus dan tubuhku bereaksi lebih baik,” ucapnya seperti dilaporkan New York Post.

Wilder menyatakan sangat menghormati Ortiz sebagai seniornya. Apalagi mereka sama-sama memiliki putri dengan kebutuhan khusus, yang memerlukan biaya perawatan dan perhatian ekstra. Wilder memahami keinginan Ortiz terus bertinju. “Aku pasti serius bertanding, bahkan memukulnya hingga jatuh, tapi setidaknya aku bisa membantunya mendapatkan uang untuk keluarganya,” tutur Wilder seperti ditulis The Sun.

Ortiz menjadi satu dari segelintir petinju elite yang bisa terus bertarung pada usia lebih dari 40 tahun. Periode terbaik para petinju biasanya berada dalam rentang 24-35 tahun. Petinju yang masih bertarung pada usia lebih dari 35 tahun bahkan sudah dinilai ketuaan. Pasalnya, olahraga baku pukul ini membutuhkan kekuatan dan daya tahan fisik prima, yang umumnya merosot seiring dengan pertambahan usia. 

Bisa menang, apalagi menjadi juara dunia selepas usia 40 tahun, adalah prestasi luar biasa bagi petinju kelas berat. Dalam sejarah divisi para petinju bertubuh gede dengan bobot lebih dari 100 kilogram ini, ada dua petinju gaek yang sukses menjadi juara dunia pada usia lebih dari 40 tahun. George Foreman menjadi juara dunia tertua di kelas berat saat berumur 45 tahun. Vitali Klitschko juga masih bisa menjadi juara dunia ketika umurnya 42 tahun 5 bulan.

Rekor Bertanding Setelah Usia 40 Tahun

Meski sanggup menerima tonjokan keras, para petinju tetap tak bisa melawan alam. Penuaan adalah musuh utama para petinju yang membuat elastisitas tubuh dan kemampuan pulih dari cedera terus menurun. Para petinju yang terus bertarung setelah usia 35 tahun, seperti dilaporkan The New York Times, justru seperti mempercepat laju kerusakan tubuh dan otaknya. Para petinju yang aktif berlatih bisa mendapat hingga 50 pukulan ke kepalanya setiap hari, yang membuat risiko cedera otak membesar.

Dalam pertandingan, pukulan yang diterima para petinju bahkan jauh lebih kuat dibanding dalam latihan. Otak berisiko mengalami cedera parah ketika petinju mendapat pukulan telak, apalagi jika dihajar hingga knockout. Patrick Day, petinju 27 tahun Amerika Serikat, meninggal Oktober lalu setelah mengalami koma selama empat hari sesudah KO di ring. Jawara tinju kelas berat Amerika Serikat, Muhammad Ali, didiagnosis menderita parkinson pada usia 42 tahun. Kerusakan permanen pada otak itu menggerogoti kesehatannya selama 32 tahun.

Risiko besar berujung kematian tersebut tak membuat para petarung itu lantas memalingkan wajahnya dari dunia tinju. Olahraga ini menawarkan popularitas dan hadiah dalam jumlah besar. Banyak petinju berusaha bertahan di atas ring meski tak lagi muda. Sugar Ray Robinson, petinju yang aktif pada 1940-1965, bahkan masih bisa meraih 30 kemenangan ketika umurnya sudah lewat 40 tahun.

Petinju Amerika Serikat, Floyd Mayweather, menjadi salah satu petinju elite dunia terbaik sebelum pensiun kala berusia 39 tahun. Dia tak terkalahkan dalam 50 laga selama kariernya sebagai petinju profesional, yang 27 di antaranya berakhir dengan kemenangan knockout. Sepanjang kariernya, Mayweather mampu meraup pendapatan hingga US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 24 triliun.

Godaan kembali beradu jotos juga menerpa mantan juara dunia kelas berat asal Ukraina, Vladimir Klitschko. Dari 69 pertarungan profesional petinju berjulukan Palu Besi itu, 64 di antaranya berakhir dengan kemenangan. Legenda juara dunia kelas berat tersebut pensiun pada 2017 setelah dikalahkan Anthony Joshua, petinju Inggris yang 12 tahun lebih muda.

Selama 21 tahun Klitschko malang-melintang di arena tinju. Dia sekarang menikmati masa pensiunnya dengan bermain golf, bertanding catur, dan menjalankan bisnis hotelnya di Kiev. Memegang gelar doktor di bidang sains olahraga, Klitschko juga menjadi dosen di sejumlah kampus, seperti University of St. Gallen di Swiss dan Harvard University, Amerika Serikat.

Kini berusia 43 tahun, Klitschko menyatakan masih sanggup bertanding. Namun gairah bertarungnya tak lagi dipicu ambisi mengalahkan lawan. Dia ingin mematahkan rekor Foreman sebagai juara tertua di kelas berat, yang diraih setelah petinju itu mengalahkan Michael Moorer pada 1994. “Aku tak ingin kembali hanya untuk mematahkan rahang, tapi demi rekor,” ujarnya seperti dikutip Business Insider pada Kamis, 14 November lalu.

Laga petinju gaek itu pun masih dinilai menguntungkan dari segi bisnis. Perusahaan siaran olahraga online DAZN, yang berbasis di London, menurut laporan The Ring, mengajukan penawaran bayaran hingga US$ 75 juta untuk tiga pertandingan. Namun Klitschko lebih tertarik pada rekor Foreman. “George Foreman menjadi juara pada usia 45 tahun, menurutku itu sangat keren,” tuturnya.

Klitschko memiliki waktu dua tahun persiapan mengejar mimpi barunya. David Haye, petinju yang ditaklukkan Klitschko dalam perebutan empat gelar sekaligus pada 2011, tak yakin rekor juara dunia kelas berat tertua itu bisa dipatahkan. Klitschko bakal menghadapi lawan lebih muda dan kuat. “Dalam dua tahun, dia hanya akan bertambah tua dan melambat,” katanya.

Sejarah tinju di kelas berat juga dipenuhi para veteran yang enggan menyerah. Karier Larry Holmes sempat dinilai sudah selesai ketika petinju 38 tahun itu dihabisi Mike Tyson dalam empat ronde pada 1988. Alih-alih pensiun, Holmes terus berlatih. Kembali naik ring pada usia 41 tahun, Holmes lalu mengumpulkan 21 kemenangan dan cuma tiga kali kalah. Dia menutup kariernya dengan gemilang setelah menjuarai laga profesional terakhirnya pada usia 53 tahun.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (BOXING NEWS, BLEACHER REPORT, ESPN, BOXING SCENE)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus