Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDY Murray sigap menangkap tangan Rafael Nadal di atas net untuk bersalaman setelah mengakhiri set kedua semifinal Mubadala World Tennis Championship di Abu Dhabi, Jumat dua pekan lalu. Petenis Skotlandia itu untuk kali pertama—sejakmenjuarai Grand Slam Wimbledon 2013—mampu menekuk pesaing beratnya tersebut dengan kemenangan telak 62, 60.
Prestasi petenis 27 tahun itu lumayan mengkilap. Sebab, dalam 20 kali pertemuan dengan pemilik peringkat ketiga dunia itu,Murray hanya mampu menang lima kali. Kekalahan terakhir ditelannya saat semifinal Grand Slam Prancis Terbuka di Court Philippe Chatrier, pertengahan tahun lalu.
Kendati tak menunjukkan kegirangan berlebih,seperti aksi menengadahkan kedua tangan saat menekuk Nadal di Capitala Tennis World Championship di tempat yang sama lima tahun lalu,Murray tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya."Semua kerja keras saya terbayar lunas," katanya dengan senyum lebar di hadapan ribuan penonton yang memadatiÂZayed Sports City, kompleks olahraga Uni Emirat Arab.
Lalu, di babak final, Murray tak perlu menitikkan setetes pun keringat untuk meraih trofi Mubadala lantaran Novak Djokovic mundur sesaat sebelum laga. Juara tiga kali berturutturut di Dubai itu mengaku sakit. Namun menekuk Nadal dan trofi sebuah kejuaraan tetaplah pencapaian bagi Murray. Sukses di awal tahun tentu memberikan makna penting. "Saya ingin memulai musim ini dengan kuat, dan saya berharap sebuah turnamen yang sukses akan menjadi pertanda baik pada 2015," ujar Murray menjelang kejuaraan Mubadala. Pertanda itu sudah menyala kini.
Ia layak mengatakan hal semacam itu. Tahun lalu bukan musim yang bagus bagi pemuda yang dijuluki Si Anak Bersejarah ini—karena mempersembahkan gelar Wimbledon setelah 77 tahun tak diraih petenis Inggris. Sejak akhir 2013, ia memang lesu lantaran gagal tampil di pelbagai kejuaraan akibat cedera punggung. Akibatnya, ia harus naik ke meja operasi. Pada 2014, Murray tak mampu menambah prestasi Grand Slamnya, pun tak sanggup mempertahankan gelar Wimbledon dan Amerika Serikat Terbuka. Penampilan Murray benarbenar letoy.
Ini membuat Murray hampir kehilangan semangat. Ia tak bisa berkonsentrasi karena fisiknya yang tidak pulih baik setelah operasi. Beberapa kali dia pun keluarmasuk rumah sakitlantaran gangguan pada persendian. "Saya tidak bisa mengerakkan tubuh dengan baik," katanya.
Tapi ia mulai menata diri. Ia membutuhkan suasana baru. Ia bahkan membuat revolusi ketika nekat mengakhiri kontrak dengan pelatih Ivan Lendl, bekas juara dunia tenis yang melejitkannya hingga mampu merebut emas Olimpiade London serta gelar juara Amerika Serikat Terbuka 2012 dan Wimbledon 2013. Sebagai pengganti Lendl, dia menunjuk mantan petenis putri nomor satu dunia, Amelie Mauresmo, untuk mendampinginya.
Murray pun mulai berlatih keras di markasnya, Miami, Florida, pada musim dingin ini. Hasilnya, dalam beberapa kejuaraan ia berhasil menang sebelum ke Dubai, yakni Valencia Terbuka (ATP 500), Erste Bank Terbuka Vienna (ATP 2500), serta Shenzhen Terbuka (ATP 250).
Namun sejatinya tak semua berlangsung mulus bagi kekasih Kim Sears, anak petenis kawakan Nigel Sears, itu. Masuknya Mauresmo, pemenang dua trofi juara turnamen Grand Slam, membuahkan gesekan di dapur latihan. Buntutnya, Murray kehilangan dua anggota staf yang selama ini mendampinginya, yakni asisten pelatih Dani Vallverdu dan pelatih kebugaran Jez Hijau. Mereka disebutsebut angkat kaki lantaran Murray memilih memperkuat posisi Mauresmo dalam manajemen. Tapi Murray bukan orang yang tak tahu diri. "Saya berterima kasih kepada semua yang mendampingi saya sebelumnya."
Mundurnya dua orang kepercayaan itu sempat menimbulkan kerepotan baru bagi Murray. Ia mesti segera menyusun "kabinet" bersama Mauresmo untuk menyongsong musim 2015. Kabar terakhir adalah rencana bergabungnya pelatih Prancis Loic Courteau untuk memperkuat tim. Courteau membenarkan kabar bahwa ia tengah bernegosiasi dengan Murray.
Ketimpangan di dalam pelanpelan sudah dirapikan, tapi Murray mesti menghadapi "serangan" dari luar kubu. Misalnya kecaman para kritikus yang ragu terhadap kemampuan Mauresmo dalam melatih Murray. Bahkan perang urat saraf pun diembuskan Toni Nadal, pelatih sekaligus paman Rafael Nadal. Toni menuding Murray memilih Mauresmo karena alasan personal, "Itu adalah keputusan yang indah karena dia cantik." Agak selengekan, memang.
Toh, tak semua memandang miring keputusan Murray. Richard Krajicek, bekas juara Wimbledon yang terkenal kritis terhadap petenis wanita, justru mendukungnya. Ia yakin Murray mampu menang dalam Grand Slam musim ini di bawah asuhan Mauresmo. Selain karena bisa menularkan kepiawaiannya di lapangan, perempuan Prancis tersebut mudah membentuk tim yang kompak.
Tapi Krajicek mengakui ada hambatan lain, karena pelatih perempuan tak mungkin masuk ruang ganti petenis pria—meski untuk sekadar berunding. "Tapi pelatih perempun mampu lebih baik memberikan cara berpikir berbeda untuk membantu pemain," kata pria 42 tahun itu.
Jonathan Coates, kritikus tenis dari situs Sports, juga menilai masa depan Murray bakal cerah. Kemenangan di awal tahun adalah sebuah "hari yang baik" untuk dilanjutkan pada waktu berikutnya. Apalagi, kata Coates, Murray telah bertunangan dengan kekasihnya serta mendapat sponsor baru dari Under Armour, perusahaan pakaian olahraga Amerika. "Apalagi dia datang dengan potongan rambut baru yang membuatnya terlihat keren," tulisnya.
Adapun Mauresmo berjanji akan sekuat tenaga mengantarkan Murray meraih Grand Slam ketiganya. Ia melihat semangat dan potensi yang dimiliki Murray cukup untuk memboyong trofi Australia Terbuka yang segera dimulai ini. Dia mengajak petenis yang menduduki peringkat keenam dunia itu untuk tekun berlatih. "Meskipun Anda bisa memberinya dinamika baru, itu tidak akan terjadi dalam semalam."
Kini semua tinggal tergantung Murray. Australia, juga dunia, menunggu apakah kisah sukses Dubai akan berlanjut atau dia hanya akan kembali di bawah bayangbayang petenis elite lain. Murray sesumbar kemenangannya di Abu Dhabi di bawah asuhan Mauresmo adalah jimat untuk membungkam petenispetenis dunia lainnya pada musim ini. Maka, buktikan!
Tri Suharman (Mirror, BBC, ESPN, Daily Mail)
Berburu Empat Besar
Saat ini Andy Murray menempati peringkat keenam dunia dengan mengantongi 4,675 poin. Pemain asal Skotlandia itu kini tengah berusaha mengejar petenis Jepang, Kei Nishikori, dan petenis Swiss, Stan Wawrinka, yang bercokol di peringkat kelima dan keempat. Grand Slam Australia Terbuka 2015, kejuaraan yang tiga kali membuat Murray kandas di final, adalah salah satu harapan besar untuk kembali pada posisi Big Four, predikatnya pada 2013.
Ahad dua pekan lalu, Murray mendarat di Negeri Kanguru bersama pelatih barunya, Amelie Mauresmo. Ia terbang ke sana setelah mengangkat trofi pertamanya pada 2015, yaitu dalam Kejuaraan Tenis Mubadala di Dubai, Uni Emirat Arab. Kendati sempat mengalami masalah pada bahunya, dia dipastikan siap beradu di arena tersebut. "Semoga saya bisa mempertahankan performa ini," katanya.
Prestasi Murray anjlok lantaran hanya mengantongi tiga trofi tahun lalu. Berbanding terbalik pada 2013, yang mengantarnya menempati peringkat kedua dunia. Kala itu, Murray mengemas Grand Slam Wimbledon, Miami Open (ATP 1000), Aegon Championships (ATP 500), serta Brisbane International (ATP 250). "Saya melalui situasi yang sulit sejak awal 2014 karena operasi punggung. Tapi saya sudah mendapat pertanda bahwa pada 2015 ini saya akan meraih hasil yang baik," ucapnya.
Tri Suharman (Mirror, BBC, ESPN, Daily Mail)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo