Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ret eret ret eret / Lir ilir kabur rambatrambat angin...." Seorang lelaki tanpa baju muncul dari balik kegelapan. Dari mulutnya, terlantun tembang. Kepala plontos, dahi berhias paes. Selembar jarit membalut tubuh bagian bawahnya. Berjalan ke arah panggung kecil di ujung selasar, ia tak ragu menyibak barisan orangorang. "Ret eret ret eret…" suaranya menjadi lirih sebelum berhenti.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo