Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Juara Baru dari Utara

Sempat dibekap cedera berkepanjangan, Kawhi Leonard menjadi ujung tombak Toronto Raptors dalam meraih gelar juara NBA perdana. Kematian ayahnya memacu dia menekuni basket.

29 Juni 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Juara Baru dari Utara/Kyle Terada-USA TODAY Sports

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAWHI Anthony Leonard akhirnya melepaskan ekspresi yang jarang dia tunjukkan selama bermain di kompetisi liga basket Amerika Serikat (NBA). Dia tertawa lebar seraya mengacungkan kedua tangannya kala bel tanda akhir pertandingan meraung. Rekan setimnya dan staf di Toronto Raptors—satu-satunya tim dari Kanada di NBA—berlompatan ke arahnya dan berpelukan.

Di hadapan ribuan pendukung yang memadati stadion Oracle Arena, California, Amerika Serikat, dalam pertandingan keenam final NBA pada Kamis malam, 13 Juni lalu, Raptors menaklukkan tim tuan rumah, Golden State Warriors, dengan skor 114-110. Tim berlogo cakar reptil purba itu menang dengan agregat 4-2 dan merebut trofi NBA untuk pertama kalinya sejak menjadi anggota liga 24 tahun silam. “Aku ingin membuat sejarah, dan itu benar-benar terjadi di sini,” kata Leonard.

Kehadiran Leonard, yang direkrut Raptors dari San Antonio Spurs pada Juli tahun lalu, terbukti berdampak positif pada tim. Bermain di posisi small forward, Leonard piawai mengatur serangan sekaligus andal dalam bertahan. Dia juga jago melepas tembakan tiga angka, kemampuan yang menjadi spesialisasinya sejak ia bermain di tingkat sekolah menengah atas.

Namun Leonard juga dikenal sebagai pemain yang kalem. Kala pemain-pemain lain bisa begitu riuh meluapkan ekspresi di lapangan dengan berteriak, tertawa, mendengus, atau bersungut-sungut, Leonard lebih banyak bermain dengan raut wajah nyaris datar.

Leonard sampai dijuluki “robot” gara-gara jago bermain dan punya stamina tinggi, tapi wajahnya kaku dan cenderung pendiam. Danny Green, rekan setimnya sejak masih di Spurs, mengaku jarang sekali melihat Leonard tertawa. “Aku bahkan tak tahu apakah dia kesakitan atau tidak ketika bertubrukan saat bertanding karena raut wajahnya cenderung sama,” tutur Green.

Ketenangan Leonard menular pada tim dan membantu mereka mengatasi ketatnya pertandingan dalam babak playoff dan final dengan sistem best-of-seven—tim dinyatakan unggul jika berhasil meraih empat kemenangan dari tujuh pertandingan. Mereka bermain dengan tenang meski sudah unggul agregat 3-2 atas Warriors dan gelar juara NBA di depan mata.

Absennya sejumlah pemain kunci Warriors akibat cedera membawa keuntungan tambahan bagi Raptors. Kevin Durant absen dalam empat pertandingan karena mengalami cedera betis. Pada game kelima, Durant hanya bermain 12 menit sebelum dipapah ke luar lapangan karena masalah di kaki. Adapun Klay Thompson absen dalam laga ketiga akibat cedera paha dan terpaksa keluar dari game keenam lantaran lututnya bermasalah.

Menurut Green, kemenangan Raptors adalah buah kerja keras. Dia cuek terhadap anggapan bahwa kemenangan timnya merupakan keberuntungan. “Kami tak peduli soal itu, tidak penting,” ujar Green seperti dilaporkan NBC Sports.

Jalan yang diambil Raptors menuju puncak kompetisi diawali cara yang membuat para fan terperenyak. Menjelang permulaan kompetisi tahun lalu, manajemen Raptors merombak tim besar-besaran.

Manajemen memecat pelatih Dwane Casey dan mempromosikan asistennya, Nick Nurse, untuk memimpin tim. Menangani Raptors sejak 2011, Casey sudah membuat perubahan besar dan membawa tim itu lima kali lolos ke playoff sejak 2013. Tahun lalu, Casey bahkan diganjar penghargaan pelatih terbaik NBA.

Raptors menukar pemain andalan, DeMar DeRozan, dengan Leonard pada Juli tahun lalu. Dalam paket pertukaran ini, Raptors juga memberikan Jakob Poetl untuk mendapatkan Danny Green. Leonard dan Green adalah bagian penting tim Spurs saat menjuarai NBA pada 2014. Mereka pemain paling berpengalaman di babak playoff dibanding semua pemain Raptors.

Leonard merupakan pertaruhan terbesar Raptors. Saat ia direkrut, permainan pebasket 27 tahun itu tengah melorot. Sejak ditarik Spurs pada 2011, Leonard bermain tak kurang dari 58 pertandingan per musim. Musim 2017/2018 menjadi titik terendah kariernya karena ia cuma tampil dalam sembilan pertandingan. Cedera, terutama pada otot paha kanan, membekap Leonard nyaris sepanjang musim.

Meski demikian, Leonard mampu merebut simpati para pendukung Raptors dalam laga perdana pada 17 Oktober 2018 menghadapi Cleveland Cavaliers. Leonard mencetak 24 poin dan 12 rebound. Raptors pun menjalani musim kompetisi dengan baik setelah merebut lima kemenangan beruntun.

Juara Baru dari Utara/Kyle Terada-USA TODAY Sports

Leonard bermain seperti tak pernah mengalami cedera besar sebelumnya. Dia turun dalam 60 laga di babak reguler dan bermain rata-rata selama 34 menit serta mencetak 26 poin dan 7 rebound per pertandingan. Raptors melejit dengan 58 kemenangan dari 82 pertandingan di babak reguler—terbaik kedua setelah Milwaukee Bucks dengan 60 kemenangan. 

Menurut Kyle Lowry, Leonard menunjukkan kemampuan luar biasa sebagai pencetak angka dan pemain bertahan. Lowry takjub melihat keseriusan Leonard berlatih. “Dia benar-benar menyukai semua hal tentang basket,” kata pemain guard senior Raptors itu. 

Pelatih Nurse mengatakan ketangguhan Leonard di arena basket tumbuh karena dia juga berhasil melewati periode tersulit pada masa mudanya. “Lingkungan tempat dia dibesarkan membuatnya menjadi pemain yang kuat dan tenang,” ucapnya.

Sikap tenang Leonard di lapangan menjadi cermin keberhasilan mengatasi tekanan hidup terbesarnya saat ayahnya, Mark Leonard, menjadi korban penembakan sebelas tahun lalu. Mark dibunuh di tempat pencucian mobil miliknya di Compton, Los Angeles, Amerika Serikat.

Sehari menjelang laga keenam final NBA, Leonard membuka diri tentang tragedi yang mengubah total hidupnya itu. Kasus penembakan tersebut tak pernah terpecahkan hingga kini dan Leonard nyaris tak pernah membahasnya di depan publik. “Ketika pertama kali mendengar kabar itu, pikiranku kalut,” kata Leonard. “Aku berusaha tidak terlalu memikirkannya dengan berfokus pada pertandingan.”

Leonard sangat dekat dengan Mark. Dia membantu sang ayah bekerja di pencucian mobil seusai sekolah. Mereka juga kerap bermain basket bersama. Mark mendorong Leonard serius belajar karena akan lebih mudah masuk universitas sebagai atlet dengan nilai yang baik.

Leonard baru 16 tahun kala menerima kabar buruk tentang ayahnya. Dia tengah bersiap bersama tim sekolahnya, Riverside King, untuk menghadapi Compton Dominguez. Alih-alih mundur, Leonard memutuskan tetap tampil dalam laga yang berlangsung pada 19 Januari 2008 atau sehari setelah kematian Mark.

Teman-teman dan tim lawan memberikan penghormatan bagi Leonard dan ayahnya. Remaja itu mampu membukukan 17 poin, tapi timnya kalah dengan skor 68-60. Selepas pertandingan, menurut laporan LA Times, Leonard baru bisa menangis hebat menumpahkan dukanya dalam pelukan sang ibu.

Leonard mengungkapkan, tragedi itu membuatnya sadar bahwa kehidupan dan dunia basket sangat berbeda. Dengan berkonsentrasi pada basket, Leonard merasa bisa menikmati momen hidupnya. “Bermain basket membuatku lebih tenang. Ini hal terbaik dalam hidupku.”

Pemain veteran Warriors, Andre Iguodala, menyebut Leonard sebagai pemain langka yang mampu memanfaatkan talenta fisik dan disiplin mental sama baiknya. Menurut Iguodala, Leonard adalah pemain bermental juara. “Tidak ada soal itu dalam data apa pun. Kita baru tahu begitu menghadapinya dan langsung menaruh hormat kepadanya,” tutur pemain 35 tahun tersebut.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA (BLEACHER REPORTS, SB NATION, ESPN, LA TIMES)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus