MUSIM hujan dan cuaca buruk selama tiga bulan ini telah
mengurangi frekuensi nelayan mencari ikan. Tak heran kalau
pengadaan ikan segar agak terganggu di pasaran. "Mana berani
turun selama angin barat ini," kata beberapa nelayan yang sedang
tidur-tiduran di perahu Bugis di pelabuhan nelayan Kamal,
Jakarta Utara. Bahkan ikan selar (asin) telah naik dari Rp
828,50 menjadi Rp 1.000 per kg. Sedang ikan peda, yang banyak
dibeli golongan berpenghasilan rendah, melompat sampai Rp 1.058
per kg di Proyek Senen, Jakarta pekan lalu. Tadinya orang masih
membelinya dengan Rp 878,50.
Di bidang makanan kenaikan yang menyolok memang terjadi pada
harga ikan segar, ikan yang diawetkan, tapi juga susu dan telur.
Masing-masing bahan itu naik dengan 8,4%, 5,8% dan 8,9%. Tak mau
kalah ikut merangkak adalah sabun bubuk Rinso. Akhir Januari
harganya masih Rp 60 sebungkus kecil, dan pertengahan Februari
tak mau kurang dari Rp 70. Dalam waktu yang sama, gula pasir
ikut bertingkah: Kualitas SHS naik dari Rp 275 per kg menjadi Rp
288 per kg harga partai. Di Surabaya, pembantu TEMPO mencatat
harga gula pasir naik dari Rp 260/kg menjadi Rp 275/kg. Dan
tepung terigu yang mendapat subsidi besar dari pemerintah, juga
ikut naik dari Rp 175/kg menjadi Rp 190/kg.
Kenaikan indeks harga selama Februari terutama disebabkan karena
kenaikan bahan makanan dan pakaian, masing-masing dengan 2,07%
dan 2,05%. Maka laporan mingguan Bank Indonesia 6 Maret lalu
mencatat inflasi dalam Februari 1980 mencapai 1,4%. Dengan
begitu sudah dua bulan berturut-turut tingkat inflasi mencapai
di atas 1%, sesudah sejak September lalu inflasi rata-rata
berada di bawah 1% setiap bulan.
Untung saja indeks harga padi-padian -- yang sebenarnya
mencerminkan indeks harga beras -- hanya naik dengan 0,7%. Tapi
kenaikan harga jenis padi-padian itu ternyata menunjukkan angka
yang berbeda-beda, yang tersebar di 17 kota besar yang menjadi
dasar penyusunan indeks harga.
Di kota-kota yang dikelilingi kantung-kantung produksi beras
seperti Surabaya, Semarang, Yogya dan Bandung harga beras nampak
turun. Bisa dimengerti. Sebab panen padi, sekalipun tak
seluruhnya bisa ditampung para KUD itu, terjadi secara serentak
kali ini. Sebaliknya di kota-kota yang merupakan defisit beras
tradisional, seperti Banjarmasin, Pontianak dan Medan. Untuk
Banjarmasin misalnya kenaikan harga beras mencapai 10% telah
melecut harga lain-lain barang.
Tapi untuk Medan yang letaknya dekat dengan pusat produksi beras
di Aceh, kenaikan harga beras yang sampai 7% patut diperhatikan.
"Sebab utamanya adalah perhubungan darat antara Aceh dan Medan
belum lancar," kata beberapa pedagang beras besar di Medan.
Pemerintah berusaha agar tingkat inflasi sampai akhir Maret
tidak lewat 20%. Tapi diragukan apakah hal ini akan berhasil.
Sebab indeks inflasi antara April 1979 dan Februari 1980 kemarin
sudah mencapai 1891%. Benar bahwa harga beras turun dalam musim
panen sekarang ini. Tapi dominasi harga beras sebagai indeks
sudah berkurang dalam indeks harga konsumen yang digunakan
sekarang ini.
Indeks harga hasil industri akan banyak berpengaruh dalam indeks
harga keseluruhan. Di lain pihak, para pensuplai industri besar
dalam negeri -- dari yang menjual bahan baku sampai ke montir
mesin -- diketahui sudah mulai mengajukan kenaikan harga.
Perundingan kenaikan harga ini sedang berlangsung antara
perusahaan industri dan para pensuplainya, dan biasanya dalam
perundingan ini harga bahan baku yang dibeli perusahaan industri
memang disetujui naik. Kenaikan harga bahan mentah ini akan
diteruskan oleh perusahaan industri ke konsumennya.
Condong Meningkat
Di samping itu kalangan perusahaan pengangkutan darat dan laut,
juga sudah mengajukan permintaan kenaikan harga tarif angkutan
dengan alasan harga bensin akan naik April nanti, dan harga suku
cadang juga sudah naik. Kalau demikian halnya, spiral kenaikan
harga bisa segera terjadi. Dana pemerintah dari penghasilan
minyak masih terus membanjir.
Di bulan Januari 1980 uang beredar meningkat dengan Rp 250
milyar, suatu rekor pertambahan bulanan dalam jumlah uang
beredar. Pertambahan uang beredar sebesar ini ternyata berasal
dari pertambahan sektor aktiva luar negeri sebanyak Rp 460
milyar. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari tersebut
tercatat US$4,8 milyar, naik US$600 juta dari posisi sebulan
sebelumnya.
Tapi kredit perbankan condong untuk meningkat. Jumlah kredit
yang diberikan oleh bank-bank pemerintah pada akhir minggu kedua
Februari tercatat Rp 3,6 trilyun, naik 2,6% dari jumlah pada
akhir Desember 1979. Kenaikan 2,6% merupakan kenaikan yang sama
pada satu kuartal sebelumnya.
Kenaikan harga yang mulai terjadi akhir-akhir ini, akan
menyebabkan permintaan kredit bank juga meningkat. Maka akan
sulit bagi bank untuk membendung permintaan ini. Seperti yang
ditegaskan Gubernur Bank Indonesia beberapa waktu berselang,
pemerintah memang tidak akan melakukan kebijaksanaan kredit yang
ketat. Hanya saja kredit akan disalurkan secara lebih terarah ke
sektor-sektor yang mendapat prioritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini