Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Karateka putri Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung meraih medali emas di Kejuaraan Karate Asia di Melaka, Malaysia, 23 Juli lalu.
Ceyco menargetkan medali di Asian Games 2023 di Hangzhou, Cina, dan Kejuaraan Karate Dunia di Hungaria, Oktober mendatang.
Untuk mencapai target tersebut, Ceyco bersama tim nasional karate menjalani latih tanding di Mesir.
KARATEKA putri Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang menyumbang medali emas di Kejuaraan Karate Asia ke-19 di Melaka, Malaysia. Dalam babak final nomor kumite -68 kilogram, Ceyco mengalahkan karateka Cina, Li Qiaoqiao, dengan skor telak 8-0. Ceyco mendominasi sejak awal dalam laga yang berlangsung di Melaka International Trade Centre, Ayer Keroh, Ahad, 23 Juli lalu, itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diiringi suara pengumuman pemenang, Ceyco berlari ke pinggir podium untuk memeluk para ofisial tim nasional karate. Tergabung di Pool 2, Ceyco pada babak kedua berhasil mengalahkan wakil Uni Emirat Arab, Fatma Khasaif, dengan skor 2-0. Momentum positif tersebut berlanjut. Pada babak ketiga, dia kembali tampil mengesankan dengan menyingkirkan atlet Taiwan, Chao Jao, dengan skor 6-1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak berhenti di situ, Ceyco melanjutkan dominasi dengan meraih kemenangan pada babak keempat atas atlet Yordania, Joud Aldrous, dengan skor 4-1. Dengan demikian, dia berhak melaju ke final dan berhadapan dengan pemenang di Pool 1, yakni Li Qiaoqiao, yang akhirnya harus puas pulang dengan medali perak. Adapun medali perunggu menjadi milik bersama Joud Aldrous dan wakil asal Jepang, Kanna Nagai.
Kejuaraan Karate Asia 2023 ini diikuti 388 atlet dari 31 negara. Indonesia mengirim 20 atlet. Kontingen Merah Putih berhasil meraih satu medali emas dan dua perunggu sehingga berada di peringkat ke-8. Medali perunggu yang diraih Indonesia berasal dari Dessynta Rakawuni Banurea, yang turun di nomor kumite +68 kilogram putri dan kategori kata beregu putri yang terdiri atas Nur Rizka Fauziah, Nadya Baharuddin, dan Magfirah Syamsul Alam.
Ceyco menjelaskan, ia berhasil meraih podium tertinggi karena bertanding tanpa beban. “Selama di Melaka kemarin, saya merasa enggak ada kendala. Saya bawa rileks dan berusaha mengendalikan ketegangan dan pikiran saya,” ujar Ceyco melalui jawaban tertulis kepada Tempo, Selasa, 8 Agustus lalu.
Sebelum tampil di Kejuaraan Karate Asia 2023, atlet yang lahir di Jakarta, 24 Juni 1999, ini menjalani latihan yang berat untuk bisa meraih hasil terbaik. Ia berlatih di bawah bimbingan pelatih kepala Jintar Simanjuntak dan pelatih fisik Sandy Suardi. “Seminggu ada sepuluh kali latihan, pagi dan sore masing-masing dua-tiga jam per sesi. Biasanya dipadu antara latihan fisik dan teknik,” tuturnya.
Untuk bisa meraih prestasi maksimal di setiap turnamen, Ceyco berusaha tenang dengan berdoa menjelang pertandingan. Ia juga berusaha mengontrol pikiran untuk berfokus selama pertandingan. “Saya selalu memberikan sugesti positif bahwa lawan-lawan saya itu pasti bisa saya taklukkan dan kita mempunyai skill yang sama,” ucap Ceyco. “Enggak ada yang perlu dikhawatirkan, tinggal adu mental dan strategi di pertandingan.”
Setelah tampil apik di kejuaraan karate level tertinggi di Benua Asia tersebut, Ceyco optimistis bisa meraih prestasi lebih tinggi tahun ini. Ia pun menargetkan bisa meraih medali di Asian Games 2023 di Hangzhou, Cina, pada 23 September-8 Oktober nanti dan Kejuaraan Karate Dunia ke-26 yang akan digelar di Budapest, Hungaria, 24-29 Oktober mendatang. “Salah satu persiapannya, kami sekarang menjalani training camp di Mesir sampai 21 Agustus,” kata mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Kristen Indonesia ini.
Sebelum menjadi tumpuan Indonesia di cabang olahraga karate, Ceyco mengaku pertama kali mengenal cabang olahraga ini pada usia 6 tahun. Ia mengikuti jejak kakaknya, Caesar George Hutagalung, dan tantenya, Jenny Zeannet, yang menjadi atlet nasional. Jenny, yang pernah menjadi pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) karate, meraih medali perunggu Asian Games 2006 di Doha, Qatar.
Ceyco bercerita, selama menekuni olahraga bela diri hingga menjadi karateka nasional, ia beberapa kali kalah dan gagal meraih medali saat berkompetisi. Bahkan pipinya pernah mengalami luka sobek dan memar ketika bertanding. “Kalah dan memar saat berkompetisi itu hal biasa. Kita terus berlatih dan mengevaluasi diri, apa yang harus diperbaiki saat bertanding nanti,” tuturnya.
Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung/Shureido Indonesia
Nama Ceyco mulai mencuat sebagai atlet potensial setelah menyabet gelar juara untuk kategori junior saat beraksi di Kejuaraan Karate Asia ke-14 di Malaysia pada 2014. Prestasinya berlanjut dengan menjadi juara kategori junior di Kejuaraan Karate Dunia 2015 di Indonesia. “Peran pelatih sangat berpengaruh dalam proses menembus level internasional,” ujar Ceyco, yang menyebut Meity Kaseger, Idris, dan Jenny sebagai pelatih yang paling sering mendampinginya di kejuaraan-kejuaraan daerah.
Pelatih tim nasional Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia, Jintar Simanjuntak, mengatakan Ceyco sudah memiliki kemampuan setara dengan atlet elite Asia. Jintar menuturkan, untuk bisa meraih prestasi lebih tinggi di Asian Games dan Kejuaraan Dunia senior, diperlukan banyak jam bertanding internasional. “Nanti Ceyco tampil di Asian Games. Kami targetkan Ceyco meraih medali,” ucap Jintar melalui jawaban tertulis, Senin, 7 Agustus lalu.
Ia menyebutkan, untuk Asian Games 2023, kontingen Indonesia bakal mengirim tujuh atlet. Untuk nomor kata ada Krisda Putri Aprilia dan Ahmad Zigi Zaresta Yuda. Selanjutnya untuk nomor kumite ada Ari Saputra, Ignatius Joshua Kandou, Sandy Firmansyah, Cok Istri Agung Sanistya Rani, dan Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung. “Target pemerintah dan target kami sesuai dengan hasil Asian Games terakhir pada 2018, yaitu satu medali emas,” katanya.
Untuk meraih target tersebut, Jintar pun memboyong anak asuhannya berlatih ke Mesir sejak awal Agustus lalu. “Setelah pemusatan latihan di Mesir, kami akan kembali ke Indonesia untuk mengikuti Pra PON (Pekan Olahraga Nasional) di Kalimantan Selatan. Setelah itu, kami akan mengikuti tryout terakhir di Irlandia pada 8-10 September 2023,” tutur Jintar, 35 tahun.
Ihwal program latihan, Jintar mengutamakan perbaikan teknik dengan memberikan porsi sebesar 70-80 persen. Latihan fisik mendapat kuota sebesar 20-30 persen. “Kami memperbanyak latih tanding untuk mempertajam kemampuan atlet,” ucap Jintar, yang ketika menjadi atlet karate meraih medali perunggu nomor kumite -67 kilogram di Asian Games 2018.
Pelatih fisik timnas karate, Sandy Suardi, menuturkan, dia berfokus memulihkan stamina atlet seusai liburan setelah mereka tampil di SEA Games 2023 Kamboja. Ia perlu mengembalikan kondisi prima para atlet yang bakal tampil di Asian Games 2023. “Latihan di Mesir lebih fokus, atlet lebih termotivasi karena lawan tanding adalah atlet timnas Mesir yang notabene sudah berada di level tiga besar dunia,” ujar Sandy melalui jawaban tertulis, Selasa, 8 Agustus lalu.
Sandy memiliki beberapa catatan kelemahan atlet timnas yang perlu dibenahi. “Berdasarkan tes fisik, yang perlu kami tingkatkan adalah kemampuan power, anaerobik, dan aerobik maksimal,” tuturnya. Ceyco Georgia Zefanya Hutagalung, kata Sandy, perlu mempertahankan kekuatan dan kecepatan baik pukulan maupun tendangan. “Untuk Ceyco, yang masih perlu ditingkatkan adalah kapasitas anaerobik dan sedikit lagi untuk kecepatan aerobik maksimal.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Latih Tanding demi Medali Asian Games"