TIBA di garis finish pembalap Dadang Taruna bergegas melepaskan
sabuk pengamannya. Mukanya kelihatan pucat. Tak lama kemudian,
ia sudah terbaring di atas tandu. Pingsan "Kepala saya terasa
pusing sekali begitu keluar dari mobil," ujarnya setelah siuman.
Tidak sehatkah dia? Tak mungkin. Seorang pembalap sebelum turun
ke arena perlombaan harus diperiksa dokter terlebih dahulu.
"Mungkin ketegangan mental yang menjadi penyebab," kata tim
manajer Mazda, Idat Lubis.
Dugaan itu ada betulnya. Dadang yang mengendarai Mazda Savanna
(2.200 cc) dalam lomba mobil Hengky Iriawan Memorial Cup Minggu
15 Januari kemarin memang seakan dituntut olel penonton sirkuit
Ancol, Jakarta untuk membuktikan kemampuannya Mengingat namanya
sudah mendapat tempat tersendiri di hati publik setelah ia
muncul sebagai juara kedua balap mobil di Jepang, penutup tahun
lalu.
Hanya Sampai Putaran Ke-5
Di awal perlombaan dari 20 putaran yang ditetapkan Dadang
memang tampak ingin membuktikan semua itu. Tapi setelah 3
putaran. Aswin Nasution yang mengendarai BMW 3,5 SL mulai
menggeser kedudukannya. Sesudah itu menyusul pula Tinton
Suprapto dengan Mazda Savanna. Sampai akhir perlombaan posisi
ladang tetap tak berubah dari urutan ketiga. "Menurut
pengakuannya (baca: Dadang) ia hanya merasa fit sampai putaran
kelima," kata steward of the meeting, Suparto Sujatno.
Pengakuan tersebut kelihatunnya benar. Persaingan ketat di
antara 3 pembalap utama itu memang terjadi sampaipada putaran
tersebut. Setelah itu Dadang makin ketinggalan di belakang Aswin
dan Tinton.
Apa gerangan yang menyebabkan kondisi Dadang jadi menurun?
Suparto cenderung mengatakan helm yang dipakai Dadang Taruna
sehagai penyebab. "Helm yang tidak cocok bisa membuat seorang
pembalap jadi pusing dan kehilangan konsentrasi," lanjut
Suparto. "Dalam perlombaan ini hanya sekitar 40% pembalap yang
memakai helm yang sesuai dengan persyaratan. Padahal helm itu
termasuk faktor yang menentukan keselamatan pembalap."
Dalam lomba mobil dan motor kemarin, juga sebelumnya,
pemeriksaan helm pembalap tidak dilakukan oleh panitia. "Saya
tidak tahu sebabnya," kata Suparto. "Seandainya halapan masih
dua laps lagi saya yakin Dadang Taruna akan mengalami
kecelakaan," tambah Suparto.
Suntuk
Sialnya Dadang agaknya tidak sepenuhnya disebab oleh helm
yang tidak cocok. Idat Lubis menambahkan bahwa persiapan
pertandmgan bagi Dadang kali ini sangat suntuk. Sehingga
inrijden (menjalankan kendaraan dalam kecepatan dan jumlah
kilometer tertentu) dan sekaLigus latihan dilakukan Dadang di
Ancol pada malam hari. "Itu pun dalam waktu yang terbatas karena
perlghuni rumah di Ancol pada protes," kata Idat.
Suntuknya waktu latihan bagi Dadang ini tak terlepas dari
kebijaksanaan pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang
terlambat memberi rekomendasi pemasukan mobil balap tersebut.
Mcnurut Idat, mobil balap untuk Dadang itu baru keluar dari
bandar udara Halim Perdanakusumah tanggal 10 Januan lalu. iua
hari setelah itu kendaraan masih di gudang. Baru tanggal 13
Januari malam Dadang bisa melakukan latiha. Padahal untuk
mempersiapkan seorang pembalap dengan baik dibutuhkan waktu
sebulan," kata Idat sembari menambahkan bahwa Mazda Savanna
untuk Dadang sudah tiba di Halim Perdanakusumah tanggal 3
Desember lampau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini