Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perihal provokasi

Dalam konteks sosial tertentu, dalam kaitan dengan masyarakat lainnya, sebuah tindakan netral dapat menimbulkan akibat yang bersifat provokatip. provokasi politik dihadapi dengan serius, lain dengan provokasi sosial.

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASUS Prof. Ismail Sunny adalah kasus yang menarik untuk menunjuk hubungan di antara maksud, akibat dan kenyataan. Guru-besar itu konon pernah berkata dalam suatu diskusi di IKIP Rawamangun Jakarta tanggal 27 Desember 1977, bahwa ada 2 orang jenderal berindikasi PKI yang diangkat oleh pemerintah, dan bahwa ada pejabat Indonesia yang mempunyai simpanan sebesar Rp 140 milyar. Ismail Sunny diminta membuktikan kebenaran ucapannya dalam jangka-waktu 3 x 24 jam. Konon dia tak dapat memenuhi ketentuan tersebut, dan itu pula sebabnya dia ditahan. Alasan penahanan: memfitnah dan menghasut. Pertanyaan yang timbul adalah apa atau siapakah yang sebetulnya menghasut? Apakah tindakan Ismail Sunny menyampaikan "berita" tersebut, itulah yang dianggap menghasut, ataukah bahwa kalaulah benar ada pejabat yang mempunyai simpanan sebesar Rp 140 milyar, maka kenyataan itu sendiri sudah cukup bersifat menghasut? Dengan lain perkataan dapatlah ditanyakan hal mana yang sebetulnya lebih bersifat provokatip. Entah pemberitaan tersebut adalah pemberitaan yang bersifat menghasut (untuk sementara janganlah dipersoalkan benar tidaknya berita tersebut) ataukah entah faktum bahwa ada pejabat mempunyai duit Rp 140 milyar di Indonesia (di sini diandaikan bahwa berita itu adalah faktum) adalah suatu faktum yang bisa menghasut? *** Dalam beberapa aliran filsafat etika mutakhir ini, mulai dipersoalkan lagi apa yang dinamakan the nornative power of data, yaitu kekuatan normatip data. Umumnya kita percaya begitu saja bahwa data hanya bersifat indikatip: menunjuk dan barangkali jua menerangkan suatu keadaan. Data dianggap tidak bersifat norrmatip: tidak mengisyaratkan suatu pedoman bagaimana mestinya orang atau masyarakat seharusnya berlaku. Akan tetapi kekuatan data bisa bersifat memaksa kadang-kadang atau sering. Berarti, data dapat mengarahkan orang kepada sikap bahwa keadaan sebagaimana ditunjuk oleh data tersebut, adalah keadaan yang karena nyatanya demikian. Menurut teori ini, kalau terbanyak atau sebahagian terbesar orang ternyata tidak jujur, dan korupsi juga berlaku di mana-mana, maka mengapakah kita masih harus percaya bahwa manusia pada dasarnya baik dan jujur - sebagaimana diakui oleh Anne Frank dalam Diary-nya yang termashur? Kalau di sebuah kampung, 90o penghuninya adalah maling, Inaka norma mengenai hak-milik menjadi tidak lagi relevan. Kalau 90% penduduk kampung tersebut menjalankan praktek mencuri, maka mencuri bukan lagi penyelewengan, melainkan adalah sifat atau "kodrat" penduduk kampung tersebut. Realitas telah berubah dan menjelma menjadi norma. *** Dalam analogi dengan teori itu, marilah kita berbicara tentang, sebutlah, the provocative power of facts, yaitu kekuatan menghasut dari fakta yang ada. Tanpa dimaksud, tanpa direncanakan. barangkali juga tanpa disadari, sebuah tindakan yang pada dasarnya netral, dalam konteks sosial tertentu dapat berubah menjadi provokatip. Kalau di rumah sini ada kematian anak tunggal, dan di rumah sana orang ramai-ramai dengan musik hard rock sambil minum mabok, maka tindakan terakhir ini yang sehari-harinya mungkin hanya dianggap aneh. dapat menjadi provokatip dalam perasaan keluarga yang dirundung kematian. Untuk mengambil contoh yang lebih berlingkup nasional, kalau berita mengenai penduduk Karawang makan encenggondok masih terngiang di telinga kita, dan sementara itu pesta pora tengah-malam tahun baru di hotel-hotel besar Jakarta menghabiskan biaya Rp 35.000 per kapita per noctem, apakah kontras itu mustahil menjadi provokatip? Para pemegang karcis-masuk HI, Sahid, atau Borobudur, niscaya hanya ingin melepas-pergi tahun 1977, dengan santai, tenang, lega dan berlupa. Masak mau bikin provokasi di malam sesahdu itu! Tetapi itulah! Dalam konteks sosial tertentu, dalam hubungan dan kaitan dengan kenyataan masyarakat lainnya. sebuah tindakan netral dapat menimbulkan akibat yang bersifat provokatip, banyak atau sedikit. *** Penahanan Ismail Sunny karena dituduh menghasut, menunjukkan betapa besar sikap peka dan waspada terhadap tindakan atau ucapan yang dianggap bermaksud menghasut. Provokasi politik dihadapi dengan serius. Menjadi pertanyaan, apakh ada kepekaan yang sama tingginya terhadap tindakan yang dapat berakibat menghasut? Provokasi sosiai tampaknya tak pernah mengejutkan kesadaran kita. Bila hasutan adalah power yang berbahaya, maka sepatutnyalah dari mana pun ia bersumber - politik, sosial-ekonomi atau agama - dia harus dihadapi dengan hati dan kebijaksanaan yang sama cerdas dan sama waspada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus