TRAGIS. Juara bertahan Australia akhirnya tersingkir di babak semifinal perebutan Piala Davis. Regu tenis India secara mengejutkan mendepak Australia dengan angka tipis 3-2. Ironisnya, kekalahan sang juara bertahan -- yang sudah 26 kali memegang lambang supremasi dunia tenis beregu putra itu terjadi di hadapan publiknya sendiri, di stadion White City, Sydney, dalam pertandingan yang dimainkan 2-4 Oktober lalu. Kandasnya Australia bisa jadi gara-gara Pat Cash absen di partai tunggal karena lutut kanannya cedera. Cash, yang kini menduduki peringkat 7 dunia, kemudian hanya dicadangkan di nomor ganda. Akibatnya, di hari pertama India sudah unggul 2-0, lewat kemenangan di partai tunggal. Ramesh Krishnan, 26 tahun, dengan mudah menundukkan John Fitzgerald, 26 tahun. Di partai berikutnya, veteran Vijay Amritraj, 33 tahun, memperbesar kemenangan, menggilas pemain muda Wally Masur, setelah bertarung hampir 3,5 jam. Kemenangan Vijay ini cukup mengejutkan, mengingat ia sudah tak terlalu aktif di tenis. Di samping usianya menua, ia juga dikenal sebagai produser dan bintang film. Penampilannya di layar putih, misalnya, bisa dilihat pada film serial James Bond Octopussy. Di hari berikutnya, Australia sempat menyamakan kedudukan menjadi 2-2, dari pasangan Pat Cash/Peter Doohan yang menundukkan ganda India Anand Amritraj/ Srinivasan Vasudevan. Lalu John Fitzgerald memukul telak Vijay Amritraj. Toh India akhirnya tak terbendung lagi. Pada partai kelima yang menentukan, Ramesh Krishnan menyikat Wally Masur, 8-6, 6-4, 6-4. Maka, India pun maju ke final Piala Davis untuk ketiga kalinya. Bintang kemenangan India tentu saja Ramesh Krishnan. Tampan, dengan rambut selalu tersisir rapi, servis pemain ini tak terlalu keras. Tapi ia bisa mengimbanginya dengan penempatan bola yang sulit dan pukulan volley yang mematikan. Pemuda asal Madras ini memang dibesarkan dalam tradisi tenis. Ayahnya adalah bintang tenis Ramanathan Krishnan, yang mengantarkan India maju ke babak final Piala Davis di tahun 1966. India akhirnya dihancurkan juara bertahan waktu itu Australia, yang diperkuat pemain legendaris John Newcombe -- dengan 4-1. Bakat sang ayah ternyata menurun pada anaknya. Ramesh sudah juara tunggal Wimbledon kategori yunior di tahun 1979, ketika usianya 18 tahun. Sekarang ia di peringkat 28 dunia, dan bulan lalu sempat lolos ke delapan besar turnamen bergengsi US Open. Pada 1974, India juga pernah maju ke babak final Piala Davis. Sayang, ketika itu mereka harus berhadapan dengan Afrika Selatan. Akhirnya India mengundurkan diri, karena perbedaan politik tentang masalah apartheid, dan akibatnya kalah tanpa bertanding. "Padahal, kami memiliki peluang besar untuk memenangkan Piala Davis," tutur Vijay, yang saat itu sudah memperkuat India. Vijay bersama adiknya Anand Amritraj ketika itu sedang dalam puncak karier. Tenis memang sudah lama populer di India. Olah raga ini dibawa oleh orang-orang Inggris yang pernah menjajah negeri itu. Pemain ganda India keturunan Inggris, Davies dan Gamble, bahkan sudah tercatat sebagai semifinalis turnamen Wimbledon tahun 1890. Sejak awal abad ini kejuaraan tenis nasional di negeri itu rutin berlangsung setiap tahun. Itu sebabnya di tahun 1920 India sudah masuk daftar negara penantang Piala Davis. Indonesia pernah babak belur dipukul India di arena Piala Davis ini. Di babak penyisihan zone tahun 1978 dan 1981, Yustedjo dkk. dipukul telak di Senayan 1-4 dan 2-3. Di final Piala Davis nanti -- dijadwalkan Desember mendatang tetapi belum ditentukan tempatnya -- India akan menghadapi Swedia atau Spanyol, yang belum menyelesaikan sisa pertandingannya. Siapa pun yang akan dihadapi nanti, saat ini belum terpikirkan oleh Vijay. "Saya masih kepingin melihat Ramesh mabuk," candanya di tengah pesta kemenangan India. A.K.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini