ARAL dan sial tampaknya masih terus juga membuntuti Ellyas Pical. Dua pekan sebelum pertarungannya melawan petinju Korea Selatan Tae Il Chang 17 Oktober nanti, Elly terpaksa meninggalkan Garuda Jaya, setelah sebulan berlatih di sana. Sejak Jumat pekan lalu Elly menumpang di sasana Arseto. Lalu Rabu pekan ini ia pindah ke sasana Satria Kinayungan, milik Herman Sarens Sudiro. Elly terpaksa hengkang dari Garuda Jaya karena Simson Tambunan tidak lagi bersedia menerimanya berlatih di sasananya. Simson meminta uang kompensasi Rp 25 juta bagi penggunaan namanya serta Garuda Jaya dalam persiapan pertandingan Elly menghadapi Tae Il Chang. Tuntutan itu diajukan oleh Simson sewaktu Elly kembali dari pertandingan di Surabaya melawan Sukardi. Namun, Anton Sihotang hanya bersedia membayar Rp 5 juta. "Rasanya, aneh kalau promotor harus membayar pelatih. Saya menawar segitu sudah saya perhitungkan masak-masak. Ternyata, dia berkeberatan," kata Anton. Jawab Simson: "Sebenarnya saya tidak ada masalah dengan Elly. Kalau dia mau berlatih kembali di sini, silakan." Tapi ada yang merisaukannya. Ia menganggap, Anton dan Elly hanya mau memanfaatkan namanya dan Garuda Jaya untuk kepentingan bisnis. "Kalau mereka benar-benar profesional seharusnya dipakai cara profesional juga. Jangan masuk rumah orang seenaknya saja tanpa permisi, lalu minta dilatih. Memangnya Garuda Jaya tempat apaan ?" kata Ketua Perkumpulan Olah Raga Garuda Jaya ini. Tampaknya, Simson masih kesal atas "pendadakan" yang dilakukan Elly. Awal September lalu, dengan alasan bosan, mendadak Elly "memberontak" dan meninggalkan tempat berlatihnya di Cibubur -- yang disediakan Menpora Abdul Gafur -- serta pelatih Wim Gomies dan Kuntadi. Padahal program Super-Circuit Training yang disiapkan Kuntadi, meski berat, sebetulnya telah terbukti meningkatkan stamina Elly. Tidak heran, waktu itu banyak yang menuding Elly "manja". Lalu Elly datang ke Garuda Jaya -- sasana yang berhasil menggodoknya menjadi juara dunia, tapi ditinggalkannya pada Maret 1986 karena bertikai dengan Simson. Waktu itu terkesan Simson "terpaksa" menerima Elly karena Ketua Umum KTI Solihin G.P. datang ke Garuda Jaya meminta Simson menerima Elly. Di Garuda Jaya Elly menjalani program baru yang disusun trio pelatih Charles Thomas, Blasius Ba, dan Nasrun. Menurut manajer Elly, Melky Goeslaw, dalam program baru itu Elly hanya diwajibkan berlatih sekali sehari, pada sore hari selama 2 sampai 2,5 jam. Pada pagi hari, Elly hanya latihan ringan, berupa jalan kaki. "Boleh ke toko atau supermarket, tapi harus jalan kaki," ujar Melky. Elly mengaku tak terpengaruh atas kejadian ini. "Adanya kasus ini justru menambah semangat saya berlatih. Lihat saja nanti di atas ring," katanya bersemangat, menanggapi keragu-raguan akan persiapan dia yang minim sekali. "Jangan khawatir, gelar itu hanya saya pinjamkan untuk sementara, nanti akan saya ambil kembali," tambahnya. Wajar jika banyak pengamat dan penggemar tinju ragu akan kesiapan Elly. Selama sebulan di Garuda Jaya dia tidak pernah berlatih tanding, kecuali beberapa puluh ronde sewaktu hendak melawan Kardi di Surabaya. Untuk menghadapi Tae Il Chang latih tanding baru dilakukannya awal pekan ini dengan mendatangkan 5 petinju dari rencana 8 orang, antara lain Hengky Gun (Sawunggaling Camp) dan Robby Rahangmeta (Eddie Pirih Camp). Pemeriksaan akhir kesehatan Ellyas Pical direncanakan akan dilakukan akhir pekan ini. Hasilnya akan menentukan sikap KTI, apakah Elly dianggap siap tanding atau tidak. "Tidak akan ada pertarungan jika kondisi Elly tidak siap. KTI tidak ingin terulang kejadian sewaktu melawan Galaxy," ujar Ketua KTI Anwar tegas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini