Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kisah Aleksandr Dolgopolov, Petenis Andalan Ukraina yang Mengganti Raket dengan Senjata

Aleksandr Dolgopolov sangat mencintai Ukraina dan tidak ragu mengganti raket dengan senjata untuk maju bertempur di barisan terdepan.

12 Maret 2025 | 05.26 WIB

Alexandr Dolgopolov bermain dalam turnamen Italian Open, di Roma, Italia, 2018. Reuters
Perbesar
Alexandr Dolgopolov bermain dalam turnamen Italian Open, di Roma, Italia, 2018. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aleksandr Dolgopolov adalah mantan petenis andalan Ukraina yang menempuh jalur berbeda. Ia memilih menggantikan raketnya dengan senjata.

Dolgopolov pernah mencapai peringkat tertinggi ke-13 dunia pada Januari 2012 dan menembus perempat final Australia Terbuka 2011. Akan tetapi, hidupnya berubah setelah Rusia menginvasi Ukraina. Pria yang kini berusia 36 tahun itu sangat mencintai tanah airnya dan tidak ragu mengganti raket dengan senjata untuk maju bertempur di barisan terdepan.

Ia menyebut pilihan itu diambil dengan pertimbangan matang. "Kesadaran yang menggiring saya melakukannya. Hanya saja saya tak piawai menggunakan senjata. Saya harus berlatih di lapangan tembak terdekat di Antalya," ujar Dolgopolov dalam wawancara dengan media Jerman Der Spiegel, dikutip dari Marca edisi 19 Februari 2025.

Kejamnya Perang

Saat ini, Dolgopolov bertugas sebagai pilot drone dan menyebutkan tugasnya setiap hari. "Pada dasarnya, saya bahagia bisa membela negara tapi tak ada yang lebih saya inginkan selain perdamaian. Saya kurang merasakan kedamaian dalam diri, setiap hari ada berita tewasnya anak-anak, warga sipil, dan rekan sejawat," kisahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengisahkan, pada musim panas 2023, unitnya berada di daerah Zaporizhia. Bersama timnya, Dolgopolov membuat film daratan di sana dengan drone dan tiba-tiba ditembaki. Mereka pun berusaha menyelamatkan diri tapi begitu dekat dengan kematian membuat mereka sangat terguncang.

Ia menyebut kejadian itu tak akan terlupakan. "Anda perlu tahu andai ada granat yang jatuh dengan jarak kurang dari 8 meter maka tubuh pun bisa hancur. Pada akhirnya, kami hanya bisa berharap hal itu tidak terjadi. Kami sangat ketakutan. Setelah sekitar 20 tembakan, barulah serangan berhenti. Sungguh gila rasanya jika teringat lagi kejadian itu," kenang mantan petenis kelahiran Kyiv itu. 

Begitu Dekat dengan Kematian

Berada di garis depan membuat kematian sering mendekati Dolgopolov meski bukan itulah yang ditakutinya. "Jujur saja, saya lebih takut terluka dan menghabiskan sisa hidup sebagai orang cacat. Andai boleh memilih, saya lebih baik mati," ungkapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dolgopolov telah menyaksikan sekitar 100 orang temannya tewas di medan perang Ukraina lewat kamera drone, yang memberinya perspektif berbeda mengenai hidup dan masa depan. "Sekarang saya hanya ingin tetap hidup. Ketika melihat ada teman yang kehilangan kaki di depan mata, itulah yang memberi kita perspektif baru dalam hidup. Saya tak mau pengalaman ini terjadi pada orang lain," katanya. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus