Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Liem Swie King raja smash badminton lahir tepat di tanggal 28 Februari pada 1956 silam. Deretan prestasi kemenangannya memainkan badminton, membuat pria berkelahiran di Kudus ini mendapati julukan The King of Smash.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
King miliki gaya bermain yang khas. Ia begitu dahsyat dalam memainkan gaya agresif, yakni jumping smash. Pukulan badminton yang diakui paling agresif di lapangan. Ia menjadi perbincangan di kalangan bulu tangkis dunia bertahun-tahun lamanya. Hal itu tertulis dalam buku Panggil Aku King yang terbit pada 2009 oleh Jimmy S Hariyanto. Dalam memainkan bulu tangkis, ia mengandalkan tangan kanannya sebagai senjata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak perlu diragukan lagi prestasinya. Dalam permainan tunggalnya ia tercatat sebagai 3 kali jawara tunggal putra All England edisi 1978,1979, 1981. Lalu pada juara Denmark Open 1977, juara Swedia Open 1977, dan juara SEA Games 1977 juga 1981.
Jangan lupa dengan kemenangan piala dunia. King duduki posisi tinggi pada Piala dunia 1979, 1982, juara Asian Games 1978 Bangkok, juara Indonesia Open 1983, dan juara Malaysia Open 1983.
King memutuskan untuk gantung raket tahun 1988. Tepat saat ia berusia 32 tahun. Akan tetapi namanya selalu dikenang, dan dikisahkan dalam film khusus berjudul King, 2009.
Usai pensiun dari bulu tangkis, King terjun ke dunia bisnis. Ia mengelola hotel di kawasan Jakarta milik mertuanya. Dia juga membuka usaha griya pijat kesehatan.
Saat ini usianya 68 tahun. Ia menghabiskan hari-harinya dengan keluarganya. Bermain bersama cucu, dan berolahraga pagi.
Ia pun masih aktif berurusan dengan dunia bulu tangkis. Misalnya megunjugi klub bulu tangkis PB Djarum, tempat yang membawanya hingga ke panggung dunia.
King Saat Kecil
Kepiawaiannya memainkan raket ini sudah ada saat ia masih kecil. King menyempatkan bermain bulu tangkis di belakang rumahnya saat kecil. Lawannya selalu yang lebih tua dari dia. Ia ikut berlaga di barak rokok PB Djarum pada 1969. Di samping itu, King miliki latar keluarga yang emanglah menyukai bulu tangkis.
Liem Swie King. Dok.TEMPO
Ala bisa karena biasa kalau kata pepatah. Lelaki ini pun berikan bukti prestasi awalnya dengan memenangkan kejuaraan nasional tunggal putra di Piala Munadi 1972.
Setahun setelahnya, ia raih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) VIII diusia 17 tahun. Prestasi ini pulalah membawanya mendapati panggilan masuk Pelatnas di akhir 1973.
Pada 1976, nama King makin melejit. Setelah ia mampu menantang Rudy Hartono di final All England.
Setelahnya dua kali berturut-turut menjadi runner up All England. Di tahun 1976 dan 1977. Ia menjadi juara 1978 dan 1979.
Puncaknya pada 1978 saat Liem Swie King kembali berlaga dengan seniornya Rudy Hartono. Bahkan berhasil mengalahkannya. Ia rengkuh juara tanpa terkalahkan selama 33 bulan lamanya.
RAHMAT AMIN SIREGAR | IRSYAN HASYIM | M RIZQI AKBAR
Pilihan editor: 74 Tahun Rudy Hartono, Berikut Prestasi Maestro Bulu Tangkis Tahukah Nama Aslinya?