Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Rencana Medina Warda Aulia mengikuti turnamen catur internasional buyar akibat pandemi Covid-19.
Menyusun ulang program latihan dengan lebih banyak mempelajari strategi dan permainan catur daring.
Pemegang rekor gelar Grandmaster putri termuda Indonesia itu menilai permainan para pecatur putra lebih menantang.
WABAH penyakit menular akibat virus SARS-CoV-2 alias Covid-19 yang merebak di Indonesia sejak Maret lalu tak mengurangi tekad Medina Warda Aulia untuk berlatih catur. Pecatur 22 tahun itu kini lebih banyak mengulik strategi catur lewat komputer di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Dia hanya menjalani latih tanding lewat Internet setelah tak bisa bertemu langsung dengan pecatur lain karena aturan pembatasan aktivitas dari pemerintah. “Pelatih saya dari Rusia pun batal datang,” kata Medina pada Kamis, 25 Juni lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski hanya bisa bermain catur secara daring (online), pemegang gelar Grandmaster Putri itu berusaha tetap serius menyiapkan diri untuk mengikuti sejumlah turnamen tahun depan. Medina, yang dilatih Grandmaster asal Rusia, Ruslan Scherbakov, berencana berpartisipasi dalam Olimpiade Catur, Kejuaraan Catur Dunia, SEA Games, dan Pekan Olahraga Nasional. “Banyak turnamen sekarang batal, jadi lebih banyak kejuaraan tahun depan,” ucap peraih medali emas SEA Games di Filipina tahun lalu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana Medina mengikuti Olimpiade Catur dan Kejuaraan Catur Dunia buyar. Federasi Catur Internasional (FIDE) membatalkan banyak turnamen tahun ini demi memperkecil risiko penularan Covid-19. FIDE pun mengubah sejumlah turnamen, seperti Nations Cup dan Kejuaraan Dunia Catur Cepat Putri, menjadi pertandingan daring. FIDE juga berencana menggelar Olimpiade Catur versi daring pada Juli-Agustus nanti, yang diperkirakan diikuti peserta dari 150 negara.
Pola latihannya pun sedikit berubah. Jika bermain langsung dengan pelatih, Medina bisa menghabiskan waktu hingga enam jam untuk mengasah metode membuka permainan hingga mengatur strategi di tengah pertandingan. Adapun untuk latihan penentuan langkah akhir, Medina biasa mempelajari masalah posisi-posisi tertentu dalam permainan dan solusinya. “Latihan online paling tiga jam sehari,” tuturnya.
Selain memakai panduan dari pelatih dan buku, pecatur menggunakan program komputer untuk membantu menganalisis strategi saat latihan. Menurut Medina, makin canggih komputer, analisis langkah makin bagus. Namun pertandingan menghadapi pecatur lain yang membentuk kemampuan asli para pecatur. “Selain taktik, permainan catur dipengaruhi daya tahan tubuh dan mental,” ujar Medina, yang pernah bertanding delapan jam dalam Olimpiade Catur di Norwegia pada 2014.
Catur, kata Medina, ibarat permainan tiga babak. Babak pertama mirip matematika yang memiliki banyak rumus dan teori berbeda untuk membuka langkah saat menjalankan buah catur. Babak kedua seperti taktik pesulap, saat pecatur membuat strategi untuk mengecoh lawan. Adapun babak terakhir seperti profesi akuntan yang harus akurat mengambil langkah. “Satu langkah keselip, kita kalah,” ucapnya. “Ini berfungsi juga di kehidupan pribadi.”
Olahraga catur telah menjadi bagian hidup Medina. Dia mengenal catur sejak berusia sembilan tahun lewat ayahnya, Nur Muchlisin. Ia menganggap catur seperti kerajaan boneka Barbie yang lebih dulu ia mainkan. Melihat Medina kepincut catur, Nur mendaftarkannya ke Sekolah Catur Utut Adianto pada 2006. Tiga bulan berlatih, Medina terjun ke Kejuaraan Daerah di Jakarta dan langsung menang. Ia pun menjadi bintang Sekolah Catur Utut Adianto dan karier caturnya terus melejit.
Medina meraih gelar Grandmaster Putri setelah mengalahkan pecatur Belarus, Lanita Stetsko, dalam Kejuaraan Dunia Junior di Turki pada 2013. Dia pecatur putri Indonesia kedua setelah Irene Kharisma Sukandar yang memperoleh titel tertinggi itu. Medina juga memegang rekor pecatur putri Indonesia termuda saat meraih gelar Grandmaster Putri pada usia 16 tahun 2 bulan 16 hari. Adapun Irene meraihnya pada usia 16 tahun 7 bulan 18 hari dalam Olimpiade Catur 2008 di Jerman.
Kegemaran bermain catur juga mengalir dalam keluarga besar Medina. Kakak keduanya, Virda Rizka Aulia, menggenggam titel Master Nasional. Mereka kerap bermain catur untuk berlatih atau bersenang-senang. Keluarga Medina juga sering menggelar turnamen kecil untuk menyemangati adik bungsunya yang baru belajar bermain catur. Memegang gelar Grandmaster Putri membuat Medina menjadi incaran. “Kakak dan ayah selalu penasaran mau mengalahkan saya,” ujarnya.
MEDINA WARDA AULIA
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 7 Juli 1997
Pelatih: Ruslan Scherbakov (Rusia)
Mulai bermain catur: 2006
Gelar FIDE: Master Internasional, Grandmaster Putri
Rating:
Catur Standar 2360
Catur Cepat 2344
Catur Blitz 2199
PRESTASI
• Penghargaan Satya Lancana Wira Karya (2008)
• Juara Dunia Catur Pelajar di Singapura (2008) dan Brasil (2014)
• Gelar Master FIDE Putri (2009)
• Pemenang Kejuaraan Pelajar Nasional (2010)
• Medali perak Catur Blitz SEA Games Indonesia (2011)
• Gelar Master Internasional Putri di Singapura (2011)
• Peringkat kedua kategori Catur Standar, Cepat, dan Blitz Kejuaraan Catur Internasional di Swiss (2013)
• Gelar Grandmaster Putri termuda Indonesia dalam Kejuaraan Dunia U-20 di Turki (2013)
• Dua medali perunggu kategori Catur Cepat dan Blitz SEA Games Myanmar (2013)
• Juara kategori putri turnamen Czech Open (2014)
• Pemegang rekor dunia catur simultan melawan 650 pelajar (2015)
• Dua medali emas Pekan Olahraga Nasional Jawa Barat (2016)
• Gelar Master Internasional Putra dalam Turnamen Japfa Master Jakarta (2017)
• Juara Biennial Intervarsity Games di Malaysia (2018)
• Juara Eastern Asia Chess Championship di Mongolia (2019)
• Medali emas SEA Games di Filipina (2019)
SUMBER: WAWANCARA (DIOLAH), FEDERASI CATUR INTERNASIONAL
Grandmaster Susanto Megaranto mengatakan Medina merupakan tipe pecatur yang mengutamakan posisi permainan. Pecatur nasional 32 tahun itu menilai permainan kalem Medina dalam beradu catur mirip dengan gaya yang biasa dipakai Grandmaster dan bekas juara dunia asal Rusia, Anatoly Karpov. Hal ini, menurut Susanto, berbeda dengan tipe pecatur agresif seperti Garry Kasparov. “Dia mematikan permainan lawan pelan-pelan,” kata Grandmaster termuda Indonesia itu.
Susanto mengenal Medina sejak ia masih mempelajari catur pada usia 10 tahun. Sementara Medina digembleng di Sekolah Catur Utut Adianto, Susanto sudah menyandang gelar Grandmaster dan masuk jajaran pecatur elite nasional. Keduanya memperkuat tim nasional sejak 2011. “Saya juga pernah melawannya di sejumlah turnamen,” tutur Susanto.
Medina lebih suka bertanding dengan pecatur putra. Dalam Turnamen Japfa Grand Master-Woman Grand Master Chess di Yogyakarta pada Juni tahun lalu, ia satu-satunya pecatur pecatur putri yang bertanding di grup putra. Selain melawan Susanto, Medina menghadapi Grandmaster Dmitry Kokarev dari Rusia, Grandmaster Ivan Sokolov dari Belanda, serta Grandmaster Rustam Khusnutdinov asal Kazakstan. Medina mengalahkan Sokolov dan remis dengan Susanto, tapi kalah oleh Kokarev dan Khusnutdinov.
Medina menilai permainan pecatur laki-laki lebih menantang dan banyak menggunakan logika. Medina mengaku lebih banyak belajar dari permainan para pecatur putra. Untuk membantu Medina mempraktikkan pelajaran dari sekolah catur, Nur Muchlisin kerap membuat turnamen kecil dan memanggil para pemain amatir yang kerap nongkrong di lapak-lapak. “Mereka itu bermain tanpa teori, saya ikut menjadi lebih kreatif,” ujar Medina, yang menggemari catur cepat.
Medina tak kapok meski kerap kalah menghadapi para pemain amatir. Kemampuannya justru meningkat berkat “praktik lapangan” itu. Ditambah dengan ilmu dari sekolah catur, perlahan Medina mampu mempecundangi lawan-lawannya sehingga mereka enggan bermain lagi. Namun mereka turut berbagi kegembiraan ketika Medina berhasil meraih gelar Grandmaster Putri. “Mereka bilang sudah ikut melatih saya, ha-ha-ha…,” tutur anak ketiga dari enam bersaudara itu.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA, IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo