Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Memanah Dua Belas Emas

Korea Selatan mendominasi kejuaraan panahan Asia ke-4 di Jakarta. Mereka memborong seluruh medali emas. Indonesia tidak menampilkan Donald Pandiangan karena diskors, hanya mendapat 1 perak & 4 perunggu. (or)

20 Juli 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GENDEWA fiberglass diregang perlahan, dan . . . zippp . . anak panah meluncur pesat ke titik pusat bidang sasaran. Angka 10 dicapai. Keadaan ini terjadi hampir pada semua anak panah yang dilepaskan pemanah Korea Selatan pada kejuaraan panahan Asia ke-4 di Jakarta, yang berakhir Sabtu pekan lalu. Diperkuat juara dunia Kim Jin Ho, 24, dan juara Olimpiade Seo Hyang Soon, 18, pemanah putri Korea Selatan mendominasi kejuaraan. Begitu pula regu putranya. Mereka memborong semua medali emas yang tersedia, yang jumlahnya 12 - suatu hal yang tak pernah terjadi sebelumnya - dan hanya menyisakan dua perak dan enam perunggu. Sisa itu dibagi dua negara, masing-masing satu perak dan empat perunggu untuk Indonesia, serta satu perak dan dua perunggu buat Cina. Sedangkan keempat negara peserta lainnya tanpa medali. Keperkasaan tim Korea Selatan kali ini memang luar biasa. Selain dalam perolehan medali, negara itu juga berhasil melampaui tujuh rekor dunia, hingga mengundang decak kagum ketua umum Perpani Suwoto Sukendar. "Luar biasa," serunya, ketika menutup kejuaraan. Bayangkan, misalnya, pada nomor beregu putra yang memperoleh nilai 7.691 dari angka maksimal 8.640, berarti 864 anak panah yang dibidikkan tiga pemanah pada jarak 30, 50, 70, dan 90 meter rata-rata setiap anak panah hanya berjarak 7 cm dari pusat lingkaran. Tentu, kemenangan itu bukan karena ginseng. Kepada Ahmed Kurnia dari TEMPO, Pelatih Kim Hyung Tak, 35, menyebut bahwa manajemenlah yang menjadi kuncinya. Saya kira, yang menjadi landasan kuat untuk mencetak pemanah kaliber dunia adalah manajemen," tuturnya. Bagi olahragawan, yang terpenting tentu latihan. Dalam perkampungan atlet Tai Nyeng, Seoul, para atlet yang dipersiapkan untuk Asian Games dan Olimpiade mendatang itu harus latihan setidaknya empat jam sehari. Pagi, mereka harus meditasi selam 10 menit, lalu dry shooting - menarik dan melepas tali busur tanpa anak panah - selama itu pula. Sudah itu para pemanah harus jogging dan latihan beban untuk menguatkan otot lengan dan pundak. Manajemen dikaitkan juga dengan mental juara. "Kalau sudah menjadi pemanah kaliber dunia, yang bicara adalah kesiapan mental," kata Kim. Pantas bila dalam lomba kali ini tak hanya satu pemanah saja yang berprestasi, melainkan semuanya. Kemenangan ternyata tak melambungkan perasaan para atlet itu. "Ah, biasa saja. Saya sudah sering ikut bertanding tingkat dunia," tutur Kim Jin Ho tentang prestasinya. Setiap pagi dan sore dia berlatih. Hasilnya, kini dia menjadi salah satu pemanah yang paling berprestasi dari sekitar 2.500 pemanah di Korea Selatan. Soal jaminan hidup, semua ditanggung pemerintahnya. "Pemerintah hanya menuntut prestasi dari kami," tambah pelatihnya. Ada hal lain yang membuat iri Bambang Widjanarko, ketua I eksekutif Perpani: dukungan terhadap para pemanah Korea Selatan. Itu dirasakannya pada saat pembukaan. Sekitar 100 anak-anak Korea di Jakarta mengibarkan bendera kecil negara itu, didampingi duta besarnya. Soal teknik, menurut Bambang, pemanah Indonesia tak usah berkecil hati. Korea kenyataannya hanya memakai teknik yang paling dasar. Lagi-lagi ia menunjuk masalah disiplin yang dianggapnya menjadi pembatas naiknya prestasi atlet Indonesia. Sementara itu, Robin Hood Indonesia, Donald Pandiangan, yang kali ini tak ikut bertanding lantaran diskors - konon karena masalah disiplin mengeluh tentang program latihan. Dulu dalam pelatnas ada latihan meditasi, tapi kini tidak. Dan yang kurang dimiliki pemanah Indonesia: "Orang Korea lebih memakai ini," ucap Donald sambil menunjuk kening.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus