PSSI Pra-Piala Dunia kembali ditunggu jutaan penggemar bola. Setelah sukses menjuarai subgrup 3 E untuk zona Asia kejuaraan sepak bola Piala Dunia 1986 dua bulan lalu, kesebelasan yang diasuh Pelatih Sinyo Aliandoe itu Minggu malam pekan ini akan kembali berlaga Lawannya yaitu tim kuat Korea Selatan, juara subgrup 3 A, di Seoul, ibukota Kor-Sel. Ini merupakan pertandingan pertama dari dua pertarungan home and away, yang harus dilakukan kedua kesebelasan yang sama-sama mengincar gelar juara grup III ini. Pertandingan kedua dijadwalkan berlangsung 30 Juli nanti di Jakarta. Pemenang grup ini akan berhadapan dengan pemenang grup IV - yang akan diperebutkan oleh Hong Kong dan Jepang - guna memperebutkan satu dari dua tempat yang disediakan bagi Asia untuk bisa ikut dalam pertandingan babak final di Meksiko, tahun depan. Zona Asia seluruhnya terdiri dari empat grup. Indonesia sudah mengikuti kejuaraan sepak bola dunia yang diselenggarakan empat tahun sekali inl sejak 1958. Tapi belum pernah bisa lolos hingga pertandingan antargrup. Baru kali ini, ketika PSSI dilatih Sinyo, pemain tahun enam puluhan, bayangan ke arah itu sedikit terbuka. Tim sepak bola Kor-Sel terbilang kuat di Asia. Sejak 10 tahun terakhir ini mereka lebih banyak mempecundangi PSSI di pelbagai turnamen internasional. Pada 1970, misalnya, di final Piala Kemerdekaan dan final Merdeka Games mereka berturut-turut mengalahkan PSSI, dengan angka 5-6 dan 1-2. Hanya sekali, pada kejuaraan Piala Kemerdekaan ketiga di Jakarta tahun 1972, PSSI bisa menumbangkan Korea 5-2, dan keluar sebagai juara. Bagaimana persiapan PSSI PPD? Pelatih Sinyo Aliandoe, 45, mengatakan, ia sudah memiliki cara untuk menahan calon lawan itu. "Tim kita sudah seratus persen siap. Baik teknik, fisik, taktik, maupun mental," katanya. Di antaranya lewat penggenjotan latihan di Cibubur dan dengan mengadakan delapan kali pertandingan uji coba. Hasilnya: "Kita hanya kalah sekali (0-2), melawan klub Santos, Brazil," kata Sinyo, yang juga pernah berguru sebagai pelatih di negeri Pele itu. "Sekarang, kita sudah mulai masuk minggu tenang. Porsi latihan mulai dikurangi, untuk memberi kesempatan anak-anak recovery kondisi: agar otot-otot mereka normal kembali, sebelum turun bertanding," kata ayah tiga anak itu lagi. Di tambah pelbagai perubahan yang sudah dilakukannya, di antaranya memasukkan beberapa pemain baru - seperti Didiek Darmadi (belakang) dan Noach Meriem (depan) - serta sedikit perombakan dalam cara bermain, Sinyo tampak optimistis bahwa timnya akan bisa mengganjal Korea Selatan. Tim musuh ini, menurut pengamatan dia, termasuk tipe kesebelasan yang suka bermain menyerang dengan cepat lewat dua ujung tombaknya: Cho Min Kook (biasa mengenakan kostum nomor 14) dan Choi Soon Ho (nomor 9). Lewat kedua sayap inilah - yang dibantu antara lain oleh bola-bola yang disodorkan kapten yang menjadi playmaker tim, Park Chung Sun (nomor 10) serangan Korea bisa menggebu-gebu datangnya. Untuk menghadapi ini, Sinyo mengubah taktik bertahan PSSI. Yakni dengan lebih memperkuat daerah pertahanan yang selama ini dijaga pemain belakang Marzuky dan Warta Kusuma. Kedua pemain ini akan dibantu Herry Kiswanto, gelandang bertahan, yang biasa ikut menyusun serangan. Pemain ini, dalam tugas baru yang diberikan Sinyo juga diminta menjadi pelapis terakhir baris pertahanan jika sedang diserang. Herry, kapten kesebelasan yang berusia 28 tahun itu - bersama-sama Warta - juga diperintahkan pelatihnya untuk menjaga Cho Min Kook. Diakui Sinyo, tugas kapten ini memang tambah berat. "Ini satu-satunya taktik yang saya kira tepat untuk menangkis serangan Korea," kata pelatih asal Flores Timur, yang sudah lebih dari 15 tahun menekuni profesinya itu. Sinyo mengaku sudah mempelajari semua permainan calon lawan itu lewat tiga rekaman video pertandingan tim Piala Dunia Korea Selatan yang terakhir, melawan Malaysia, Irak dan Brazil. Dua yang terakhir ini ketika berlangsung President Cup, bulan lalu, yang dimenangkan tim Piala Dunia Korea itu. Sinyo memastikan, dengan taktik baru tadi, serangan tajam lawan akan bisa dihambat. Setelah itu, barulah serangan balik dilakukan, di antaranya lewat rancangan Herry yang tetap pula berfungsi sebagai penyusun serangan. Beratnya beban Herry inilah yang antara lain dipersoalkan bekas pemain nasional Ronny Pattinasarany. "Herry memang pemain serba bisa. Tapi menempatkan dia sebagai stopper betul-betul riskan," kata Ronny. Dia menganggap, apa yang diharapkan Sinyo dari kerja sama Herry dan Warta di barisan belakang tadi suatu hal yang "sangat sulit diterapkan secara kompak". Dikhawatirkan, karena batasan menjaga striker Korea juga tak begitu tegas, kedua pemain akan saling tunggu. "Kalau sudah begitu, beberapa detik saja sudah cukup untuk kebobolan satu gol," katanya lagi. Belum lagi tugas ganda itu juga akan menghabiskan stamina serta mengganggu konsentrasi Herry sebagai perancang serangan. Herry Kiswanto ternyata tak begitu mempedulikan perbedaan pendapat antara kedua bekas pemain nasional itu. "Saya sering minta advis dari Bang Ronny, tapi di lapangan saya tunduk pada pelatih," kata ayah satu anak itu. Sinyo Juga tak mau berpanjang-panjang. "Saya sebenarnya hanya membuat sedikit perubahan di belakang. Meminta mereka lebih fleksibel," katanya. Terus terang, pelatih yang bertubuh kekar ini mengatakan, dengan semua perbaikan yang dilakukan itu, sasarannya adalah "mencegah kebobolan". Sebab, dengan bermain di kandang sendiri, Korea sesungguhnya betul-betul di atas angin. "Harapan kita tak terlalu muluk. Bisa menahan mereka seri saja sudah cukup. "Setelah itu, baru nanti di Jakarta kita hajar mereka," ujar Sinyo penuh semangat. Marah Sakti Laporan dari Biro Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini