Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lifter asal Pacitan, Jawa Timur, Luluk Diana Tri Wijayana, meraih tiga medali emas di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja 2022.
Satu-satunya atlet angkat besi Indonesia yang dikirim ke León, Guanajuato, Meksiko, Senin, 13 Juni lalu.
Menjadi pelapis tim nasional angkat besi demi regenerasi lifter senior.
TERIAKAN Luluk Diana Tri Wijayana saat hendak menyelesaikan angkatan clean and jerk membuatnya lebih rileks. Setelah mulus melakukan clean—mengangkat barbel ke bahu dalam posisi jongkok—aba-aba dari pelatih menjadi penambah semangat untuknya. “Tenang, tahan, angkat tinggi,” terdengar arahan pelatih Samsuri dari samping panggung. Luluk pun sukses mengangkat barbel 95 kilogram di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja 2022 Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) di León, Meksiko, Senin, 13 Juni lalu.
Meski gagal di percobaan ketiga dengan berat 100 kilogram, Luluk menjadi yang teratas di nomor 49 kilogram putri. Sebelumnya, pada angkatan snatch, Luluk juga menduduki peringkat pertama dengan beban 75 kilogram. Walhasil, lifter 16 tahun asal Desa Mendolo Kidul, Punung, Pacitan, Jawa Timur, itu sukses merebut tiga medali emas: snatch, clean and jerk serta total seberat 190 kilogram. “Saya sangat bangga bisa memberikan hasil terbaik untuk Indonesia,” tutur Luluk saat dihubungi, Rabu, 15 Juni lalu.
Pesaing Luluk dalam kejuaraan tersebut yang menduduki peringkat kedua angkatan snatch adalah lifter Polandia, Weronika Drzazga Oliwia. Atlet 17 tahun itu mengangkat barbel seberat 70 kilogram. Adapun lifter Kazakstan, Darya Balabayuk, 15 tahun, dengan angkatan seberat 69 kilogram menempati peringkat ketiga. Di angkatan clean and jerk, Oliwia juga meraih medali perak dengan berat angkatan 91 kilogram. Adapun medali perunggu diraih lifter Turki, Bahar Kirat, 15 tahun, dengan angkatan 86 kilogram. Sementara itu, di angkatan total, medali perunggu diraih lifter tuan rumah, Joseline Lopez Gonzalez (153 kilogram).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyerahan medali emas bagi Luluk Diana pada IWF Youth World Championship 2022 di Leon, Guonojuoto, Meksiko, 14 Juni 2022. @IWF/Isaac Morillas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selepas Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja IWF 2022 ini, Luluk yang jebolan klub Bina Satria Pacitan itu menargetkan lolos ke Olimpiade Paris 2024. “Hasil ini menjadi tambahan motivasi bagi saya untuk tampil di Olimpiade ke depan,” tutur Luluk. Menurut dia, prestasi yang ia dapatkan terinspirasi dari capaian lifter Sri Wahyuni Agustiani yang meraih medali perak Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, dan Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. “Saya belajar dari keuletan Sri Wahyuni,” ujar dara yang juga mengidolakan boyband BTS ini.
Luluk berangkat ke Meksiko atas undangan khusus dari Presiden IWF Mike Irani, yang meminta Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) mengirimkan atletnya. Luluk, yang menjadi wakil Indonesia satu-satunya, terpilih berdasarkan deretan prestasinya. Salah satunya capaian Luluk menempati peringkat ke-6 pada Piala Dunia Angkat Besi Remaja IWF 2020 di Lima, Peru, yang diselenggarakan secara online pada 11-18 November 2020.
Sementara itu, di tingkat lokal, Luluk menjadi juara angkat besi putri dalam pergelaran Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur VI pada Juli 2019. Saat itu, Luluk yang masih berusia 13 tahun merajai kelas 45 kilogram sekaligus membuat rekor meraih tiga medali emas. Empat bulan berselang di tahun itu juga, Luluk menapaki level nasional dengan menjuarai angkat besi putri Pekan Olahraga Pelajar Nasional XV 2019 di Jakarta. Ia turun di kelas 49 kilogram dan menyumbangkan satu medali emas untuk kontingen Jawa Timur.
Luluk menekuni angkat besi sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kesukaannya pada olahraga angkat barbel ini membuatnya serius dan termotivasi untuk berlatih. “Pertama kenal angkat besi dari ibunya teman, kebetulan ayahnya pelatih angkat besi,” ucap putri pasangan Misno dan Ponijem ini. Saat bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri III Pacitan, Luluk mulai ikut kejuaraan angkat besi tingkat provinsi Jawa Timur.
Keberhasilan menjadi juara dunia, menurut Luluk, tak lepas dari peran Samsuri yang merupakan pelatihnya. Peluang meraih medali emas itu telah terbuka pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja IWF yang digelar di Jeddah, Arab Saudi, pada Oktober 2021. Saat itu, Luluk tidak berangkat karena terhambat kendala protokol kesehatan. Mendapat kesempatan ke Meksiko, ia mengingat pesan Samsuri. “Coach Samsuri bilang kesempatan tak datang dua kali. Jadi saya harus memaksimalkan kesempatan ini,” katanya.
Menurut Samsuri, ia dan Luluk memang berharap lebih pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja tahun ini karena adalah kesempatan terakhir bagi Luluk berada di level remaja untuk berprestasi. “Capaian ini menjadi penebus kegagalan pada tahun sebelumnya,” tutur Samsuri melalui pesan suara WhatsApp yang dikirimkan pada Jumat, 17 Juni lalu, setibanya di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, dari Meksiko.
Persiapan Luluk ke Kejuaraan Dunia Angkat Besi Remaja, menurut Samsuri, sudah dilakukan sejak tahun lalu. “Program latihan disiapkan untuk performa puncak di tahun ini,” tutur pelatih asal Pacitan tersebut. Menurut Samsuri, untuk Kejuaraan Dunia di Meksiko, ia tidak memaksakan Luluk mencapai angkatan terbaik. “Kalau bisa mendapat medali emas di 70 kilogram kenapa harus (mengangkat) 80 kilogram? Gambarannya kayak gitu,” ujar Samsuri.
Samsuri berharap Luluk tidak cepat puas atas capaiannya saat ini. “Kita harus mempersiapkan diri untuk event berikutnya. Habis remaja dia bisa bersaing di level junior dan senior,” ucapnya. Bagi Luluk, untuk bisa menjadi bagian dari kontingen Indonesia di Olimpiade Paris, ia berusaha terus meningkatkan besaran angkatannya agar bisa bersaing dengan atlet elite dunia. Termasuk juga berhadapan dengan seniornya, Windy Cantika Aisah, yang juga berada di kelas 49 kilogram.
Windy, 20 tahun, yang lebih dulu menembus pemusatan latihan nasional angkat besi, merupakan peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020. Windy juga pemegang rekor dunia remaja untuk angkatan snatch (86 kilogram), clean and jerk (104 kilogram), serta total angkatan (190 kilogram) di kelas 49 kilogram yang diukir dalam SEA Games di Manila, Filipina, 2 Desember 2019. “Tentunya keberadaan (Windy) di kelas yang sama menjadi pacuan untuk saya,” tutur Luluk.
Hadi Wihardja, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI yang menjadi pemimpin tim yang mendampingi Luluk berlaga di Meksiko, mengatakan pihaknya terus berupaya mempersiapkan pelapis untuk tim senior. “Kami selalu menyiapkan pelapis untuk meregenerasi (lifter) senior. Kami mengharapkan perhatian dari semua pihak dalam pembinaan atlet usia dini agar pembinaan dapat terus berkesinambungan,” kata Hadi melalui pesan tertulis pada Selasa, 14 Juni lalu.
Kemunculan Luluk dan keberhasilannya menjadi juara dunia remaja, menurut Hadi, menunjukkan bahwa pembinaan atlet di daerah tetap berjalan dengan baik dan konsisten. Hadi pun berterima kasih kepada pengurus daerah yang telah berhasil mengorbitkan atlet muda seperti Luluk. “Terima kasih kepada PB PABSI dan pengurus provinsi PABSI Jawa Timur serta semua pihak yang selalu memberikan support untuk hasil juara dunia Luluk,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus PABSI Provinsi Jawa Timur Jeffry Tagore mengaku hasil ini sudah sesuai dengan prediksi karena Luluk Diana Tri Wijayana sudah mempersiapkan diri sejak 2021. “Hasilnya sesuai dengan prediksi. Kami sudah menyangka dia bisa juara dunia,” kata Jeffry seperti dikutip dari situs Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur. Jeffry mengaku PABSI Jawa Timur memberangkatkan Luluk secara mandiri karena PB PABSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga tak bisa memberikan dukungan anggaran.
IRSYAN HASYIM
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo