MULA-mula Klub Jantung Sehat di Jakarta yang menganjurkan para
anggotanya untuk menggelinding dengan sepeda. Tetapi sejak
program naik sepeda untuk bekas penderita serangan jantung
(termasuk juga mereka yang mau mencegahnya) yang dilancarkan
klub itu sejak 1978, kegemaran bersepeda menanjak cepat.
Surabaya kejangkitan. Yogyakarta yang terkenal sebagai kota
sepeda tapi sedang diancam "serbuan" sepeda motor, juga terkena
demam yang berjangkit di Ibukota. Setiap Minggu di kedua kota
itu berlangsung arak-arakan sepeda santai ataupun rally yang
memperebutkan medali dan penghargaan. Ada pula panitia yang
menyediakan kambing dan ayam sebagai hadiah.
Dari beberapa macam perlombaan, orang-orang Yogya paling
keranjingan dengan perlombaan yang bernama minicross. Lomba ini
melewati jalan yang sengaja dibuat undak-undakannya. Sengaja
dibiarkan berdebu. Dan sorak-sorai penonton yang paling ramai
ialah kalau peserta berhasil melompati rintangan setinggi
setengah meter yang dibuat dari bambu.
Klub penggemar sepeda di Yogya memperkenalkan nama-nama yang
bisa membikin bibir tergigit: Gaplay Fox, Shroboth, Bhekhechot
atau Aphatize. Sedangkan raja minicross-nya adalah
Marsihono,pelajar SMP Taman Siswa, berusia 16 tahun. Dengan
sepeda yang dibelikan kakaknya, ia berlatih jumpalitan sejak 2
tahun lalu. Dari 40 perlombaan yang pernah diikutinya, 25 kali
dia keluar sebagai juara. "Tetapi kejuaraan yang paling berkesan
bagi saya ialah ketika memenangkan hadiah 3 ekor ayam," ujar
Marsihono, anggota Gaplay Fox.
Buat penggemar sepeda di Yogya hadiah ayam itu sudah termasuk
besar. Karena tidak banyak yang berminat untuk menjadi sponsor
pertandingan. Peserta dikenakan uang pendaftaran Rp 400.
Jumlahnya terkadang bisa mencapai 100 orang. Sedangkan sumbangan
sponsor paling besar Rp 15.000. Tak heran jika hadiahnya hanya
selembar penghargaan dan seekor kambing. "Kambing kan bisa
berkembang biak jika dipelihara dengan baik. Jadi sebenarnya
dengan begitu kami memberikan hadiah yang banyak juga," ucap
seorang anggota panitia perlombaan mncross.
Bandung lebih makmur. Rally sepeda yang berlangung 13 Februari
yang lalu bisa memikat uang sponsor sejumlah Rp 2,5 juta. Belum
lagi dihitung pemasukan dari 600 peserta yang diharuskan
membayar uang pendaftaran sebesar Rp 1.500 per orang.
Perlombaan berlangsung tak ubahnya seperti rally. Peserta
diberangkatkan sepuluh-sepuluh orang dengan selang waktu
pemberangkatan 1 menit. Jarak yang ditempuh 30 km. Peta tulip
dibagi-bagikan. Sebagai tambahan pemikat, panitia memasukkan
pula segi ketangkasan, misalnya, quiz foto dari gedung yang
dilewati.
Rally yang diselenggarakan klub Sharata yang anggotanya
kebanyakan mahasiswa rupanya dianggap berhasil. Sehingga Ikatan
Dokter Indonesia bekerja sama dengan Lion Club dan Himpunan
Untuk Kelestarian Alam (HUKA) mengundang klub itu untuk
menyelenggarakan rally gerhana matahari bulan April mendatang.
"Rally sepeda itu diadakan untuk mengkampanyekan adanya bahaya
melihat gerhana matahari," kata Dachyar, yang memimpin klub
Sharata.
Seak berdiri tahun 1979 HUKA sudah puluhan kali
menyelenggarakan sepeda santai. Acara menggenjot pedal dengan
santai itu rupanya hanya sekadar jambatan saja buat organisasi
tersebut. "Tujuan utama HUKA adalah mengadakan komunikasi dengan
masyarakat mengenai lingkungan hidup," ulas Eky Setiawan Soeria
Soemantri, dokter gigi yang mengetuai.
Tak heran acara sepeda santai itu selalu berakhir dengan ceramah
mengenai lingkungan. Tokoh lingkungan Otto Soemarwoto tercatat
sebagai penceramah pertama. Tetapi untuk menahan orang supaya
mau mendengar ceramah setelah menggenjot sepeda 10 km, acara
ditutup dengan hiburan. "Saya kira acara hiburan ini yang Jadi
tujuan utama peserta sepeda santai," ucap Eky tertawa.
Daya tarik rally, selain hadiahnya, juga karena peserta bisa
bertualang dengan kecepatan di atas kendaraan tak bermesin.
Seperti juga di Bandung yang memikat peserta sepeda santai
dengan tari dan nyanyi artis terkenal, Jakarta memikat dengan
kaus oblong.
Dede Kusmana, dokter ahli jantung yang memimpin Klub Jantung
Sehat yang berpangkalan di Gelanggang Mahasiswa Kunmgan, melihat
perlunya barang pemikat. Peserta yang ikut dalam acara sepeda
santai tiap Minggu kedua saban bulan, belakangan ini turun
separuh. Dari 2000 tinggal 1.000 orang. "Rupanya kalau tidak ada
pembagian kaus bermerk jatung sehat peminat kurang," ungkap
Dede. Untung beberapa pejabat tinggi, seperti Kabulog Bustanil
Arifin, Menteri Emil Salim dan Menteri Muda Cosmas Batubara dan
Abdul Gafur masih selalu tampak di barisan depan peserta.
Mungkin seperti yang dipikirkan Dede Kusmana pemerintah
sepantasnya memberikan perhatian untuk olah raga murah ini.
Dengan mengamankan jarur yang ditempuh pengendara misalnya.
"Tetapi jangankan sepeda, wilayah untuk pejalan kaki (trotoar)
saja sering dikorbankan kalau ada pelebaran jalan. Apakah jalan
dibuat untuk manusia atau untuk mobil," tanyanya tanpa
mengharapkan jawab.
Keamanan menjadi soal di mana-mana. Salah satu sebab pusat
latihan balap sepeda (untuk Asian Games New Delhi) Dindah ke
Lampung adalah untuk menghindari bahaya yang mengancam pembalap
di jalan-jalan Jakarta. Sekalipun di lintasan aspal sepanjang 1
km yang mengelilingi Stadion Utama mobil seenaknya dipacu orang
kencang-kencang. Barangkali harian Kompas yang berniat
memindahkan balap sepeda untuk umum yang disponsorinya, dari
sirkuit balap Ancol ke Senayan, akhir Maret ini perlu
mempertimbangkan keamanan peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini