Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

MPR, selamat bersidang

Anggota MPR, bekerja keras dalam sidang yang panjang. di harapkan pidatonya tidak terlalu panjang & mengulang beberapa kata kunci. dibalik keramahan & senyum pada saat pidato, terbayang misteri sulit diterka.

5 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI warganegara, saya menyampaikan salam hormat dan harapan terbaik buat para anggota MPR yang kini bersidang. Hari-hari ini anda akan bekerja keras. Harus hadir dalam sidang-sidang yang saya kira akan ada yang amat panjang. Bahkan beberapa di antaranya dapat menegangkan. Tetapi saya percaya, tiap masalah ada pemecahannya. Cuma di mana letak pemecahannya itu, anda yang kali ini mesti mencarikan untuk saya, rakyat Indonesia. Saya mendengar, sidang-sidang Badan Pekerja telah berhasil menyelesaikan semua rancangan ketetapan, termasuk bagian yang ruwet. Kalau tidak, alangkah repotnya. Karena menurut matematika persidangan, hasil guna sesuatu rapat, berbanding terbalik dengan jumlah peserta dalam rapat itu. Karena itu pemecahan lewat Badan Pekerja terhadap segala rancangan itu, merupakan cara yang jitu. Dalam jadwal, saya duga anda akan terpaku oleh daftar agenda persidangan yang panjang, daftar hadir, tanda pengenal dan pengumuman-pengumuman. Di samping bertumpuktumpuk bahan bacaan. Deretan acara dan bahan persidangan itu ibarat rel kereta api dan bantalan penyangganya. Keduanya penting untuk menjamin kelancaran dan keselamatan jalannya sidang. Tetapi hanya memandang jalur rel dan bantalan, mustahil menebak arah kereta yang bakal tiba. Di sini pentingnya hasil rancangan ketetapan yang disiapkan Badan Pekerja. Rancangan ketetapan itu bak isyarat lokomotif. Gemuruh terdengar, asapnya telah nampak. Saya sungguh berbahagia, anda berkenan mewakili saya di forum kedaulatan tertinggi ini, untuk membuat keputusan politik terpenting pula. Saya ikut mendambakan keputusan politik itu, seperti halnya saya selalu merindukan semua hal yang amat saya minati. Dalam hubungan ini saya selalu teringat akan nasihat kakek, bila ingin menikmati tempe, saya tidak perlu tahu cara-cara membuatnya dari kedelai sampai menjadi gumpalan kue. Analogi itu, kata kakek, sering berlaku juga untuk kerinduan pada sebuah keputusan politik. Demi kesehatan dan kebaikan anda, bolehlah saya dengan rendah hati titip sekadar pesan. Bila beroleh giliran, mohon tidak pidato terlalu panjang. Seribu kata saya kira kebanyakan. Karena pidato sepanjang itu dapat diduga akan memakan waktu terlalu lama, dan mengulang berkali-kali beberapa kata kunci. Anda tentu tidak ingin salah seorang rekan anda iseng, membuat tabel statistik, berapa kali kata Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Demokrasi Pancasila, Musyawarah untuk mufakat, Pembangunan, Rakyat dan sebagainya muncul dalam pidato anda. Juga untuk salam dan basa-basi, pembuka dan penutup bila berkepanjangan dapat menyita waktu. Saya merasa perlu mengingatkan pesan ini. Karena hak berbicara, dalam praktek tidak harus selalu disertai hak untuk wajib didengarkan. Malahan, kemungkinan (probabilit) didengar semua kata yang anda ucapkan, akan menurun drastis dengan makin banyaknya kata yang anda utarakan. Dalam suasana yang demikian mulia, saya yakin tak terpikir oleh anda kata oposisi. Karena istilah itu tidak dikenal di dalam khasanah politik dalam demokrasi Pancasila. Baik oposisi yang loyal maupun oposan yang royal. Dalam kultur demokrasi Pancasila beroposisi dapat diibaratkan menggaruk di kaki kursi. Juga setiap pasal yang anda setujui, tidak harus dinilai menurut visi pribadi. Dalam politik, keputusan kelompok tidak harus selalu sama dan sebangun dengan pandangan pribadi masing-masing unsur anggota dalam kelompok itu. Juga jangan gundah, bila usul belum dapat diterima. Karena setiap ide baru harus lewat tiga tahap penetrasi. Tahap tak mungkin diterima, tahap mungkin diterima tetapi belum saatnya, dan tahap setuju, karena dari dulu itulah sesungguhnya pendirian kita! Karena itu obatilah kerisauan anda dengan maksim perkasa ini: dalam politik anda dapat sering keliru, tetapi tidak boleh sekali-kali ragu-ragu. Demokrasi ialah kancah tempat orang menarik batas, antara yang mungkin dan yang belum mungkin: mencari pendekatan penyelesaian, terhadap soal yang tak pernah terselesaikan. Ngomong-ngomong soal demokrasi, saya yakin anda tidak terpukau oleh sejumlah kaidah ilmu politik atau buku resep tentang kedaulatan rakyat. Karena praktek anda berdemokrasi Pancasila ialah proses pembentukan kaidah ilmu yang muskil itu, cabang perkembangan pemikiran politik Indonesia. Yang dapat sambil anda perhatikan selama sidang, barangkali ialah gejala dan proses interaksi demokrasi dalam Majelis. Bila anda suka ilmu hitung, silakan catat theorama ini: Bila semua orang berpendapat sama, maka keadaan itu sama dengan tak seorang pun punya pendapat. Memang, menurut logika musyawarah: satu mufakat ialah keharusan. Satu pendapat ialah keganjilan. Nah, akhirnya untuk semua anggota Majelis yang terhormat, saya menaruh perhatian sungguh-sungguh pada penampilan anda di persidangan Majelis. Segala langkah anda, saya mengiring doa, semoga selamat dan diberkati kekuatan dalam menjalankan amal bakti anda. Di benak saya terbayang wajah - anda yang cerah, selalu banyak tersenyum di dalam maupun di luar persidangan. Di balik keramahan dan senyum itu, terbayang misteri, siapa pun sulit menerka apa gerangan yang ada di benak anda. Manakala dapat giliran naik ke podium, saya memandang anda melangkah tanpa gegas. Berseri-seri, santai melangkah maju sambil melambai ke kanan dan ke kiri dengan palingan wajah atau lambaian tangan. Sampai di podium, saya pun masih tetap menatap anda yang lagi mengangguk sopan beberapa kali pertama ke arah meja ketua sidang, kemudian kepada para anggota Majelis yang hadir. Anda pegang bibir mimbar sebelah kiri dan kanan erat-erat. Dengan sigap, anda pun siap bicara: "Pimpinan sidang yang terhormat, hadirin yang berbahagia . . . eksetera, eksetera."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus