Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lee Bong-ju adalah pahlawan bagi Korea Selatan. Atlet yang masih bujangan itu memenangi pertandingan internasional Boston Marathon ke-105, Senin pekan lalu. Itulah kemenangan pertama Korea Selatan di gelanggang maraton tertua di dunia tersebut sejak 1950. Ia memecahkan kebekuan prestasi atlet Korea Selatan sejak 1950, ketika Kee Yong-ham memenangi lomba di ajang terhormat itu.
Pertandingan olahraga di Boston, Amerika Serikat, ini adalah ajang bergengsi dan biasanya diikuti para pelari maraton yang pernah terjun ke gelanggang Olimpiade. Tak mengherankan bila kemenangan Lee itu disambut sebagian masyarakat dalam negeri dengan gegap-gempita. Koran-koran lokal pun menyambut kemenangan Lee dengan tulisan editorial yang memuji. Tak kurang Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung, mengirim ucapan selamat.
Bagi Lee sendiri, meskipun ia adalah pemegang medali perak di Olimpiade Atlanta 1996, kemenanganya kali ini punya arti khusus. "Lima puluh tahun adalah waktu yang lama,’’ kata Lee lewat penerjemah. "Dan waktu yang lama membuatnya menjadi lebih berharga,’’ kata pria berusia 31 tahun itu.
Ia mengungguli Silvio Guera dari Ekuador dan Joshua Chelang’a dari Kenya. Juara tahun lahu, Elijah Lagat, serta Moses Tanui, yang memenangi lomba tersebut dua kali, hanya berada di posisi 12 dan 17. Lee menyelesaikan lomba 42,195 kilometer itu dalam waktu 2 jam, 9 menit, dan 43 detik.
Siapakah Lee? Ia bungsu dari enam bersaudara dari sebuah keluarga petani di desa terpencil. Mulai latihan lari sejak duduk di bangku sekolah menengah umum, Lee baru ikut maraton pada usia 18 dan menjadi juara nasional Korea pada 1993. Karir Lee sebagai pelari maraton ditandai dengan berbagai kemenangan di lomba-lomba internasional. Selain perak di Olimpiade 1996, ia antara lain juga memenangi lomba maraton Fukuoka Jepang pada 1996—menjadikannya pelari maraton nomor satu dunia tahun itu—dan menyabet medali emas di Asian Games Bangkok pada 1998.
Kemenangan Lee juga bak salep untuk mengobati luka masa lalu bagi sebagian rakyat Korea Selatan. Jauh sebelumnya, Sohn Kee-chung, atlet berdarah Korea, pernah berhasil menggondol medali emas pada Olimpiade di Berlin 1936. Namun, karena Korea waktu itu berada di bawah jajahan Jepang, Sohn, yang bertanding atas nama Jepang, mengenakan kaus berbendera negeri matahari terbit itu. Ketika koran lokal memuat foto Sohn, gambar bendera Jepang itu dihapus dan dibuat mirip bendera Korea. Akibatnya, koran itu dilarang oleh pemerintah kolonial Jepang.
Namun, di Korea sendiri, Lee dibayang-bayangi kebesaran atlet Hwang Young-cho, peraih medali emas di Olimpiade Barcelona pada 1992. Dibandingkan dengan Hwang, Lee selalu dianggap orang kedua setelah Hwang. Apalagi kegagalannya di Olimpiade Sydney tahun lalu—mencapai garis finish di urutan 24—telah membuatnya syok. "Saya sangat kecewa dan itu membuat saya gamang terhadap kemampuan saya,’’ kata Lee.
Musibah juga baru saja menimpa Lee. Ayahnya meninggal dunia sebulan lalu. Namun, keperihan dan kegetiran tak meruntuhkan semangat Lee. Ia mampu mengubah keperihan itu menjadi energi positif. "Saya lari tidak untuk mengalahkan orang lain, tapi untuk mengalahkan diri sendiri, untuk berbuat yang terbaik yang bisa kulakukan," kata Lee.
Resep sukses Lee, menurut Cho, sang manajer, digerakkan oleh sikap positif Lee dalam hal latihan. Contohnya, Lee selalu disiplin berlatih sekitar 140 mil setiap pekannya. "Dia selalu berusaha berlatih lebih keras dan lebih keras, apa pun kondisinya," kata Cho.
Memang, kerja keras itu tak sia-sia. Kini Lee bisa menikmati hadiah uang senilai US$ 80 ribu dari penyelenggara Boston Marathon.
K.M.N dari berbagai sumber
Juara Boston Marathon 1991-2001 | Tahun | Nama | Negara | Waktu | 1991 | Ibrahim Hussein | Kenya | 2:11:06 | 1992 | Ibrahim Hussein | Kenya | 2:08:14 | 1993 | Cosmas Ndeti | Kenya | 2:09:33 | 1994 | Cosmas Ndeti | Kenya | 2:07:15 | 1995 | Cosmas Ndeti | Kenya | 2:09:22 | 1996 | Moses Tanui | Kenya | 2:09:15 | 1997 | Lameck Aguta | Kenya | 2:10:34 | 1998 | Moses Tanui | Kenya | 2:07:34 | 1999 | Joseph Chebet | Kenya | 2:09:52 | 2000 | Elijah Lagat | Kenya | 2:09:47 | 2001 | Lee Bong-ju | Korea Selatan | 2:09:43 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo