Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bentrok itu Cuma Isapan Jempol?

Massa pendukung Presiden Abdurrahman Wahid bertekad datang tanpa senjata tajam. Jakarta aman?

29 April 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WIRO Sugiman mungkin tak pernah bermimpi bakal jadi orang terkenal. Tapi kenyataan menunjukkan begitu. Belakangan ini, hampir semua media massa menyebut-nyebut nama pria berusia 40 tahun yang murah senyum itu. Semuanya lantaran warga kawasan Dupak, Surabaya, ini telah melontarkan tekad bulat yang terkesan garang: siap mati syahid membela tegaknya pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Ia juga mengklaim berhasil mengumpulkan 60 ribu lebih relawan untuk bergabung dengan Front Pembela Kebenaran (FPK) Jawa Timur.

Wiro dan FPK hanyalah titik kecil dari lukisan besar berjudul massa pendukung Presiden Abdurrahman Wahid. Ada sejumlah kekuatan lain di berbagai daerah yang bertekad sama (lihat tabel: Mereka yang Beradu Kekuatan). Mereka punya dua agenda di Jakarta. Pertama, mengikuti istighosah yang digelar Nahdlatul Ulama pada 29 April. Kedua, mereka akan menggelar demo besar-besaran sebelum istighosah, yang mencapai puncaknya ketika sidang paripurna DPR yang membahas jawaban Presiden Abdurrahman terhadap memorandum I, keesokan harinya.

Persiapan massa pro-Presiden itu sudah matang. Selain latihan-latihan fisik yang sudah mereka jalani sebulan terakhir ini, urusan lainnya sudah dirancang bagus, katakanlah soal bagaimana berangkat ke Jakarta. Persiapan keberangkatan arek-arek Jawa Timur itu terorganisasi rapi melalui pendaftaran. Di Surabaya, misalnya, pendaftaran dibagi dalam sektor-sektor yang membawahkan setiap kecamatan. Setiap sektor dikomandoi seorang koordinator lapangan (korlap). Korlap inilah yang mengatur tetek-bengek rencana keberangkatan, termasuk pendaftaran relawan yang akan berangkat. Mereka yang mendaftar dikenai biaya akomodasi. "Kalau di sektor saya, besarnya Rp 80 ribu, sudah mencakup biaya transportasi pulang-pergi," ujar Wiro Sugiman, yang tercatat di sektor Rangkah.

Di atas para korlap kecamatan, terdapat korlap tingkat kota. Mereka inilah yang paling bertanggung jawab terhadap massa di tiap daerah yang dibawahkannya. Sedangkan di tingkat provinsi, ada koordinator gerakan. Sebuah rapat penting yang diikuti korlap semua kota di Jawa Timur berlangsung pertengahan pekan lalu di Sekretariat Front Pembela Kebenaran, Jalan Kapuas, Surabaya. Agenda pertemuan yang diikuti 50-an peserta itu membahas rencana aksi dan keberangkatan ke Jakarta. Salah satu keputusan pentingnya, pendukung Abdurrahman ke Jakarta dengan tangan kosong, tidak membawa senjata tajam.

"Kami menyiapkan pengiriman 50 ribu massa terlatih," ujar Imam Ghozali, aktivis FPK Ja-Tim. Mereka terdiri atas pasukan yang kebal senjata tajam dan peluru serta punya kekuatan yang bisa mengamankan granat air mata dan menjinakkan kawat berduri. Ada pula tenaga khusus yang punya kemampuan menjebol pagar fiberglass di Gedung MPR/DPR sehingga massa demonstran pendukung Abdurrahman bisa masuk dengan leluasa. Kekuatan itu merupakan pasukan inti, belum termasuk massa cair yang tubuhnya "kosongan" alias tidak diisi ilmu kebal. Orang-orang yang "mempan senjata" itu datang ke Jakarta semata untuk mengikuti istighosah yang digelar PBNU.

FPK juga telah mengirim tenaga-tenaga penghubung ke Jakarta untuk menjalin kontak dengan kelompok pendukung Abdurrahman lainnya dari daerah lain, termasuk kawasan luar Jawa, yang telah lebih dulu datang ke Ibu Kota. Mereka juga ditugasi mempersiapkan titik-titik penampungan massa dari Jawa Timur, yakni di pondok-pondok pesantren sekitar Jakarta, juga di permukiman penduduk, atau menyewa hotel-hotel murah sekadarnya.

Komandan lapangan dari Banyuwangi, Abdillah Rafsanzani, menaksir setiap personel dari pasukan berani mati di daerahnya membutuhkan Rp 200 ribu. Padahal, personel terlatih di Banyuwangi mencapai seribu lebih. Dari mana uangnya? Baik FPK maupun kelompok pendukung Abdurrahman yang lain menyimpan rapat-rapat urusan dari mana datangnya dana. Yang pasti, ada penarikan biaya akomodasi pada setiap peserta yang berangkat ke Ibu Kota. "Gerakan kami murni dari bawah. Tidak ada perintah dari Jakarta atau dana yang turun dari atas. Kami mengandalkan sumbangan dan iuran di antara kami," kata Abdul Aziz, koordinator FPK Probolinggo.

Bagaimana urusan transportasi? Di Probolinggo, misalnya, perusahaan bus PO Akas mengaku telah menerima pesanan lima unit bus untuk ke Jakarta, 27 April nanti. "Biaya carter satu unit Rp 850 ribu. Itu non-AC," ujar Abdul Rohman, karyawan Bagian Pariwisata PO Akas, Probolinggo.

Pada tanggal sama, PO Harapan Jaya di Tulungagung telah mencatat pencarteran empat unit bus dengan total biaya Rp 3,6 juta untuk kategori non-AC. "Pesanan itu atas nama perorangan, bukan instansi, lembaga, atau organisasi," ujar Ana, karyawan administrasi PO Harapan Jaya. Selain Akas dan Harapan Jaya, diperkirakan sejumlah perusahaan bus di kota lain juga mendapat pesanan bus.

Dari Stasiun Kereta Api Gubeng, Surabaya, tercatat hingga akhir pekan ini ada pemesanan tiket kereta api sebanyak 670 buah untuk waktu keberangkatan 28 April. Angka ini merupakan akumulasi pemberangkatan dari Banyuwangi, Jember, Probolinggo, dan Surabaya. "Dari Probolinggo, tercatat 300 orang," ujar Soleh Kosasih, Kepala Seksi Operasi PJKA Jember. Tujuannya: Jakarta.

Massa pendukung Presiden di Jawa Barat tak mau kalah. Menurut Ketua Garda Bangsa PKB Jawa Barat, Agung Nurhalim, ada sekitar 250 ribu jemaah NU siap mengikuti istighosah di Jakarta pada 29-30 April mendatang. Mereka berangkat dari daerah masing-masing mulai 28 April, menggunakan bus dan kereta api.

Di Medan, pasukan berani mati yang membela Abdurrahman tercatat sampai pekan lalu mencapai 780 orang. Menurut Korlap Posko Relawan Reformasi, Abbas Nasution, 36 tahun, tiga di antaranya dari kalangan nonmuslim. Semua pendaftar yang terseleksi berangkat dengan kapal laut dan bus menuju Jakarta dan tiba pada 29 April untuk mengikuti istighosah di Senayan. Mereka akan bergabung dalam lembaga "Ampera" (Amanat Masyarakat Pembela Reformasi), dan dipimpin langsung oleh Abbas. Diperkirakan, dana yang dibutuhkan untuk berangkat sekitar Rp 50 juta. Dana itu datang dari para donatur dan relawan.

Yang ditakutkan, kedatangan pendukung Presiden di Jakarta akan "disambut" sejumlah kelompok yang ancang-ancang menghadapi mereka. Selain mahasiswa yang sebagian besar anti-Abdurrahman, ada kelompok seperti Ikhwanul Muslimin Indonesia di bawah Habib Husein Ali al-Habsyi dan massa pro-Golkar. Bisa dipastikan, akhir bulan nanti adalah masa-masa rawan. Akankah Jakarta menjadi Kurusetra, tempat dua massa yang berhadapan bentrok?

"(Bentrok) itu hanya isapan jempol," kata K.H. Manarul Hidayah, ketua panitia istighosah. Menurut Manarul, niat warga NU yang datang nanti tak akan memberikan kemungkinan sedikit pun untuk terjadinya bentrok massa. "Kami datang, berdoa, dan bubar. Tak ada acara bentrok."

Wicaksono, Adi Sutarwijono (Surabaya), Darmawan Sepriyossa


Mereka yang Beradu Kekuatan
Pro-Abdurrahman
(Panglima: Kiai Haji Nuril Arifin)
Daerah asal Kekuatan
Jawa Timur 60.000
DIY 5.000
Jawa Barat 250.000
Sumatra Utara 780
Total 325.780*
* Berdasarkan klaim, Keahlian: baris-berbaris, ilmu kebal, dan merayap di tembok
Ikhwanul Muslimin Indonesia
(Presiden: Habib Husein Ali al-Habsyi)
Daerah asal Kekuatan
Jakarta 20.000
Jawa Barat 30.000
Kalimantan Barat 10.000
Kalimantan Selatan 15.000
Kalimantan Timur 20.000
Maluku 22.000
Sulawesi Selatan 30.000
Sulawesi Tenggara 10.000
Total 157.000*
* Berdasarkan klaim, Keahlian: ilmu kebal
Pro-Golkar
(Pemimpin: Ahmad Mukto)
Daerah asal Kekuatan
Banyumas 250*
* Berdasarkan klaim, tahun 2004 diperkirakan 6.000 orang, Keahlian: ilmu kebal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus