Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Pendaki Difabel, Sabar Gorky, Akan Jajal Vinson Massif Antartika

Pendaki difabel asal Indonesia, Sabar Gorky, berencana memuncaki Gunung Vinson Massif di Antartika pada akhir tahun.

4 Maret 2018 | 08.26 WIB

Pendaki Tunadaksa berkaki satu Sabar Gorky berpose sebelum berangkat ke Argentina bersama tim Ekspedisi Indonesia Raya di Jakarta, 18 Februari 2016. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Perbesar
Pendaki Tunadaksa berkaki satu Sabar Gorky berpose sebelum berangkat ke Argentina bersama tim Ekspedisi Indonesia Raya di Jakarta, 18 Februari 2016. ANTARA/Widodo S. Jusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pendaki difabel asal Indonesia, Sabar Gorky, berencana menaklukkan Gunung Vinson Massif di Antartika pada akhir tahun ini. Pendakian tersebut menjadi usaha ke sekian kalinya bagi Sabar untuk dapat melunasi mimpinya menaklukkan tujuh puncak tertinggi di dunia (seven summits).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sejak 2011, dengan hanya bermodalkan satu kaki, pria asal Solo itu sudah berhasil menaklukkan tiga puncak tertinggi di dunia. Ketiganya adalah puncak tertinggi di Eropa, puncak Gunung Elbrus; puncak tertinggi di Afrika, puncak Gunung Kilimanjaro; dan puncak tertinggi di Oseania, puncak Cartenz.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sabar berujar juga telah menjajal untuk menaklukkan puncak tertinggi di Amerika Selatan, puncak Gunung Aconcagua, pada 2016 lalu. Sayangnya, usaha itu masih belum membuahkan hasil. "Cuacanya waktu itu kurang baik," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 2 Maret 2018.

Setali tiga uang dengan puncak Aconcagua, menurut Sabar, faktor cuaca menjadi salah satu halangan utama baginya untuk dapat menaklukkan puncak Vinson Massif pada akhir tahun mendatang. Selain dari segi suhu yang dinilainya sudah pasti sangat dingin, faktor medan tanjakan, kata Sabar, juga menjadi tantangan lain. "Yang saya dengar, waktu turun dari pesawat saja permukaan daratannya itu sudah berlapiskan es," ucapnya.

Karena itu, pria berusia 49 tahun itu kini tengah menjalani serangkaian latihan secara rutin. Di sela kesibukannya mengabdi kepada Palang Merah Indonesia (PMI), Sabar mengaku masih menyempatkan diri bersepeda sejauh 3-4 kilometer setiap hari. Hal itu, kata Sabar, baik untuk menjaga kebugaran fisik.

Bukan tanpa alasan, Sabar mengaku termotivasi untuk menaklukkan seven summits karena merasa tingkat diskriminasi terhadap kaum difabel di Indonesia masih berada pada level yang mengkhawatirkan. Dengan melakukan pembuktian untuk bisa menaklukkan puncak-puncak seven summits, Sabar ingin diskriminasi terhadap kaum difabel itu dapat segera dihilangkan.

Bagi pria yang kehilangan kakinya karena terlindas roda baja kereta pada 1996 silam ini, kaum difabel seharusnya memiliki kesempatan yang sama dengan yang lain dalam berbagai hal. Salah satunya dalam urusan pekerjaan. "Katanya Indonesia negara yang anti-diskriminasi walau terkadang harus pakai nasi. Ha-ha-ha," tuturnya sambil berkelakar.

Usaha Sabar untuk menumpas diskriminasi itu pun sejauh ini tidak sia-sia. Pada Agustus tahun lalu, Sabar terpilih menjadi salah satu dari 72 Ikon Prestasi Indonesia dalam acara Festival Prestasi Indonesia, acara yang dihelat Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-Pancasila) arahan Presiden Joko Widodo.

Di sana, nama Sabar Gorky disandingkan dengan berbagai ikon prestasi lain, seperti pebulu tangkis Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad, lifter Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, hingga pasangan legenda, Alan Budi Kusuma dan Susy Susanti.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus