Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Penilaian oishi

Ketidak sinkronan unsur perasaan dengan tubuh meru pakan titik lemah karateka inkai. gerak kaki mereka sering ketinggian dengan pukulan tangan. itu kesimpulan instruktur jka takeshi oishi. (or)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TITIK lemah dalam diri karateka sabuk hitam Institut Karate-do Indonesia (Inkai) ternyata belum sepenuhnya lipur. "Unsur perasaan dan tubuh masih tampak tidak sinkron sebagai suatu kesatuan dalam gerak", komentar instruktur Japan karate-do Association (JKA), Takeshi Oishi sambil memperagakan gerak kaki yang sering ketinggalan dengan pukulan tangan, selesai ujian kenaikan Dan di Lembaga Administrasi Negara, Rabu 10 Maret petang lalu. Melihat kenyataan itu tidak heran nilai yang diperoleh dr Nico Lumenta, Albert Lumban Tobing, Abdul Latif, Masda, Idrus Gangsa, drs Mahyong Sikumbang, Harmen Lukas Tampoudung. Abdul Kadir untuk Dan III. serta Teddy Arifandi, Tjang Arizal, dan Rizal Fuad buat Dan II berkisar pada angka minimal untuk lulus 5.4. Tapi, "nilai itu adalah angka yang juga umum diperoleh karateka-karateka Jepang dalam ujian kenaikan tingkat" tambah Oishi. Tanpa JKA Adakah kenyataan yang diraih karateka 'senior' itu merupakan gambaran kemajuan dunia Inkai saat ini? Kesan yang diperoleh Oishi dari 2 kali kunjungannya ke Indonesia memang demikian. Sebab, "sekarang ini kesalahan-kesalahan prinsipil dalam karate seperti yang saya lihat dulu sudah ditinggalkan oleh karateka di sini", ucap Oishi. Bertolak dari pengamatan itu, Oishi yang juga meletakkan pola dasar latihan bagi team karate Indonesia yang dipersiapkan untuk Kejuaraan Karate Asia Pasifik di Jakarta tahun ini menilai adanya peluang yang baik bagi regu tuan rumah. Menurut Oishi diperkirakan Indonesia akan bisa menempatkan diri dalam urutan kedua setelah Jepang. Dan, "bukan tak mungkin pula jadi juara", lanjutnya. Alasan Oishi, tidak ikutnya karateka JKA dalam team Jepang bakal menyebabkan kekuatan regu menjadi lain. Mengaitkan kemajuan yang dicapai Inkai dengan team karate Indonesia memang dapat menimbulkan kesan ganjil dalam masyarakat. Tapi mengingat anggota team -- dipilih berdasarkan seleksi umunnya terdiri dari karateka Inkai, tanggapan yang diberikan Oishi tidak seluruhnya salah. Kini soalnya adakah team Indonesia akan sanggup mempertahankan perhitungan Oishi tersebut? Jawabannya tergantung pada diri karateka itu sendiri dan pembinanya yang baru saja naik Dan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus